Konten dari Pengguna

Siap Hadapi Risiko Keuangan

Annissa Sagita
Financial Planner
30 Januari 2019 10:47 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annissa Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Mengatur Keuangan (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Mengatur Keuangan (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu Indonesia kembali 'disapa' oleh bencana tsunami di Pulau Jawa. Bencana alam memang tidak bisa diperkirakan, tapi apakah efeknya ke keuangan bisa diminimalisir?
ADVERTISEMENT
Risiko (bukan resiko), menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Hidup tidak lepas dari risiko, demikian juga perencanaan keuangan sebagai bagian dari kehidupan.
Manajemen risiko menjadi salah satu komponen wajib ada dalam perencanaan keuangan. Ini salah satu hal yang paling dasar untuk dilakukan sebelum “berangkat” ke tujuan keuangan. Manajemen risiko mempersiapkan untuk hal-hal yang di luar dugaan yang bisa berakibat ke rencana keuangan. Hope for the best but prepare for the worst (berharap yang terbaik tapi mempersiapkan untuk yang terburuk).
Risiko memang tidak bisa dihindari, namun kita bisa meminimalisir efeknya ke keuangan kita. Ibaratnya terpaksa terjun bebas dari tempat yang tinggi, tentu efek cedera ke tubuh akan semakin kecil apabila sudah menyiapkan parasut atau trampolin atau kasur di bawah. Yang membedakan tentu sebesar apa persiapannya (sebagus apa parasutnya, sebesar/seempuk apa trampolin dan kasurnya).
ADVERTISEMENT
Apa saja risiko keuangan?
Risiko keuangan adalah kejadian apapun yang membuat tujuan keuangan tidak tercapai atau rencana keuangan jadi berantakan. Kejadiannya mungkin tidak berkaitan langsung ke keuangan, tapi bisa berdampak ke keuangan.
Kejadian yang termasuk risiko keuangan: kematian, kecurian, kecelakaan, kebakaran, dan lain-lain. Contohnya kematian. Jika terjadi kematian kepada seorang kepala keluarga yang belum melakukan manajemen risiko keuangan keluarga, maka istri dan anak-anaknya akan mengalami penurunan standar hidup karena dengan meninggalnya kepala keluarga tersebut, pemasukan bulanan keluarga akan berkurang.
Tidak hanya pemasukan bulanan, semua rencana masa depan keluarga pun akan berubah. Yang tadinya bisa merencanakan untuk sekolah anak ke luar negeri misalnya, kini dengan adanya musibah semua rencana terpaksa ditunda. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan pastinya akan meninggal, sehingga bagi para kepala keluarga sebaiknya sudah melakukan manajemen risiko untuk keuangan keluarga kecilnya.
ADVERTISEMENT
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan sakit juga termasuk risiko. Ada beberapa perusahaan yang mengumumkan PHK sebelum terjadi, tapi ada juga perusahaan yang melakukan PHK secara mendadak dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan data perusahaan.
Selain kehilangan pemasukan bulanan, PHK juga memutus semua fasilitas karyawan seperti asuransi kesehatan, rumah dan mobil dinas serta tunjangan-tunjangan lainnya. Ini semua tentunya akan berdampak kepada keuangan bulanan dan rencana keuangan ke depan.
Bagi para pekerja lepas (freelancers) yang bekerja berdasarkan proyek/acara (event) ada risiko lain yang mengintai, yaitu risiko keterlambatan pembayaran. Risiko ini datang satu paket dengan profesi yang dipilih. Bahkan kejadian yang menyenangkan pun datang dengan risiko, misalnya pernikahan.
ADVERTISEMENT
Risiko dalam pernikahan adalah perceraian, meninggalnya tulang punggung keluarga/suami/ayah, risiko mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), kekerasan finansial, kerugian usaha bersama, dan lain-lain. Siapa yang tahu jika di awal hubungan terasa manis namun setelah masuk ke dalam pernikahan, ternyata jauh dari ekspektasi bahkan berbahaya?
Bicara tentang financial risk, tidak lepas dari risiko investasi. Tapi tidak hanya risiko investasi saja yang dihadapi, penurunan nilai mata uang (inflasi) juga termasuk risiko. Uang yang disimpan di bank dan didiamkan dalam jangka waktu yang lama bisa mengalami risiko penurunan nilai mata uang ini.
Ada beberapa jenis risiko investasi: risiko spesifik dan risiko sistematis. Risiko spesifik: risiko yang spesifik terjadi sama satu investasi aja tapi tidak berpengaruh di investasi lainnya. Contoh turunnya harga saham batu bara karena kebijakan pembatasan impor batu bara. Risiko sistematis : risiko yang berlaku di semua investasi. Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi, maka semua lesu. Ada lagi risiko politis, risiko market, risiko event, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Jika tidak berhati-hati, ada satu risiko lagi yang cukup berbahaya, yaitu risiko investasi bodong. Untuk menghindari risiko ini diperlukan pikiran yang kritis, logis, dan ilmu investasi serta perencanaan keuangan yang cukup untuk mampu membedakan mana investasi bodong dan mana yang investasi legal atau pun bisnis.
Nah lalu bagaimana menghadapi risiko-risiko tadi?
Ilustrasi Prinsip Keuangan. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Prinsip Keuangan. (Foto: Shutterstock)
Risiko keuangan bisa dihadapi dengan 4 cara:
Contoh: Risiko kebakaran rumah. Yang bisa Anda lakukan avoid risk dengan tidak beli rumah sama sekali, atau accept risk beli rumah lalu pasrah, atau beli rumah dan pasang detektor asap dan memasang APAR (alat pemadam api ringan). Yang terakhir, bisa melakukan transfer risk dengan beli asuransi properti yang melindungi dari kebakaran.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jadi, secara garis besar ada dua hal yang bisa Anda lakukan supaya siap menghadapi risiko terhadap keuangan, yaitu menyiapkan dana darurat dan memiliki asuransi, tentunya yang sesuai dengan profil Anda. Sudahkah Anda siapkan mulai saat ini?
Annissa
IG @nengnisye