Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pilpres AS; Pengaruh Kemenangan Trump atau Biden di Timur Tengah
4 November 2020 21:11 WIB
Tulisan dari Anna Zakiyyah Derajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang berpengaruh di dunia, hasil Pilpres AS 2020 bukan hanya berdampak di dalam negeri saja, tetapi juga berdampak besar di negara-negara lain, salah satunya di kawasan Timur Tengah. Seperti yang kita tahu bahwa hampir semua negara di Timur Tengah menjalin hubungan diplomatik dengan AS, kecuali Iran. Pengaruh AS pun kuat dalam berbagai isu, khususnya terkait konflik Arab dan Israel.
ADVERTISEMENT
Pertarungan politik antara Donald Trump-Mike Pence dan Joe Biden-Kamala Harris, dinilai dapat mengubah situasi politik di Timur Tengah secara signifikan. Hal ini, dimulai dari nasib kesepakatan nuklir Iran, sampai isu bangkitnya otoritarianisme yang tidak terkendali. Jika kita lihat, kedua belah pihak memiliki pendekatand dan pandangan politik global yang berbeda. Salah satunya terkait sanksi yang diberikan Trump terhadap Iran. Sedangkan, Biden sendiri telah berjanji akan mengembalikan perjanjian nuklir yang ditetapkan bersama Barack Obama 2016 silam.
Terpilihnya Donald Trump pada tahun 2018 lalu sebagai pemimpin baru Amerika Serikat, membawa kebijakan baru terkait isu nuklir Iran. Pada 8 Mei 2018 lalu, Amerika Serikat secara resmi menarik diri dari kesepakatan nuklir dan memuturkan untuk kembali menerapkan sanksi terhadap Iran.
ADVERTISEMENT
Keluarnya Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran merupakan keputusan sepihak yang tidak melibatkan para anggota penandatangan kesepakatan lainnya. Kesepakatan tersebut masih dipandang oleh negara-negara lain sebagai cara terbaik untuk mencegah Iran menjadi negara yang memiliki kekuatan nuklir. Meskipun mereka mengakui bahwa kesepakatan yang sudah terbentuk tersebut masih belum sempurna.
Meski mendapatkan dukungan dari sekutunya di Timur Tengah, kebijakan Amerika Serikat yang kontroversial ini ditentang oleh banyak pihak, termasuk negara yang terlibat dalam kesepakatan. Bahkan tanpa Amerika Serikat, negara-negara yang terlibat dalam penandatangan ini, masih berkomitmen untuk melanjutkan kesepakatan. Sebab, negara-negara tersebut tidak ingin membiarkan Iran lepas kendali.
Keluarnya Amerika Serikat dari kesepakatan, membuat kesepakatan nuklir Iran ini berada dalam posisi yang rentan. Pihak penandatanganan yang masih bertahan, dituntut untuk dapat melindungi Iran dari sanksi yang kembali diterapkan Amerika Serikat tersebut. Namun, di sisi lain, Iran semakin mempertegas pendiriannya bahwa kesepakatan nuklir Iran adalah kesepakatan yang tidak bisa lagi dinegosiasi.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat, membawa konsekuensi langsung terhadap ancaman Iran yang ditujukan kepada Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya di Timur Tengah. Kondisi ini semakin meningkatkan eskalasi konflik kawasan. Selain, kesepakatan nuklir Iran, Trump tidak melakukan dorongan pemberhentian autokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang marak di Mesir hingga Arab Saudi. Sedangkan, Biden telah menjanjikan untuk mendorong pemberhentian isu-isu tersebut.
Isu Konflik Israel-Palestina
Adanya hubungan normalisasi antara Israel dengan beberapa negara di Timur Tengah yang diperantarai oleh Trump pada awal 2020 ini, dinilai sebagai satu capaian yang bisa menentukan. Hubungan normalisasi ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan menjadi kesepakatan bersama yang berhasil dibahas oleh negara-negara terkait dalam dua dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi Palestina sendiri, hubungan normalisasi ini sebagai bentuk pengkhianatan negara-negara Arab, karena mereka telah megabaikan inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002 terkait penginstruksian untuk menarik Israel dari wilayah Tepi Barat, Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon. Langkah Trump yang dilakukan secara sepihak dengan mendukung klaim bahwa Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan legitimasi permukiman di Tepi Barat ini, dianggap ilegal di bawah hukum internasional, juga dinilai merusak negosiasi dengan Israel.
Sedangkan Biden sendiri menganggap bahwa pendekatan Trump terhadap Israel dan Palestina ini, sebagai upaya yang menentang unilateralisme. Dan Biden berjanji akan mendorong pendekatan serupa dengan inisiatif perdamaian Arab dalam menangani konflik ini. Biden mengatakan, jika terpilih, ia akan mengembalikan dukungan ekonomi dan kemanusiaan kepada Palestina, membuka kembali misi Organisasi Pembebasan Palestina di Washington, dan membuka konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Kita tidak pernah tahu bagaimana ke depannya nanti. Yang pasti, siapa pun yang terpilih dalam Pilpres AS 2020, tentu saja akan memiliki pengaruh terhadap negara-negara lain, khususnya negara-negara Timur Tengah yang berkonflik.