Penulis yang Mengabadikan Kisahnya dalam Sebuah Karya

Annisa Maulidina
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
6 Juli 2023 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Maulidina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menulis adalah suatu hal yang positif, dimana seseorang menuangkan idenya melalui sebuah kata-kata hingga menjadi suatu karya. Menulis pun tak hanya berbentuk puisi, artikel, dan cerpen. Namun menulis juga bisa berbentuk buku dengan alur cerita yang lumayan panjang dan rumit. Sama hal nya dengan penulis lainnya, saya memilih untuk membuat beberapa cerita berdasarkan pemikiran saya sendiri. Namun, ada satu karya saya yang saya tulis berdasarkan kisah saya sendiri. Tidak sepenuhnya, mungkin sekitar 50% dari isi cerita ini berasal dari kisah nyata.
ilustrasi buku tentang aku dan dia. Source : Annisa Maulidina
Dimana buku ini menceritakan tentang bagaimana hubungan saya dan dia, sosok yang pernah menjalani hubungan jarak jauh beberapa waktu lalu dengan saya. Cukup rumit memang. Dimana kami sama-sama tidak memiliki ruang dan waktu untuk sekedar berbincang barang 5 menit. Hingga berpisah pun menjadi akhir dari keputusan kami. Dimulai dari perkenalan yang tidak terduga. Melalui aplikasi Telegram, dan fitur Anonymous Chat, kami berkenalan. Mulai dari saling menyebutkan nama masing-masing, dan berlanjut hingga membahas berbagai hal yang kami sukai. Hari demi hari berlalu begitu saja. Namun kami lost contact selama 1 tahun lamanya. Hingga singkat cerita, kami kembali dipertemukan dalam suatu kesempatan. Dimana kala itu kami sama-sama hancur. Ia yang hancur sebab ditinggalkan oleh sang ibu untuk selamanya, dan aku yang hancur karena tuntutan keluargaku. Kami sama-sama tidak memiliki rumah untuk berpulang, hingga memutuskan untuk menjadikan masing-masing dari kami adalah rumah. Saling jatuh hati tak pernah tercatat dalam rencana kami. Itu mengalir begitu saja. Dan berakhir dengan kami yang menjadi sepasang kekasih. Saling mengenalkan diri pada keluarga kami. Saya berkenalan dengan keluarganya, begitupun sebaliknya. Singkat cerita, hari itu kami bertemu. Setelah 3 tahun saling mengenal, dan beberapa hari setelah menjadi kekasih, kami bertemu. Bertatap muka secara langsung. Jarak yang tadinya terurai sejauh 168km, akhirnya terhapus di hari itu. Dibawah atap yang sama, kami saling menatap. Bahkan genggaman tangan tak pernah kami lepaskan. Hingga di penghujung hari, sebuah pelukan pun saya dapatkan. Pelukan yang tak pernah saya dapat dari siapapun, terasa begitu hangat ia berikan.
ilustrasi sepatu yang kami gunakan kala itu. Source : Annisa Maulidina
ilustrasi dirinya yang berada tepat didepanku. Source : Annisa Maulidina
ilustrasi kami di bawah langit selepas hujan reda. Source : Annisa Maulidina
Setelah hari itu berlalu, kami kembali. Tidak, lebih tepatnya dia lah yang kembali ke kota kelahirannya. Bandung. Selang 3 minggu kemudian, hubungan kami merenggang. Dia yang sibuk dengan aktivitasnya, dan saya yang selalu menunggunya. Jika boleh jujur, rasa lelah selalu menghampiri, mengacaukan pikiran untuk berpisah dengannya. Namun sayangnya, ia duluan lah yang mengatakan kalimat perpisahan. Dan ya, kami berpisah. Saya bahkan tidak tau lagi bagaimana kabarnya sekarang. Tapi, kata adiknya, ia baik-baik saja. Iya, seharusnya ia lebih bahagia, bukan? Dan setelah usainya cerita kami, buku yang saya buat untuknya pun usai di hari yang sama. Banyak yang bilang, karya yang saya buat selalu berhasil menguras air mata. Lantas, bisakah karya yang satu ini sampai di hati pembacanya? Iya, saya harap begitu.
ADVERTISEMENT
Percayalah, dibalik karya seseorang, pasti terdapat makna tersirat di dalamnya. Emosi yang berhasil menyentuh hati para pembacanya, jelas menjadi bonus tersendiri untuk kami.