Keberkahan Syair-syair Maulid

Annisa Suci Damayanti
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
12 Desember 2022 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Suci Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Setiap naskah maulid mengandung keberkahan dan keistimewaan. Syair maulid merupakan puja-puji terhadap Rasulullah SAW yang dikarang oleh para ulama besar. Naskah-naskah itu rata rata ditulis seabad islam dan masing-masing ulama atau majelis masjid mempunyai kegemaran atau kecenderungan tersendiri terhadap salah satu atau dua naskah Maulid. Ada yang lebih senang membaca burdah, barzanji, ad-Diba’i, dan Simtudduror.
ADVERTISEMENT
Maulid ad-diba'i, banyak dibaca di kalangan pesantren salaf dan pengajian para ulama dan juga santri Betawi. Sementara kalangan habib hanya sebagian kecil yang membacanya. Antara lain majelis ta'lim ar-Ridwan, bekasi, asuhan Habib Ali bin Saleh Alatas, yang juga sangat populer sebagai salah seorang ulama yang piawai melantunkan maulid Diba', yang diwarisinya dari sang kakek, Habib Muhammad bin Muhsin Alatas, generasi pertama habaib yang menjejakkan kaki di bekasi bersama putranya, Habib Saleh bin Abdullah Alatas.
Habib Ali, kini 57 tahun, adalah putra sulung Habib Saleh, dan satu-satunya pewaris bakat kakeknya sebagai pelantun Maulid Diba'. Kini kepiawaian itu diteruskan oleh generasi keempat yaitu shahibul wilayah Bekasi, Habib Abdullah bin Ali Alatas, putra Habib Ali bin Saleh Alatas, alumnus Darul Musthafa Tarim, Hadramaut.
ADVERTISEMENT
Ketika Habib Saleh Alatas wafat pada 10 Muharram atau 23 Januari 1975, Habib Ali melanjutkan kebiasaan ayahandanya untuk membaca Maulid Diba' setiap malam jum'at di mushola yang terletak di sebelah rumahnya, yaitu di jalan Kartini/Mayor Oking, Bekasi Kidul. Saat ini, jama'ah Maulid yang pada 1993 pernah masuk dapur rekaman itu sudah mencapai seribuan orang, sementara mushola kecil itu, sudah menjadi masjid jami' yang besar dan juga indah.
Sejak mengamalkan maulid Diba' secara rutin, Habib Ali banyak sekali merasakan keberkahan dalam hidupnya, termasuk keberkahan rezeki. hal serupa dianggap pula oleh jama'ah yang selalu istiqomah mengikuti wirid dan pembacaan Maulid Diba' setiap malam jum'at. lalu Habib Ali juga sempat beberapa kali mengalami hal-hal yang bersifat batiniah.
ADVERTISEMENT
Ketika pembacaan Maulid Diba’ sampai pada detik detik kelahiran Rasulullah SAW, sebagaimana dikisahkan oleh orang terdekatnya, Habib Ali dan beberapa jama'ah melihat seberkas cahaya terang benderang turun dari langit-langit rumahnya. Seorang jama'ah bahkan sempat gemetaran dan pingsan. Habib Ali merasa, bahwa cahaya itu adalah ruh Rasulullah SAW.
Selanjutnya ada pula Maulid Barzanji, bagi Sebagian komunitas Ulama dan santri di daerah Jakarta, Maulid Barzanji dianggap lebih pas untuk dibaca dan diamalkan. Seperti halnya naskah-naskah Maulid yang lain, Maulid Barzanji juga banyak memuat Riwayat, kepribadian, dan sifat mulia Rasulullah SAW serta puja-puji terhadap beliau berikut beberapa doa yang populer.
Pembacaan Maulid juga merupakan momentum penting untuk mengingatkan kaum Muslimin akan keagungan pribadi Rasulullah SAW dan memuliakannya. Di daerah Jakarta dan sekitarnya, pembacaan Maulid Barzanji tidak hanya dilakukan pada saat menjelang dan selama bulan Maulid, tapi juga secara rutin digelar pada setiap malam jum’at.
