Konten dari Pengguna

Surat Kabar Oetoesan Hindia Sebagai Alat Propaganda Muslim di Indonesia

Annisa Syifa Ramadhani
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang
19 Maret 2022 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Syifa Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
H.O.S. Tjokroaminoto : sumber pribadi
zoom-in-whitePerbesar
H.O.S. Tjokroaminoto : sumber pribadi
ADVERTISEMENT
Selain, tokoh pers Tirto Adhie Soerjo terdapat H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pahlawan dari pergerakan nasional dan sekaligus pemimpin dari organisasi islam terbesar di Hindia Belanda yaitu Sarekat Islam (SI). Memiliki nama asli Hadji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto yang lahir di Madiun, pada tahun 1882. Tjokroaminoto sering dikenal sebagai “guru bangsa tokoh pergerakan” dikarenakan telah berjuang menumbuhkan kesadaran nasional. Tjokroaminoto telah memublikasikan tentang paradigma Nasionalisme dan sebagai pencetus gagasan dari pemerintahan sendiri (zelfbestuur) untuk Bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tjokroaminoto memiliki keahlian kompeten dalam mengkritik pemerintahan kolonial kala itu melalui surat kabar. Tulisannya itu menjadi salah satu senjata perlawanan yang digunakan oleh Tjokroaminoto untuk menyampaikan pemikiran. Dan secara tidak langsung dapat memicu semangat rakyat pribumi untuk lepas dari belenggu penjajahan. Gagasan patriotiknya ini disampaikan dalam media massa atau pers seperti surat kabar sebagai alat propaganda. Dalam hal ini, propaganda yang digunakan oleh Sarekat Islam dibawah pimpinan Tjokroaminoto berisi mengenai berita baik bagi kepentingan muslim di Nusantara.
Pers Oestoesan Hindia : sumber pribadi
Perjuangan Muslim Bumiputera
H.O.S Tjokroaminoto telah menyebarkan propaganda di daerah-daerah Sarekat Islam (SI) sebagai tanda awal dari gerakan nasional seperti pada surat kabar Oetoesan Hindia (Surabaya) pada Desember 1912. Surat kabar ini dapat dikatakan sebagai lahan menulis bagi aktivis-aktivis Sarekat Islam (SI) untuk menumpahkan gagasan dan pemikirannya, seperti menentang kebijakan-kebijakan kapitalisme di dalam negeri. Surat kabar tersebut digunakan rakyat pribumi untuk mencari informasi dan sebagai tempat bagi masyarakat (baik tidak dari kalangan atas maupun bawah) asalkan beragama islam yang menempati suatu wilayah, untuk bersatu dalam wadah SI.
ADVERTISEMENT
Aksi propaganda melalui surat kabar Oetoesan Hindia diikuti dengan perkembangan politik islam kala itu. Ditambah dengan kepopuleran Tjokroaminoto yang membuat surat kabar ini bisa mencapai jangkauan nasional. Melalui surat kabar, Tjokroaminoto cukup berpengalaman dalam mengelola penerbitan perusratkabaran (pers). Misalnya Oetoesan Hindia diterbitkan lebih dari dua kali dalam sepekan yang memuat berita-berita, opini, dan iklan. Dengan demikian, terbitan surat kabar yang dipimpin oleh Tjokroaminoto sebagai pimpinan dari SI, tentunya memuat hal-hal penting untuk menyuarakan aspirasi dan kepentingan SI.
Dampak Oetoesan Hindia Bagi Muslim Bumiputera
Surat kabar Oetoesan Hindia banyak memberikan dampak secara langsung bagi kalangan muslim bumiputera. Dimana Tjokroaminoto dan teman-teman media lainnya telah mengubah nasib rakyat pribumi yang banyak mengalami diskriminasi berubah menjadi lebih baik. Tulisan di surat kabar tersebut mampu menunjukkan aspirasi rakyat pribumi terhadap pemerintah kolonial yang semata-mata mengubah kehidupan mereka, kini melalui surat kabar Oetoesan Hindia rakyat pribumi mampu menyalurkannya gagasan mereka secara langsung.
ADVERTISEMENT
Dibawah kepemimpinan Tjokroaminoto, surat kabar Oetoesan Hindia berkembang pesat dalam hal pemberitaan yang paling lengkap dan update, baik dari dalam negeri maupun berita internasional. Dalam surat kabar Sarekat Islam (SI) lainnya seperti Sarotomo, Pantjaran Warta, Kaoem Moeda, dan Sinar Djawa juga memberitahukan berita yang sama, namun dengan cakupan yang lebih sedikit. Dapat dikatakan bahwa, Oetoesan Hindia menjadi sarana penting bagi penyalur aspirasi umat islam yang melibatkan para ulama serta dari kalangan pesantren. Dari dampak yang cukup besar terhadap perkembangan umat islam kala itu, surat kabar Oetoesan Hindia harus ditutup paksa. Dikarenakan adanya berbagai permasalahan di dalam tubuh organisasi Sarekat Islam (SI), hingga akhirnya resmi ditutup pada 1923.