Kerokan sebagai Pengobatan Alternatif Tradisional yang Masih Eksis

Annisa 'Ulya 'Alimah Qurrota A'yun
Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
3 Desember 2022 21:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa 'Ulya 'Alimah Qurrota A'yun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi praktik pengobatan kerokan. Sumber foto: glamedia pikiran rakyat.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi praktik pengobatan kerokan. Sumber foto: glamedia pikiran rakyat.com
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara di Benua Asia yang berbentuk kepulauan. Karena wilayahnya terdiri dari berbagai pulau, membuat tiap daerah-daerah yang memiliki berbagai kearifan lokalnya sendiri. Kearifan lokal merupakan bentuk kecerdasan manusia yang berasal dari pengalaman masyarakat dan dimiliki oleh etnis tertentu (Rahyono, 2009). Dimana pengalaman-pengalaman tersebut memunculkan nilai yang melekat pada suatu masyarakat dan telah berlangsung sepanjang perjalanan keberadaan masyarakat tersebut. Selain itu kearifan lokal dapat dikatakan sebagai suatu pandangan atau ilmu pengetahuan yang berwujud dalam kegiatan yang dilakukan masyarakat sebagai solusi atas masalah dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup (Fajarini, 2014).
ADVERTISEMENT
Pengobatan Tradisional Termasuk Kearifan Lokal
Kearifan lokal terdapat berbagai macam jenis dan macam bentuknya, dapat berupa tradisi, adat-istiadat, norma, bahkan mengenai pengobatan juga. Dalam praktiknya, pengobatan tradisional dapat berupa pengobatan dari dalam yang dilakukan dengan pembuatan ramuan herbal maupun pengobatan dari luar dapat berupa pengobatan fisik. Sejak zaman dahulu kala, sebelum terdapat yang namanya dokter atau ahli medis seperti dukun atau tabib, masyarakat zaman dulu memilih untuk mendiagnosa jenis penyakit yang dideritanya dan jenis pengobatan yang dilakukan. Hal tersebut didukung dengan keragaman hayati di Indonesia yang melimpah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengobatan.
Praktik Pengobatan Tradisional
Salah satu praktik pengobatan tradisional yang menjadi kearifan lokal di Indonesia adalah tradisi kerokan. Praktek kerokan mulanya berasal dari negara cina dan dikenal dengan sebutan Pinyin: guā shā (Fadhillah, 2021). Guā shā ini pertama kali muncul pada abad ke-5 di negara China, yang kemudian menyebar ke wilayah-wilayah negara Asia termasuk Indonesia dan dikenal dengan istilah kerokan. Penyebutan istilah kerokan berasal dari praktik pengobatan yang dilakukan dengan cara menggosokkan benda tumpul berupa logam ke badan dengan cara di kerik atau kerok hingga menghasilkan warna merah pada badan akibat dari gesekan, sehingga masyarakat zaman dulu menyebutnya dengan sebutan kerokan.
ADVERTISEMENT
Kerokan menjadi salah satu tradisi pengobatan selain ramuan atau jamu herbal yang telah diturunkan dari zaman dahulu dan menjadi sebuah kebiasaan hingga masa kini. Bermula dari masyarakat dulu ketika mengalami penyakit ringan seperti masuk angin atau merasa kelelahan, mereka lebih mimilih untuk melakukan kerokan sebagai pengobatan alternatife (Jennifer & Astutiningsih, 2015). Mereka lebih memilih untuk melakukan kerokan karena efek yang diberikan setelah kerokan adalah badan terasa lebih hangat dan enteng. Selain itu, wilayah tempat tinggal juga dapat menjadi pengaruh probabilitas individu dalam memilih pengobatan alternatif yang dibutuhkan. Kebanyakan orang-orang desa apabila sedang mengalami sakit ringan lebih memilih untuk melakukan kerokan, berbeda dengan masyarakat perkotaan yang lebih memilih untuk melakukan pengobatan konvensional atau ke dokter untuk penyembuhannya (Jennifer & Saptutyningsih, 2015).
ADVERTISEMENT
Penyakit ringan seperti masuk angin, pegal-pegal, dan kelelahan merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh semua kalangan terkhusus bagi orang dewasa dan manula. Dan dalam menyikapi hal ini, kerokan dipercaya keefektifannya dalam menyembuhkan gejala tidak enak badan seperti yang dirasakan lansia (Indriani, 2018). Praktik kerokan sangat banyak digunakan di daerah Jawa, menurut masyarakat Jawa kerokan merupakan upaya penanganan terhadap tubuh yang sedang tidak baik atau enak yang tidak perlu memerlukan banyak biaya, tetapi efek dan caranya sangat manjur (Suryani & Sianturi, 2013).
Sejatinya kesehatan dalam lingkup masyarakat dan budaya memiliki multi perspektif yang mana salah satunya mengenai pengobatan tradisional. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa dalam usaha pengobatan tradisional merupakan sebuah alternatif jika pengobatan konvensional dirasa tidak dapat mengatasi penyakit yang diderita oleh seseorang. Manfaat utama yang dijadikan sebagai faktor adanya pengobatan alternatif yang ramah lingkungan jenis ini adalah sebagai pembantu masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi untuk menjangkau kesehatan (Iskandar, 2012).