ADVERTISEMENT
Bahkan juga di berbagai kesempatan, sebagai salah satu upaya atau pengharapan untuk menggapai suatu kebajikan. Misalnya, pada usia ketujuh kehamilan seorang ibu, dan saat acara aqiqah yang diikuti serta acara menggunting atau mencukur rambut bayi, atau pada saat acara khitanan, pernikahan, atau acara-acara lainnya. Acara cukur rambut dalam sebuah majelis dengan membaca Maulid Barzanji seperti itu sengaja digelar dengan harapan si anak dan juga para anggota majelis maulid, mendapat limpahan berkah karena membaca Maulid.
Sementara si anak kelak tumbuh menjadi anak yang soleh atau solehah, dan mampu meneladani akhlak Rasulullah SAW. Beberapa majelis ta'lim yang mengamalkan Maulid Barzanji secara rutin memang merasakan dan mengalami banyak sekali keberkahan, misalnya mendapatkan kedamaian dan ketenangan hidup. Namun, yang paling utama adalah mengharapkan berkah dan syafaat dari Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
Adapun Simthud Durar yang disusun pada 21 Shafar 1327 Hijriah, saat Habib Ali Al-Habsyi berusia 68 tahun. Proses penulisannya sangat unik. Konon, kata-kata mutiara mengalir begitu saja diucapkan oleh Habib Ali dan dicatat oleh putra sulungnya, Habib Muhammad. Menurut Habib Novel Muhammad Alaydrus dalam buku Manaqib Habib Ali Bin Muhammad al-Habsyi, tak sampai sebulan karya itu sudah selesai. Simthud Durar disusun pada 21 Shafar 1327 Hijriah, saat Habib Ali Al-Habsyi berusia 68 tahun.
Proses penulisannya sangat unik. Konon, kata-kata mutiara mengalir begitu saja diucapkan oleh Habib Ali dan dicatat oleh putra sulungnya, Habib Muhammad. Menurut Habib Novel Muhammad Alaydrus dalam buku Manaqib Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi tak sampai sebulan karya itu sudah selesai. Pada 12 Rabiul Awal 1327 Hijriah, ia merevisinya. dan mengumumkan agar para muridnya membaca Simthud durar dan menyebar ke seluruh Hadramaut, bahkan ke beberapa bagian dunia Islam. Mula-mula dibaca di rumah Habib Umar bin Hamid Al-Bar, murid Habib Ali, yang belakangan juga membawa karya ini ke Madinah dan dibacakan di depan makam Rasulullah SAW pada 27 Sya'ban 1327 Hijriah, bertepatan dengan peringatan Isra Mi'raj Rasulullah SAW. Hingga Habib Ali Al-Habsyi wafat 20 Rabi'ul Akhir 1333 H/1912 M, bahkan hingga kini, Simthud Durar dibaca kaum muslimin, terutama kalangan habaib 2q1, dan hampir di seluruh dunia. Mulai dari Yaman, Arab Saudi, Zanzibar, India, Pakistan, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Afrika Selatan, dan juga Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Simtudduror dikenal sebagai Maulid Habsyi, selain sangat populer dikalangan majelis ta’lim yang di gelar para Habib, juga banyak di baca oleh majelis ta’lim dan pesantren yang diasuh para ulama atau Kyai yang berada di Jakarta. Pesantren Al Mawaddah daerah ciganjur Jakarta Selatan misalnya, mengadakan Maulid Simtudduror pada setiap malam jumat. dan sholawat “Ala Ya Allah Binadzroh” yang terdapat di dalam Simtudduror bisa menyembuhkan penyakit.
