Konten dari Pengguna

Overclaim dan False Claim: Pentingnya Kritis terhadap Promosi Digital

Anne Pratiwi
Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
14 Oktober 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anne Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Overclaim dan False Claim. Dokumentasi Penulisa.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Overclaim dan False Claim. Dokumentasi Penulisa.
ADVERTISEMENT

Menilik Klaim Berlebihan di Industri Skincare

Tren skincare yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir memunculkan fenomena overclaim dan false claim yang sering digunakan oleh produsen sebagai upaya untuk menarik perhatian konsumen. Overclaim merujuk pada klaim yang dilebih-lebihkan terkait manfaat produk, seperti menjanjikan kulit cerah dalam tujuh hari atau menghilangkan jerawat dalam semalam, meskipun belum atau tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Sementara itu, false claim diartikan sebagai klaim yang sepenuhnya salah atau menyesatkan, seperti produk yang mengklaim mengandung bahan tertentu padahal sebenarnya tidak terkandung dalam produk tersebut.
ADVERTISEMENT

Asal-Usul Istilah Overclaim dan False Claim

Secara etimologi, istilah overclaim berasal dari bahasa Inggris, gabungan kata over yang berarti "berlebihan" dan claim yang berarti "pernyataan" atau "klaim." Istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana suatu produk atau layanan diklaim memiliki manfaat yang berlebihan atau tidak realistis. Sementara itu, false claim juga berasal dari bahasa Inggris, di mana false yang berarti "salah" atau "tidak benar," dan claim memiliki makna yang sama, yaitu "klaim" atau "pernyataan." Jika dibandingkan dengan overclaim, false claim bersifat lebih serius dan patut diwaspadai karena merujuk pada klaim yang sepenuhnya tidak benar atau bersifat menyesatkan. Klaim ini tidak dapat dibuktikan dan sepenuhnya dianggap sebagai sebuah upaya untuk menarik sekaligus menipu konsumen.

Hubungan Antara Overclaim dan False Claim

Perbedaan utama antara overclaim dan false claim terletak pada tingkat kesalahan informasi yang disampaikan. Overclaim masih mengandung kebenaran, meskipun dilebih-lebihkan. Namun di sisi lain, false claim merupakan penipuan secara terang-terangan. Meskipun demikian, keduanya berkaitan erat, terutama dalam konteks promosi produk di media sosial. Banyak produsen yang memulai promosi produknya dengan dengan overclaim dan, seiring waktu, tergelincir ke arah false claim guna memperkuat daya tarik produk mereka. Sebagai contoh, produk yang awalnya mengklaim dapat memperbaiki tekstur kulit secara bertahap kemudian bisa meningkat menjadi false claim dengan menyatakan hasil yang instan atau menyebutkan kandungan bahan yang sebenarnya yang tidak ada dalam formulasi.
ADVERTISEMENT

Media Sosial dan Klaim yang Menyesatkan

Di era media sosial, masalah ini semakin sulit dikendalikan. Banyak influencer dan selebriti mempromosikan produk skincare tanpa mengecek validitas klaim yang mereka sampaikan. Mereka sering kali menerima kompensasi besar dari brand untuk memasarkan produk, yang bisa mempengaruhi objektivitas mereka. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi lahan subur bagi praktik overclaim dan false claim, di mana testimoni dan visual berlebihan sering digunakan untuk menarik perhatian konsumen. Akibatnya, konsumen yang sering tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang skincare, terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis.

Etika dan Tanggung Jawab dalam Promosi Produk

Fenomena promosi produk di era digital, terutama di media sosial, menimbulkan pertanyaan penting tentang etika dan tanggung jawab. Influencer yang mempromosikan produk sering kali tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang produk yang mereka rekomendasikan, sementara mereka bertindak sebagai perantara yang memengaruhi konsumen. Tanggung jawab ini juga melibatkan brand, yang harus memastikan klaim mereka didukung bukti ilmiah dan transparan. Sayangnya, regulasi promosi di banyak negara, termasuk Indonesia, masih lemah, sehingga banyak brand dan influencer lolos dari sanksi meskipun melakukan overclaim atau false claim.
ADVERTISEMENT
Regulasi yang ketat, seperti yang diterapkan oleh FTC di Amerika Serikat, dapat memberikan perlindungan lebih baik terhadap konsumen. Di sisi lain, platform media sosial harus berperan aktif dalam memantau dan menghapus konten promosi menyesatkan. Etika promosi tidak hanya soal legalitas, tetapi juga tanggung jawab moral, mengingat pengaruh besar influencer terhadap audiens mereka. Jika etika ini terus diabaikan, industri skincare berisiko kehilangan kepercayaan konsumen yang semakin cerdas dan kritis terhadap klaim yang beredar di media sosial.

Pentingnya Kesadaran Konsumen

Sebagai konsumen, penting untuk lebih kritis terhadap klaim yang disampaikan oleh produsen dan influencer. Membaca label, memahami komposisi produk, serta melakukan riset mandiri adalah langkah penting untuk melindungi diri dari klaim berlebihan atau palsu. Media sosial bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk berbagi informasi, tetapi juga bisa menjadi tempat penyebaran klaim yang menyesatkan jika tidak diatur dengan baik.
ADVERTISEMENT

Upaya dalam Menekan Praktik Overclaim dan False Claim

Kesimpulannya, baik overclaim maupun false claim adalah bagian dari masalah yang lebih besar dalam industri skincare dan promosi produk di era digital. Meskipun overclaim sering kali terkesan tidak terlalu berbahaya, ketika dibiarkan, praktik ini bisa berkembang menjadi false claim yang menipu konsumen secara langsung. Dibutuhkan regulasi yang lebih kuat dan kesadaran konsumen yang lebih tinggi untuk meminimalkan dampak negatif dari klaim-klaim berlebihan ini.