Konten dari Pengguna

Sastra di Minangkabau: Wujud Keindahan dari Ragam Bahasa

Annisa Fitri
Hallo!! Saya Annisa Fitri seorang Mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Andalas.
3 Oktober 2024 6:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sastra di Minangkabau: Wujud Keindahan dari Ragam Bahasa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bahasa merupakan sarana yang menghubungkan manusia satu dengan manusia lainnya. Dengan bahasa, masyarakat saling berinteraksi dan memahami yang juga sejalan dengan terciptanya sebuah budaya. Bahasa di Minangkabau memiliki keunikan dalam dialeknya yang bervariasi sehingga membedakan daerah satu dengan yang lainnya. Ragam bahasa di Minangkabau secara umum terbagi menjadi dua, yaitu bahasa sehari-hari (ragam umum) dan bahasa yang digunakan saat acara adat atau acara yang bersifat formal (ragam adat). Apabila dibandingkan, kedua jenis ragam bahasa Minangkabau ini memiliki kekhasannya masing-masing terutama dari segi struktur kalimatnya dan kumpulan kata yang digunakan oleh penuturnya (leksikon). Ragam umum bahasa Minangkabau memiliki penyampaian lebih lugas ketimbang ragam ada yang lebih memperhatikan basa-basi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Minangkabau memiliki norma turun temurun yang mengatur bagaimana masyarakatnya bersikap dan berinteraksi satu sama lain . Hal tersebut tentu juga berlaku dalam berbahasa. Kato Nan Ampek merupakan acuan standar kesopanan bagi masyarakat Minangkabau dalam berbahasa. Bagian dari Kato Nan Ampek yaitu sebagai berikut:

1. Kato Mandaki (Kata mendaki)

Ditujukan untuk bersikap atau berbahasa kepada orang yang lebih tua atau kepada seseorang yang dihormati. Pemilihan kata yang digunakan harus sopan, nada tidak boleh meninggi, dan menunjukkan rasa hormat.

2. Kato Manurun (Kata menurun)

Ditujukan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang lebih muda, baik dari segi usia maupun status kekeluargaan. Kata-kata yang digunakan bernada lebih lembut dan mudah dimengerti bagi lawan bicara yang berusia lebih muda.

3. Kato Mandata (Kata mendatar)

Merupakan cara bersikap atau berbahasa kepada seseorang yang memiliki status ataupun usia yang sama dengan kita. Walaupun lawan bicara setara ataupun berusia sama dengan kita, harus tetap menghargai mereka dan memilah kata-kata yang akan diucapkan.
ADVERTISEMENT

4. Kato Malereang

Digunakan untuk berbicara kepada orang yang disegani, contohnya mertua, Sumando ataupun tokoh adat.
Ragam bahasa di Minangkabau menghasilkan sebuah karya seni yang tentunya menggunakan bahan sebagai media untuk menyampaikan pesannya. Seni yang menggunakan bahan sebagai medianya disebut dengan “Sastra”. Karya sastra di Minangkabau terbagi menjadi dua, yaitu sastra lisan dan sastra tulis.

1. Sastra Lisan

Sebelum mengenal tulisan, masyarakat khususnya Minangkabau menyampaikan pesan dan nilai luhur dari kebudayaan mereka lewat tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun. Sastra lisan di Minangkabau bersumber dari kebudayaan masyarakat setempat yang kemudian diekspresikan melalui lisan. Berikut beberapa contoh sastra lisan di Minangkabau:

1) Pantun

Pantun merupakan jenis sastra lisan terdiri dari 4 baris per baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris kedua dan ketiga merupakan isi. Namun dalam pantun Minangkabau, sampiran punya makna yang sejajar dengan isi. Eksistensi pantun sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Di Minangkabau pantun diterapkan dalam percakapan sehari-hari, digunakan sebagai pidato, hingga dijadikan sebagai lirik lagu. Di Minangkabau, pantun juga terbagi dalam beberapa jenis yaitu pantun adat, pantun pantun tua, pantun muda, dan pantun duka. Berikut sebait contoh pantun Minangkabau:
ADVERTISEMENT
Ka suok jalan ka Sungayang,
manurun jalan ka Sumaniak.
Kok iyo awak urang Minang,
bapantun malah agak ciek.

