Konten dari Pengguna

Rahasia Tersembunyi Lubuk Linggau: Menjejak Wisata Cagar Budaya yang Mempesona

Annisa Fatihah Salsabila
History Education Sriwijaya University Asisten Pendata Cagar Budaya MSIB Batch V
14 November 2023 8:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Fatihah Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lubuk Linggau adalah sebuah kota yang terletak di Sumatera Selatan, Indonesia. Kota ini memiliki sejarah dan kekayaan budaya yang menarik, termasuk cagar budaya yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Dengan keindahan alam dan warisan budaya yang dimilikinya, Lubuk Linggau menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa Objek Cagar Budaya dan Objek yang diduga Cagar Budaya di Kota Lubuk Linggau, diantaranya:
dokumentasi pribadi
Bendungan Watervang adalah salah satu tempat wisata cagar budaya di daerah Lubuk Linggau Timur I. Banyak masyarkat yang berkunjung ke tempat ini karena daerah nya yang indah, sungai mengalir melewati bendungan watervang. Diseberang jembatan ini terdapat barisan joglo yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Sambil menikmati suasana sekitar, banyak pengunjung yang datang ke tempat ini.
dokumentasi pribadi
Bendungan Watervang adalah struktur bangunan yang dirancang untuk menahan air dan membentuk waduk. Fungsi utama bendungan ini untuk mengatur aliran air, menyimpan air dalam waduk. Pada tahun 1936, pembangunan watervang dilakukan upaya negoisasi untuk mendapatkan izin kolonisasi transmigran Jawa serta area bendungan watervang.
dokumentasi pribadi
Dari 35 ribu hektar yang disurvei, disepakati hanya 6.575 Ha, dengan persentase syarat areal seusluas 2.735 Ha harus diperuntukkan bagi warga wilayah Proambangunan Watervang di Lubuklinggau dan selesai dibangun pada tahun 1941,tin V, sedangkan sisanya seluas 3.840 Ha untuk pandia Belanda dengan Gubernur Jenderal van Starkenborgh Stachhoura transmigran Jawa yang didatangkan Belanda untuk mengurus persawahan. Kawasan Marga Proatin V kala itu mencakup 5 dun antara lain Muara Beliti, Pedang, Tanah Periuk, Tabapingin (Pelzer, 1945:222).
dokumentasi pribadi
sehingga tertulis di dinding Dam induk tahun 1941. Pembangunan watervang ini di akhir masa pemerintahan Hiwer. Tujuan dibangunnya bendungan ini adalah untuk membagi dan mengairi lahan pertanian di sepanjang aliran Sungai Kelingi. Seluruh areal persawahan di wilayah transmigrasi mendapatkan kiriman air melalui saluran irigasi ini
ADVERTISEMENT
dokumentasi pribadi
Sebelum difungsikan sebagai museum, gedung ini digunakan sebagai rumah jabatan controleur (pengawas) di pemerintahan Onder Afdeeling Moesi Oeloe masa Kolonial Belanda dari tahun 1934-1942 berkedudukan di Lubuklinggau. Memasuki masa pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan sebagai rumah jabatan Bunshu-tyo (Bupati) bernama Swada pada pemerintahan Bunshu Musi Kami Rawas dari tahun 1942-1945.
dokemtasi pribadi
Kemudian pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, barulah gedung ini dijadikan sebagai markas militer Sub Komandemen Sumatera Selatan (SUBKOSS) dari bulan Juli 1947 hingga Desember 1948. Sebelumnya markas SUBKOSS berada di Lahat, kemudian dipindahkan ke Lubuklinggau akibat peristiwa Agresi Militer Belanda I yang menyerang wilayah Sumatera bagian Selatan. Pada saat di Lubuklinggau, militer SUBKOSS ini dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolon didampingi Kepala Staf bernama Letkol (tituler) dr. Ibnu Sutowo yang membawahi beberapa sub-sub teritorial antara lain: 1. Sub Teritorial Palembang (STP) dipimpin oleh Letkol Bambang Utoyo berkedudukan di Muara Beliti; 2. Sub Teritorial Djambi (STD) dipimpin oleh Letkol Abunjani berkedudukan di Jambi; 3. Sub Teritorial Lampung (STL) dipimpin oleh Letkol Syama’un Gaharu berkedudukan di Lampung; 4. Sub Teritorial Bengkulu (STB) dipimpin oleh Letkol Barlian berkedudukan di Bengkulu. Selanjutnya selama periode tahun 1950-1988, gedung ini dijadikan sebagai rumah dinas bupati di Kabupaten Musi Ulu Rawas yang kemudian mengalami penyederhanaan nama menjadi Kabupaten Musi Rawas. Hingga pada akhirnya, gedung ini diresmikan menjadi museum sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Batu Jogil merupakan batu bulat besar dengan diameter 103 cm. Batu ini berada di samping rumah masyarakat.
dokumentasi pribadi
Posisi batu telah berpindah dari kedudukan aslinya. Melihat kondisi warna batu, sebelumnya batu tertimbun sebagian. Pada permukaan batu yang terekspos ke permukaan, bagiannya ditumbuhi mikroorganisme (lumut, algae, dan lichen) dan berwarna kehitaman. Sedangkan permukaan batu yang lama terkubur, warnanya kemerahan karena pengaruh kandungan besi pada tanah.
Menurut tradisi lisan masyarakat Ulak Lebar, batuan berbentuk bulat ini adalah bola yang ditendang oleh Kajogil saat bermain dengan Pangeran Karengak. Batu ini ditendang dari Bukit Sulap dan mencapai lokasi Batu Urip yang dahulu merupakan tempat bermukim Pangeran Karengak.
dokumentasi pribadi
Menurut tradisi lisan yang dipercaya masyarakat secara turun menurun, makam ini dikatakan makam bisu karena bisa membalas semua tindakan kejahatan. Masyarakat percaya kekuatan leluhur untuk mencari jalan pintas agar hajatnya terkabul. Menurut cerita ketika meletakkan benda-benda yang hilang di atas makam, barang yang hilang itu bisa kembali atau orang yang mencuri itu akan mati.
ADVERTISEMENT