Konten dari Pengguna

Menikmati Pesona Danau Singkarak dari Puncak Aua Sarumpun

Aysinnaaf
Penulis cerita fiksi
13 Februari 2023 21:02 WIB
comment
32
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aysinnaaf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Kata healing sering digunakan saat seseorang mengerjakan sesuatu atau bepergian yang bertujuan untuk menyembuhkan lelah dari tekanan hidup, pekerjaan, pendidikan atau bahkan untuk mengobati hati yang terluka.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang orang memilih travelling sebagai bentuk healing-nya. Mengunjungi suatu tempat agar dapat jeda sejenak dari riuhnya kehidupan.
Banyak orang menjadikan alam sebagai pelepas penat, duduk menatap hamparan rerumputan, menikmati deburan ombak laut dan suara ranting pohon yang saling bergesekan karena tiupan angin, atau kicauan burung yang merdu.
Bagi saya sendiri menatap panorama alam dapat menenangkan jiwa, warna hijau dari dedaunan begitu memanjakan mata. Apalagi saat angin berembus seraya menggelitik kulit yang terekspos.
Sumatera Barat menyuguhi bentangan alam yang indah dan mempesona. Tidak ada habisnya untuk kita menjajaki serta menikmatinya.
Selain wisata alam, kita juga bisa wisata kuliner tentu kuliner dari Sumatera Barat tidak diragukan lagi seperti Rendang. Sebagai warga lokal masih banyak lokasi yang belum saya singgahi dan akan menjadi list perjalanan saya selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di Awal tahun 2023 saya bersama kelima teman saya membuat kesepakatan untuk mengunjungi Puncak Aua Sarumpun yang cocok dijadikan sebagai tempat healing.
Puncak Aua Sarumpun ini berada di Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pemilihan lokasi diawali dari ketertarikan kami melihat postingan foto panorama yang indah di instagram seseorang yang pernah mengunjunginya.
Kami memulai perjalanan dari tiga titik yang berbeda yaitu Kota Bukittinggi, Kota Padang, dan Kabupaten Dharmasraya. Pinggiran Danau Singkarak menjadi titik kumpul sebelum kami berangkat bersama-sama menuju Puncak Aua Sarumpun. Jam keberangkatan dari tiga titik awal perjalanan juga berbeda-beda. Saya yang memulai perjalanan dari Kota Bukittinggi menjadi paling akhir sampai karena terhambat kemacetan di Padang Panjang yang diakibatkan kecelakaan mobil truk.
ADVERTISEMENT
Saat sampai di titik kumpul kami beristirahat sejenak seraya menikmati pemandangan Danau Singkarak. Danau ini terdapat di Kabupaten Solok dan Tanah Datar. Cuaca saat itu terasa panas apalagi kami berada di pinggir danau. Sebelum berangkat kami berdiskusi terkait rute menuju Puncak Aua Sarumpun dan sepakat untuk mengandalkan google maps sebagai penunjuk jalan.
Pinggiran Danau Singkarak. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Kami mengikuti petunjuk google maps sampai bertemu dengan plang yang bertuliskan Puncak Aua Sarumpun. Perjalanan dari plang Puncak Aua Sarumpun ke lokasi wisata kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit.
Jalan yang ditempuh ada yang berupa jalan beton dan ada juga masih berupa jalan bebatuan, karena tujuan menuju puncak tentu harus mendaki dan perlu hati-hati saat melaluinya. Sebelum sampai di Puncak Aua Sarumpun para wisatawan harus membeli karcis masuk, saat itu kami dikenai biaya Rp15.000 per motor.
ADVERTISEMENT
Di sana sudah difasilitasi parkiran yang tidak perlu lagi membayar biaya parkir, mushola dan toilet. Tidak hanya itu ketika wisatawan merasa lapar atau haus terdapat beberapa warung yang menjual berbagai makanan dan minuman. Di parkiran kita sudah bisa menikmati bentangan Danau Singkarak. Setelah memarkirkan motor, kami langsung turun menuju rumah pohon yang berada di antara padang ilalang.
Dari tempat berdiri kami dapat menikmati keindahan alam berupa padang rumput ilalang, bukit dengan pepohonan yang rimbun, pegunungan, dan Danau Singkarak. Gunung yang bisa dilihat dari Puncak Aua Sarumpun antara lain Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Menatap pepohonan rimbun dapat menyegarkan mata.
Foto diantara ilalang dengan latar belakang Danau Singkarak. Foto : Dokumentasi Pribadi.