Ada salah seorang murid Habib Anis yang menyebarkan Simthud Durar di setiap majelis ta’lim yang diasuhnya ialah Habib Husin Mulachela. Lalu beliau bercerita kepada Habib Ali bahwa anaknya bodoh sekali, sangat sulit disuruh menghafal, dan sangat malas disuruh beribadah. Lalu Habib Ali mengatakan “Barangsiapa yang menghafal maulid Simthud Durar, atau menulisnya dari awal hingga akhir, maka Allah SWT akan membukakan pintu rahmat-Nya, sehingga ia menjadi pandai.” Benar. Setelah menulis Simtudduror dari awal hingga akhir, anak itu pun cerdas dan rajin beribadah.
ADVERTISEMENT
Mengambil hikmah dari cerita itu, Habib Husin Mulachela pun menerapkan hal yang sama. Ia menyuruh para santrinya di Pesantren Ar-Riyadh, Pondok Bitung, Ciapus, Bogor, untuk menghafal Simtudduror. “Jika seorang santri menghafalnya, insya Allah, dia akan mudah menghafal kitab-kitab lainnya, seperti alfiyah. Habib Husin sangat menaati nasihat Habib Anis agar selalu menjaga suasana saat pembacaan Simtudduror, dengan harapan rahmat Allah SWT akan turun.
Dan sebelum membaca pun, Habib Anis menganjurkan agar seluruh jamaah dalam majelis memantapkan niat yang baik dan rasa cinta kepada Rasulullah SAW, tidak hanya di lidah. “Jika kita harus meresapi, memikirkan, kemudian melaksanakannya. Insya Allah, lisan, hati, pikiran, dan amal kita akan mampu mendekatkan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW,” kata Habib Husein.
ADVERTISEMENT
Selain Barzanji, Diba’, dan Simtudduror, ada juga kaum muslimin di Jakarta yang gemar membaca Maulid Burdah secara rutin. Misalnya di Masjid Sabilal Muhtadin, Pisangan Baru, Jatinegara, Jakarta Timur. Di luar Jakarta, Burdah juga dibaca kaum muslimin, seperti, di Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan. Tentu dengan gaya dan irama khas masing-masing. Burdah pun dapat menyembuhkan suatu penyakit.
Maka setiap jama'ah yang membaca Burdah membawa satu atau dua botol air mineral yang diletakkan di majelis Maulid, dengan harapan menjadi air berkah yang dapat menyembuhkan. Dan juga mengapa Habib Thoha begitu istiqomah membaca Burdah karena berkaitan dengan pengalaman spiritual yang luar biasa. Suatu hari istri beliau sakit parah dan sudah koma.
Menurut dokter, istri beliau sudah tidak punya harapan untuk hidup. Katanya hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya, Ketika itu beberapa ulama, seperti Al-Maghfur lah Habib Anis Al-Habsyi Solo, Habib Syech Alaydrus Surabaya, dan beberapa ulama lain, menyarankan untuk membaca Burdah dan bersedekah. Malam itu, ketika diolesi air pembacaan Burdah, subhanallah, bibirnya ketika bergetar, jempol kaki yang sudah kaku bergerak-gerak, dan mata yang sudah rapat mulai berkedip. Dan alhamdulillah sampai sekarang istri beliau masih sehat. Menurut istrinya, waktu itu ia merasa ada seseorang yang memberinya minum.
ADVERTISEMENT
Setelah minum air putih itu, ia merasa segar dan dapat menggerakan bibir, kaki, dan membuka, mata. Setelah itu ditambah perawatan dokter secara intensif, Allah SWT menganugerahkan Kesehatan hingga kini. Sejak itulah Habib Ahmad bin Thoha menggelar majelis Burdah yang pertama kali digelar di rumahnya di kawasan Bukit Sari, Semarang, kemudian dipindahkan ke rumah orangtuanya, Habib Thoha Al-Munawwar, di kauman Krendo, Semarang, yang dihadiri ribuan jamaah dari berbagai kota.
MasyaAllah Tabarakallah semoga dengan terus bershalawat kepada Rasulullah SAW kita semua selalu mendapatkan keberkahan dan juga Syafaat di Yaumul Qiyamah.