ADVERTISEMENT
Pengaruh Budaya terhadap Pemilihan Pengobatan
Aspek sosial budaya tidak dapat dilepaskan di pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keanekaragaman budaya (Indriani, 2018). Pernyataan-pernyataan sebelumnya menyatakan bahwa kerokan menjadi salah satu satu praktik pengobatan yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Khususnya bagi masyarakat Jawa yang telah menganggap lumrah praktik kerokan ini. Berdasar pada pernyataan seorang narasumber di wilayah Jawa Tengah, daerah Surakarta dalam (Suryani & Sianturi, 2013) menyatakan bahwa kerokan menjadi suatu kearifan lokal budaya di daerah Mojosongo, Jawa Tengah hingga terdapat padepokan bernama Lemah Putih sebagai tempat mempelajari teknik atau cara kerokan menyebabkan peradangan yang menarik perhatian orang asing untuk berkunjung ke padepokan tersebut.
Dari kasus praktik kerokan pada masyarakat daerah Jawa, mereka menyebutkan bahwa alasan mereka memilih untuk melakukan kerokan karena biaya dalam melakukannya murah, prosesnya atau prakteknya mudah dan manjur. Hal ini karena arah gesekan atau kerokan logam koin hanya dilakukan di daerah belakang tubuh seperti di punggung, leher, dan ruas tulang belakang. Selain itu alat-alat yang digunakan sangat mudah ditemukan, seperti koin dan pelengkap seperti minyak kayu putih dan balsem. Dari hasil gesekan koin yang diberi minyak dengan kulit tubuh manusia akan timbul peradangan sebagai mediator inflamasi. Yang mana dalam inflamasi darena kerokan tersebut dapat membuat nyeri otot mereda sebagai reaksi kardiovaskuler dan menyebabkan badan terasa lebih hangat (Suryani & Sianturi, 2013).
ADVERTISEMENT
Menurut salah satu dokter yang pernah meneliti tentang kerokan menyatakan bahwa sebenarnya aktivitas kerokan sampai saat ini belum ditemukan efek samping yang sangat membahayakan (Palupi, 2008). Efek yang timbul dari aktivitas kerokan hanyalah perubahan warna kulit menjadi merah atau kehitaman akibat dari gesekan. Perubahan warna tersebut menurut Wijayakusuma dalam (Palupi, 2008) menunjukkan seberapa berat penyakit yang diderita.
Tinjauan Teori Kontruksi Sosial pada Praktik Kerokan
Apabila dikaitkan dengan teori sosiologi maka kerokan dapat dikategorikan sebagai hasil konstruksi masyarakat. Konstruksi sosial merupakan proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif (Poloma, 1979).
Adapun proses dialek konstruksi sosial kerokan mulanya hadir sebagai sebuah pengobatan alternatif untuk meringankan masuk angin dan meriang orang China yang kemudian di eksternalisasi ke berbagai wilayah Asia termasuk Jawa sebagai pengobatan untuk penyakit ringan seperti masuk angin, meriang dan kelelahan dengan cara menggesekkan logam koin atau benda tumpul pada kulit tubuh manusia sebagai alternatif penyembuhan penyakit. Dari proses eksternalisasi ini diyakini berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit masuk angin oleh beberapa orang dan masuk menjadi proses objektivikasi. alternatif penyembuhan ini kemudian diturunkan secara turun temurun oleh orang tua ke anak-anaknya dan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan ketika merasakan badan yang kurang sehat.
ADVERTISEMENT
Yang akhirnya menjadi proses internalisasi , ketika merasa badan kurang sehat dan masuk angin tidak perlu untuk mendatangi dokter atau pengobatan konvensional, cukup dengan menggesekan koin ke badan dengan minyak atau balsem sudah dapat menyembuhkan penyakit masuk angin dan meriang.Perkembangan dan keberlangsungan praktik kerokan ini merupakan hasil konstruksi masyarakat jawa dalam upaya meringankan gejala masuk angin yang masih berkembang di masyarakat hingga saat ini muncul berbagai produk kesehatan kerokan tanpa ribet seperti yang telah tergabung dalam kemasan minyak angin.
Terdapat fakta dilapangan bahwa kerokan menyebabkan kecanduan (Suryani & Sianturi, 2013). Bukti secara faktual menyebutkan bahwa ternyata kebanyakan orang yang pernah melakukan kerokan dan menerima efek yang baik untuk kesembuhan sakit terutama masuk angin, berpotensi merasakan ketergantungan. Efek kecanduan ini disebabkan oleh zat morfin atau yang dikenal dengan sebutan endorphin. Dimana endorphin dikeluarkan sebagai reaksi lokal yang ditimbulkan oleh kerokan.
ADVERTISEMENT
Efek yang diberikan dari kerokan bisa dikatakan juga merupakan hasil dari sugesti orang tersebut. Bagi orang-orang yang tidak merasakan efek perubahan pada penyakitnya setelah melakukan kerokan, secara tidak langsung mereka tidak akan melakukan kerokan lagi dan lebih memilih untuk menggunakan pengobatan konvensional atas rekomendasi dokter. Namun, banyak orang juga menjadikan kerokan sebagai terapi alternatif atau pelengkap dari terapi atau pengobatan konvensional. Selain itu, beberapa tenaga kesehatan menyarankan kerokan dijadikan sebagai terapi komplementer dalam hal pengobatan.
Penutup
Terlepas dari kemudahan yang ditawarkan dalam praktik kerokan, sebenarnya efek yang ditimbulkan dari pengobatan jenis ini merupakan hasil sugesti. Secara ilmiah belum dapat ditemukan dampak kesembuhan secara pasti dari kerokan bagi penyembuhan penyakit masuk angin. Dikarenakan praktik ini telah diwariskan turun temun, secara tidak langsung kerokan ini tetap menjadi sebuah kebiasaan. Kontruksi, kepercayaan dan sugesti yang diberikan akan efek penyembuhan dari kerokan inilah juga menjadi penyebab kerokan sampai saat ini masih dilakukan untuk mengobati masuk angin.
ADVERTISEMENT