Siap Hadapi Risiko Keuangan
Konten dari Pengguna
30 Januari 2019 10:47
Tulisan dari Annissa Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Beberapa waktu lalu Indonesia kembali 'disapa' oleh bencana tsunami di Pulau Jawa. Bencana alam memang tidak bisa diperkirakan, tapi apakah efeknya ke keuangan bisa diminimalisir?
Risiko (bukan resiko), menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Hidup tidak lepas dari risiko, demikian juga perencanaan keuangan sebagai bagian dari kehidupan.
Manajemen risiko menjadi salah satu komponen wajib ada dalam perencanaan keuangan. Ini salah satu hal yang paling dasar untuk dilakukan sebelum “berangkat” ke tujuan keuangan. Manajemen risiko mempersiapkan untuk hal-hal yang di luar dugaan yang bisa berakibat ke rencana keuangan. Hope for the best but prepare for the worst (berharap yang terbaik tapi mempersiapkan untuk yang terburuk).
Risiko memang tidak bisa dihindari, namun kita bisa meminimalisir efeknya ke keuangan kita. Ibaratnya terpaksa terjun bebas dari tempat yang tinggi, tentu efek cedera ke tubuh akan semakin kecil apabila sudah menyiapkan parasut atau trampolin atau kasur di bawah. Yang membedakan tentu sebesar apa persiapannya (sebagus apa parasutnya, sebesar/seempuk apa trampolin dan kasurnya).
Apa saja risiko keuangan?
Risiko keuangan adalah kejadian apapun yang membuat tujuan keuangan tidak tercapai atau rencana keuangan jadi berantakan. Kejadiannya mungkin tidak berkaitan langsung ke keuangan, tapi bisa berdampak ke keuangan.
Kejadian yang termasuk risiko keuangan: kematian, kecurian, kecelakaan, kebakaran, dan lain-lain. Contohnya kematian. Jika terjadi kematian kepada seorang kepala keluarga yang belum melakukan manajemen risiko keuangan keluarga, maka istri dan anak-anaknya akan mengalami penurunan standar hidup karena dengan meninggalnya kepala keluarga tersebut, pemasukan bulanan keluarga akan berkurang.
Tidak hanya pemasukan bulanan, semua rencana masa depan keluarga pun akan berubah. Yang tadinya bisa merencanakan untuk sekolah anak ke luar negeri misalnya, kini dengan adanya musibah semua rencana terpaksa ditunda. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan pastinya akan meninggal, sehingga bagi para kepala keluarga sebaiknya sudah melakukan manajemen risiko untuk keuangan keluarga kecilnya.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan sakit juga termasuk risiko. Ada beberapa perusahaan yang mengumumkan PHK sebelum terjadi, tapi ada juga perusahaan yang melakukan PHK secara mendadak dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan data perusahaan.
Selain kehilangan pemasukan bulanan, PHK juga memutus semua fasilitas karyawan seperti asuransi kesehatan, rumah dan mobil dinas serta tunjangan-tunjangan lainnya. Ini semua tentunya akan berdampak kepada keuangan bulanan dan rencana keuangan ke depan.
Selain kehilangan pemasukan bulanan, PHK juga memutus semua fasilitas karyawan seperti asuransi kesehatan, rumah dan mobil dinas serta tunjangan-tunjangan lainnya.
- -
Bagi para pekerja lepas (freelancers) yang bekerja berdasarkan proyek/acara (event) ada risiko lain yang mengintai, yaitu risiko keterlambatan pembayaran. Risiko ini datang satu paket dengan profesi yang dipilih. Bahkan kejadian yang menyenangkan pun datang dengan risiko, misalnya pernikahan.
Risiko dalam pernikahan adalah perceraian, meninggalnya tulang punggung keluarga/suami/ayah, risiko mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), kekerasan finansial, kerugian usaha bersama, dan lain-lain. Siapa yang tahu jika di awal hubungan terasa manis namun setelah masuk ke dalam pernikahan, ternyata jauh dari ekspektasi bahkan berbahaya?
Bicara tentang financial risk, tidak lepas dari risiko investasi. Tapi tidak hanya risiko investasi saja yang dihadapi, penurunan nilai mata uang (inflasi) juga termasuk risiko. Uang yang disimpan di bank dan didiamkan dalam jangka waktu yang lama bisa mengalami risiko penurunan nilai mata uang ini.