2) Pepatah

Sastra lisan pepatah sudah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Pepatah lahir dari karakter masyarakat Minangkabau yang cenderung menyampaikan sesuatu melalui sindiran ataupun tamsilan. Apabila seseorang menyampaikan maksudnya lewat sebuah tamsilan atau dapat memahami maksud dari tamsilan tersebut, maka hal itu dianggap sebagai ciri kebijaksanaan dan kearifan. Salah satu dari tamsilan tersebut adalah pepatah. Pepatah menyampaikan sebuah pemikiran dengan menggunakan bahasa yang memiliki kiasan. Penggunaan pepatah dalam kehidupan masyarakat Minangkabau menunjukkan kepekaan perasaan mereka yang tinggi terhadap bahasa. Pepatah merupakan cara masyarakat Minangkabau untuk menyampaikan pemikiran, teguran, ataupun nasihat.
ADVERTISEMENT

3) Mantra

Sebagai salah satu jenis sastra lisan, mantra sangat unik karena memiliki unsur magis di dalamnya. Berbeda dengan pantun dan pepatah, mantra di Minangkabau merupakan jenis sastra di mana sedikit sekali orang yang bisa menguasainya. Kelompok tersebut biasanya merupakan dukun, pawang, ataupun para pendekar yang memiliki “ilmu”. Mantra dilafalkan dengan maksud untuk memenuhi tujuan tertentu. Di dalam mantra terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dan memiliki sejumlah pantangan yang harus dihindari.

4) Kaba

Kaba merupakan karya sastra yang sangat menggambarkan kekhasan dari Minangkabau. Di dalam Kaba juga terdapat unsur pantun yang menjadi unsur paling dominan di dalam isinya. Tema yang diangkat di dalam Kaba juga umumnya menyenangkan yang membuat Kaba

2. Sastra Tulis

Kebudayaan Minangkabau yang tadinya diwariskan turun-temurun hanya dari mulut ke mulut di masyarakat mulai mengalami perkembangan setelah masyarakatnya mengenal tulisan. Tradis, kisah-kisah maupun buah pemikiran dari masyarakat Minangkabau mulai ditorehkan dalam bentuk tulisan. Hal tersebut juga turut memunculkan para penulis hebat di Minangkabau yang pemikirannya mewakili realitas masyarakat dalam karya-karyanya. Berikut yang merupakan contoh dari sastra tulis di Minangkabau:
ADVERTISEMENT

1) Tambo

Tambo berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ”Tambay” yang artinya “bermula”. Dapat diartikan Tambo adalah karya sastra yang menyampaikan kisah asal-usul nenek moyang masyarakat Minangkabau. Tambo ini awalnya merupakan warisan turun-temurun masyarakat Minangkabau dalam bentuk lisan yang kemudian ditulis menggunakan bahasa Melayu. Secara umum, Tambo terbagi menjadi dua yaitu Tambo Alam dan Tambo Adat. Tambo Alam berisikan tentang kisah-kisah mengenai asal-usul nenek moyang Minangkabau dan sejarah berdirinya kerajaan di Minangkabau. Sedangkan Tambo Adat, berisi tentang adat-istiadat, hukum, dan undang-undang pada sistem pemerintahan Minangkabau di masa lalu.

2) Hikayat

Hikayat merupakan salah karya sastra lama dalam bentuk prosa yang ditulis menggunakan bahasa Melayu. Hikayat Minangkabau menceritakan kisah-kisah keluarga kerajaan, para bangsawan ataupun sosok yang memiliki kisah kepahlawanan. Pada dasarnya kisah-kisah di dalam hikayat menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai luhur kepada pembacanya. Salah satu contoh hikayat yang terkenal yaitu “Cindua Mato” yang mengambil latar kehidupan Kerajaan Pagaruyuang.
ADVERTISEMENT

3) Cerpen

Cerpen merupakan salah satu bentuk sastra prosa berupa cerita pendek yang menceritakan kehidupan sang tokoh utama. Karya cerpen Minangkabau menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat Minangkabau dalam sebuah sudut pandang yang mewakili keseluruhan masyarakatnya dan menanamkan nilai moral yang berdasarkan nilai-nilai luhur masyarakat Minangkabau.

4) Novel

Novel merupakan bentuk karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh utamanya. Di dalam novel digambarkan sebuah kejadian penting yang menjadi titik balik yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan karakter utama. Novel juga menyorot perkembangan karakter dari berbagai tokoh yang ada dalam novel sehingga novel merupakan karya sastra yang lebih rumit dibandingkan dengan cerpen.
Sebagai wujud dari ragam bahasa yang dimiliki masyarakat Minangkabau, karya sastra berperan penting dalam pelestarian bahasa di masyarakat. Lewat karya sastra baik itu sastra lisan maupun tulisan, masyarakat dapat mempertahankan bahasa daerahnya. Karya sastra tersebut juga dapat dikatakan sebagai perlambangan dari kekayaan budaya di Minangkabau.
ADVERTISEMENT