Konten dari Pengguna

Dual Income No Kids (DINK): Semua Soal Pilihan Hidup

Anne Pratiwi
Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
2 September 2024 10:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anne Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pasangan DINK. Foto: Dokumentasi Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan DINK. Foto: Dokumentasi Penulis.

Popularitas Gaya Hidup DINK di Media Sosial

ADVERTISEMENT
Gaya hidup Dual Income No Kids (DINK) kini semakin dikenal dan dipilih oleh banyak pasangan menikah di seluruh dunia. Konsep ini semakin populer berkat media sosial, di mana pasangan DINK berbagi pengalaman dan pandangan mereka, mempengaruhi cara orang memandang pernikahan dan kehidupan tanpa anak. Contohnya, di TikTok, video-video yang menampilkan kehidupan pasangan DINK menunjukkan berbagai hal-hal seru yang tidak mudah dilakukan oleh pasangan dengan anak. Hal-hal seperti memiliki kebebasan finansial hingga liburan mewah, menarik perhatian jutaan penonton. Selain itu, pasangan DINK juga sering menunjukkan kebebasan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, seperti spontanitas dalam merencanakan acara sosial, mengejar hobi, atau menghadiri acara malam tanpa harus mempertimbangkan kebutuhan atau jadwal anak. Tren ini memicu diskusi tentang pernikahan modern yang tidak selalu berpusat pada memiliki anak. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pilihan gaya hidup ini juga menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
ADVERTISEMENT

Esensi dari Gaya Hidup DINK

Konsep DINK merujuk pada pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, tetapi tetap bekerja dan memiliki dua sumber penghasilan. Keputusan ini bukan sekadar tren, melainkan refleksi dari prioritas dan nilai-nilai yang dianut oleh pasangan-pasangan tersebut. Mereka mengedepankan kebebasan dalam menentukan arah hidup dan menikmati hasil kerja keras mereka tanpa harus terikat pada tanggung jawab membesarkan anak.

Alasan di Balik Pilihan DINK

Banyak pasangan yang memilih gaya hidup DINK karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk fokus pada karier, kebebasan finansial, hingga hasrat untuk menikmati hidup sepenuhnya. Dengan dua sumber pendapatan, pasangan DINK biasanya memiliki lebih banyak kebebasan finansial untuk mengeksplorasi minat dan hobi mereka. Traveling menjadi salah satu aktivitas populer di kalangan pasangan DINK, di mana mereka bisa menjelajahi dunia tanpa batasan waktu dan biaya yang biasanya dihadapi oleh keluarga dengan anak. Selain itu, mereka sering kali memelihara hewan peliharaan sebagai pengganti kehadiran anak, memberikan rasa kasih sayang dan kebersamaan tanpa komitmen yang sama besar. Pasangan DINK juga sering mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk pengembangan diri, pendidikan lanjutan, atau proyek-proyek pribadi yang dapat memberikan kepuasan batin.
ADVERTISEMENT

Kritik dan Persepsi Masyarakat

Namun, gaya hidup ini tidak lepas dari kritik. Bagi sebagian orang, keputusan untuk tidak memiliki anak dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, di mana memiliki anak dipandang sebagai tujuan utama pernikahan. Bahkan, ada anggapan bahwa pasangan DINK tidak berkontribusi pada keberlangsungan masyarakat karena tidak melahirkan generasi penerus. Pendapat-pendapat ini sering kali datang dari lingkungan sosial yang masih menjunjung tinggi norma keluarga tradisional. Kritik ini juga bisa dipengaruhi oleh keyakinan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan hidup berkeluarga diukur dari adanya keturunan, sehingga pasangan DINK sering kali dianggap egois atau tidak bertanggung jawab.

DINK, Childfree, dan Menunda Anak

Dalam konteks ini, keputusan pasangan DINK sering kali disejajarkan dengan konsep childfree, yaitu pilihan untuk tidak memiliki anak sama sekali. Childfree adalah keputusan yang diambil oleh individu atau pasangan untuk hidup tanpa anak, baik karena alasan pribadi, keyakinan, atau pertimbangan praktis. Namun, perlu dibedakan bahwa tidak semua pasangan DINK memilih childfree secara permanen. Sebagian pasangan mungkin hanya menunda memiliki anak untuk sementara waktu demi fokus pada karier atau tujuan pribadi lainnya. Keputusan untuk menunda anak ini memungkinkan pasangan untuk meraih stabilitas finansial dan emosional sebelum akhirnya memutuskan untuk membesarkan keluarga di masa depan. Oleh karena itu, gaya hidup DINK tidak selalu bersifat final, tetapi dapat berubah seiring waktu dan perubahan prioritas dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT

Penghargaan terhadap Pilihan Hidup

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa gaya hidup DINK adalah pilihan pribadi setiap pasangan. Dalam masyarakat modern yang semakin beragam, pilihan hidup seperti ini seharusnya dihargai dan diterima, sama halnya dengan pilihan lain dalam membangun keluarga. Pasangan DINK tetap berkontribusi pada masyarakat, baik melalui pekerjaan mereka, kegiatan sosial, maupun kontribusi ekonomi. Mereka sering kali terlibat dalam kegiatan filantropi, mendukung inisiatif-inisiatif sosial, atau menjadi mentor bagi generasi muda di bidang profesional. Dengan demikian, kontribusi pasangan DINK kepada masyarakat tidak dapat direduksi hanya pada aspek reproduksi, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang tidak kalah penting.

Mengubah Paradigma Tentang Kesuksesan Pernikahan

Gaya hidup DINK mengajarkan kita bahwa kebahagiaan dan kesuksesan dalam pernikahan tidak hanya diukur dari jumlah anak, tetapi juga dari kualitas hidup dan kebebasan dalam menentukan pilihan hidup. Sebuah pilihan yang tidak hanya tentang apa yang diinginkan, tetapi juga tentang bagaimana mencapai keseimbangan antara karier, keuangan, dan kebahagiaan pribadi. Di dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan, setiap individu atau pasangan memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri sesuai dengan nilai-nilai dan prioritas yang mereka yakini, tanpa harus terkungkung oleh ekspektasi sosial yang mungkin sudah tidak relevan.
ADVERTISEMENT