Konten dari Pengguna

Online Shop Pemicu Gaya Hidup Hedonisme?

Annisa Rahmadhani Hasibuan
Psychology Student at UIN Jakarta
9 Desember 2022 9:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Rahmadhani Hasibuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Lagi scroll-scroll eh ketemu yang lucu, langsung checkout deh”
ilustrasi belanja online (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi belanja online (sumber: https://pixabay.com/id/)
Di zaman yang serba canggih ini, kita bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kita mau. Kamu pasti udah enggak asing lagi dengan yang namanya online shop kan, atau kamu adalah salah satu penggunanya? Kemudahan yang ditawarkan oleh online shop membuat banyak konsumen lebih menyukai belanja online dibandingkan offline. Tetapi kemudahan ini ternyata juga dapat membuat konsumen bersikap impulsif ketika berbelanja, dan bahkan bertindak boros. Nah, perilaku ini adalah ciri-ciri dari gaya hidup hedonisme lho!
ADVERTISEMENT
Menelisik Lebih Jauh Gaya Hidup Hedonisme
Collins Gem menuturkan bahwa hedonisme merupakan sebuah paham yang menganggap kesenangan adalah hal yang paling penting di dalam hidup. Orang dengan gaya hidup ini akan cenderung menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan bagi mereka, dengan terus memaksimalkan perasaan-perasaan menyenangkan. Contoh kecilnya dalam kehidupan kita sehari-hari adalah banyaknya orang yang membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, tetapi hanya untuk memenuhi kesenangannya saja.
Terutama di zaman sekarang ini, dimana banyak orang yang terseret arus globalisasi. Kita diharuskan mengikuti perkembangan zaman dengan salah satunya menggunakan pakaian yang lagi “ngetrend”. Tren ini biasanya terjadi jika seorang selebritis memakai busana tersebut, kemudian hal ini akan dengan cepat menyebar lewat sosial media. Orang-orang akan saling meniru gaya busana satu sama lain dengan membeli pakaian yang sama. Tetapi yang membuat miris adalah tren tersebut tidak akan ada habisnya dan akan terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang memicu kita dapat dengan mudah membeli suatu barang tanpa memikirkan apakah kita membutuhkan barang tersebut atau tidak. Kita hanya berfokus untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan. Karena bisa jadi hal itu membuat kita merasa diterima di dalam masyarakat serta menganggap diri kita mampu untuk mengikuti perkembangan zaman. Akhirnya, kita tidak lagi dapat membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya untuk memenuhi kesenangan semata (Suryani & Achiria, 2019).
Hedonisme bisa menimbulkan perilaku konsumtif?
Gaya hidup hedonisme tentu saja akan menguras habis kantong kita, dimana kita akan dengan mudah membeli barang yang kita sukai tanpa berpikir dua kali. Hal inilah yang akan menimbulkan perilaku konsumtif dari para pelaku hedonisme. Perilaku konsumtif adalah perilaku berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang (Setiaji, 1995). Demi gaya hidup yang diinginkan, sebagian dari kita rela menghabiskan banyak uang hanya untuk kesenangan sesaat. Kita membelanjakan uang yang kita punya tanpa pertimbangan yang matang dan berpikir dengan hal itu kita akan menjadi bahagia.
ADVERTISEMENT
Apalagi ketika menggunakan aplikasi online shop yang serba mudah. Kita hanya perlu meng-klik saja dan barang yang kita mau akan datang. Tampilan pada aplikasi online shop yang sederhana membuat siapa saja dapat menggunakannya secara langsung. Selain itu, ketika membuka aplikasi online shop kita akan langsung disuguhkan dengan banyak barang-barang yang menarik penglihatan kita, sampai secara tidak sadar kita sudah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menscroll dan banyak memasukkan barang ke dalam keranjang pembelian. Niat awal yang hanya ingin melihat-lihat saja, malah jadinya membeli banyak barang.
Perilaku konsumtif ini tentu menimbulkan dampak negatif bagi kita, terutama jika pengeluaran yang kita keluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang kita peroleh. Para pelaku hedonisme pasti akan melakukan banyak cara untuk dapat membeli barang yang diinginkannya. Hal ini bisa menjadi boomerang bagi dirinya, ketika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
ADVERTISEMENT
Ternyata Hedonisme bisa dihindari lho!
Gaya hidup hedonisme banyak memberikan dampak negatif bagi kita, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Tetapi untungnya, kita masih dapat menghindari perilaku ini dengan cara berikut.
Mengubah mindset kita.
Kita harus dapat menyadari bahwa kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya materi ataupun barang-barang yang bernilai yang kita miliki, tetapi berasal dari hati yang penuh syukur dalam menajalani kehidupan. Sehingga kita diharapkan untuk dapat lebih mensyukuri apa yang kita miliki saat ini.
Tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar apalagi dalam hal pertemanan.
Jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki gaya hidup hedonisme, kita harus berhati-hati agar tidak terpengaruh hal yang sama. Hal ini bisa dihindari dengan selektif dalam memilih lingkaran pertemanan.
ADVERTISEMENT
Dapat menetukan prioritas.
Orang-orang dengan gaya hidup hedonisme cenderung tidak punya skala prioritas. Maka dari itu, agar kita tidak dengan mudah membeli banyak barang, kita harus menentukan terlebih dahulu barang apa yang benar-benar dibutuhkan. Dengan begitu, ketika akan membeli suatu barang yang sebenarnya tidak diperlukan, kita akan berpikir dua kali sebelum membelinya.
Annisa Rahmadhani Hasibuan, mahasiswi S1 Psikologi UIN Jakarta.