Ada beberapa jenis risiko investasi: risiko spesifik dan risiko sistematis. Risiko spesifik: risiko yang spesifik terjadi sama satu investasi aja tapi tidak berpengaruh di investasi lainnya. Contoh turunnya harga saham batu bara karena kebijakan pembatasan impor batu bara. Risiko sistematis : risiko yang berlaku di semua investasi. Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi, maka semua lesu. Ada lagi risiko politis, risiko market, risiko event, dan lain-lain.
Jika tidak berhati-hati, ada satu risiko lagi yang cukup berbahaya, yaitu risiko investasi bodong. Untuk menghindari risiko ini diperlukan pikiran yang kritis, logis, dan ilmu investasi serta perencanaan keuangan yang cukup untuk mampu membedakan mana investasi bodong dan mana yang investasi legal atau pun bisnis.
Nah lalu bagaimana menghadapi risiko-risiko tadi?

Risiko keuangan bisa dihadapi dengan 4 cara:
- Avoid Risk/hindari risiko
- Accept Risk, menerima apa adanya (pasrah)
- Reduce Risk, mengurangi risiko
- Transfer Risk, transfer risiko ke pihak lain
Contoh: Risiko kebakaran rumah. Yang bisa Anda lakukan avoid risk dengan tidak beli rumah sama sekali, atau accept risk beli rumah lalu pasrah, atau beli rumah dan pasang detektor asap dan memasang APAR (alat pemadam api ringan). Yang terakhir, bisa melakukan transfer risk dengan beli asuransi properti yang melindungi dari kebakaran.
- Avoid risk: menghindari risiko memiliki risiko sendiri, yaitu tidak tercapainya tujuan. Risiko kebakaran rumah bisa dihindari dengan tidak membeli rumah. Sama juga seperti risiko penurunan nilai uang tadi, dengan tidak melakukan apa-apa nilai uang turun. Untuk mencegah nilai uang yang kita punya turun, kita harus “melawan” dengan berinvestasi yang memberikan imbal hasil di atas inflasi. Problemnya adalah, semakin tinggi return, semakin tinggi pula resikonya. Tapi jika tidak berinvestasi, risikonya adalah tujuan keuangan tidak tercapai.
- Menerima apa adanya (accept risk) tentu sangat tidak disarankan. Meskipun semuanya adalah takdir tuhan, sebagai manusia kita harus berusaha terlebih dahulu, apalagi jika menyangkut kehidupan orang lain (keluarga).
- Mengurangi risiko (reduce risk) dapat dilakukan dengan self-insured yaitu dengan menyiapkan dana darurat (ibarat trampolin/kasur pada analogi di paragraf kedua). Dana darurat sangat berguna untuk meminimalisir risiko keuangan yang terjadi karena suatu kejadian. Misalnya pada risiko PHK, meskipun ada pesangon, dana darurat dapat membantu keuangan sehari-hari selama belum mendapat pekerjaan baru. Demikian juga pada risiko rusaknya gawai yang digunakan untuk bekerja, dana darurat dapat digunakan untuk biaya perbaikan/beli gawai baru, karena produktivitas tentu akan terganggu jika tidak ada gawai dan uang untuk kebutuhan sehari-hari/gaji bulanan tidak terganggu.
- Transfer risk, memindahkan akibat risiko ke pihak lain. Di sinilah asuransi berperan. Asuransi tentu saja tidak bisa mencegah risiko kejadian, namun bisa mencegah kerugian keuangan lebih lanjut. Contohnya asuransi jiwa yang bisa mengurangi/menghilangkan kerugian finansial akibat meninggalnya kepala keluarga/pencari nafkah utama.
Jadi, secara garis besar ada dua hal yang bisa Anda lakukan supaya siap menghadapi risiko terhadap keuangan, yaitu menyiapkan dana darurat dan memiliki asuransi, tentunya yang sesuai dengan profil Anda. Sudahkah Anda siapkan mulai saat ini?
Untuk mengatasi risiko keuangan Anda dapat menyiapkan dana darurat dan memiliki asuransi, tentunya yang sesuai dengan profil Anda.
- -
Annissa
IG @nengnisye