Jalan menuju rumah pohon sudah disediakan anak tangga, sehingga saat kita berjalan seolah-olah membelah hamparan rumput ilalang. Sayangnya saat kami sampai di rumah pohon hanya ada satu rumah pohon yang masih bisa dinaiki di antara dua rumah pohon yang ada.
ADVERTISEMENT
Kami harus mengantre menaikinya bersama wisatawan lain untuk menikmati pemandangan dari atas dan berfoto-foto. Pada saat itu wisatawan cukup ramai kemungkinan karena hari libur.
Ilalang dan Pepohonan diterpa angin. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Ketika kami menaiki rumah pohon, kami harus berhati-hati karena ada anak tangga yang terlepas. Di atas rumah pohon pemandangan padang ilalang yang bergoyang disapu angin begitu memanjakan mata.
Kami dapat menjadikan Danau Singkarak atau bukit hijau sebagai background foto nan indah. Tidak bisa lama-lama karena masih banyak wisatawan yang ingin menaiki rumah pohon, kami pun memutuskan untuk turun.
Beberapa orang dari rombongan mengeluh kelaparan. Kami lupa membawa bekal dari rumah dan memutuskan untuk mengisi perut di warung yang tidak jauh dari parkiran.
Kami kembali mendaki menaiki anak tangga. Di warung kami memesan makanan seperti nasi goreng, mie goreng dan mie rebus dengan minuman dingin untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering.
Pemandangan di belakang warung. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Saya memesan mie goreng dan rasanya enak seperti mie pada umumnya. Ternyata pemandangan dari warung yang kami singgahi tidak kalah indah, hamparan perbukitan hijau menambah nafsu makan.
Foto: Dokumentasi Pribadi.
Setelah selesai makan kami kembali menikmati alam, udara di sana terasa sangat segar. Ternyata di dekat kami memarkirkan motor ada rumah pohon besar, terdapat bangku dan meja panjang untuk bersantai. Saya berdiri di pagar pembatas, lebih leluasa memandangi gunung-gunung dan Danau singkarak.
Pemandangan dari rumah pohon. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Padang ilalang menjadi spot foto paling favorit, dibuktikan dari banyaknya wisatawan yang berfoto di sana. Tidak mau kalah, kami juga ikut mengabadikan moment. Saya berjalan mengikuti jalan kecil yang ada untuk bisa sampai di tengah-tengah hamparan ilalang yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Namun, saat berfoto kita harus berhati-hati agar tidak terjatuh. Wisatawan yang ada pun ramah-ramah terbukti mereka mau membantu memfotokan kami berenam. Tidak terasa waktu terlalu cepat berjalan, sore pun tiba dan kami memutuskan untuk pulang mengingat beberapa orang dari rombongan kami harus kembali ke Dharmasraya.
Foto diantara ilalang dengan latar belakang perbukitan. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Kami pulang dari Puncak Aua Sarumpun jam enam sore dan berpisah sesuai kota tujuan masing-masing. Perjalanan pulang menuju Bukittinggi tidak terasa jauh karena saya menikmati pemandangan alam yang disuguhi.
Sebelum pulang, saya bersama teman saya mengunjungi Pasar Kuliner yang berada di Padang panjang. Saat itu kami sampai jam tujuh, sekitar satu jam lebih dari Puncak Aua Sarumpun.
Foto: Dokumentasi Pribadi.
Di Pasar Kuliner Padang Panjang terdapat banyak stand yang menjual berbagai kuliner seperti sate, kue-kuean, pecel ayam, ampera, kebab, nasi goreng, dan lainnya. Dikarenakan kami sudah makan di warung Puncak Aua Sarumpun dan kebetulan terkejar waktu, kami memutuskan hanya singgah melihat-lihat saja sebelum melanjutkan perjalanan.
ADVERTISEMENT
Ternyata macet yang kami lalui saat berangkat belum selesai. Kami harus terjebak macet lagi sampai akhirnya hujan mengguyur di daerah Padang Lua.
Pasar kuliner Padang Panjang. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Healing kali ini sangat mengesankan bagi saya, menikmati pemandangan alam yang indah dari ketinggian. Tidak hanya itu saya senang bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman, apalagi masa muda ini masa yang indah dan tidak akan terulang.
Puncak Aua Sarumpun menjadi tempat yang saya rekomendasikan pada teman-teman yang membaca tulisan ini. Selain dapat menikmati panoramanya, kita bisa mendapatkan ketenangan dari suasana yang damai.