Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dekat Sosok Dramawan Indonesia, Arifin Chairil Noer

Anri Viona
Saya merupakan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
5 Desember 2020 19:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anri Viona tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Potret Arifin Chairin Noer dalam TEMPO.CO
zoom-in-whitePerbesar
Potret Arifin Chairin Noer dalam TEMPO.CO
Siapakah Arifin Chairin Noer?
Pria yang lahir di kota Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941 dikenal sebagai tokoh dramawan Indonesia. Arifin Chairin Noer sudah tertarik mendalami dunia seni dan sastra sejak duduk di bangku SMP. Kecintaannya pada dunia seni membuat Arifin Chairin Noer mengarang cerpen dan puisi, lalu mengirimkannya ke majalah mingguan. Hasil yang diperoleh dari penulisannya ia gunakan untuk membeli buku sastra. Meskipun tidak tamat mengampu Sekolah Menengah Atas, Arifin merantau ke Solo dan bergabung ke Lingkaran Drama Rendra dan Himpunan Sastrawan Surakarta. Arifin berkesempatan menimba pengalaman di Teater Muslim. Melalui pengalamannya di Teater Muslim yang dipimpin oleh Mohammad Diponegoro, lahirlah karya karyanya sepeti Mega-Mega, Sumur Tanpa Dasar, dan Ia Telah Datang Ia Telah Pergi.
ADVERTISEMENT
Apa saja peran Arifin Chairin Noer dalam dunia Seni Teater di Indonesia?
Peran Arifin Chairin Noer dalam dunia Seni Teater dimulai ketika ia mendirikan perkumpulan teater eksperimental bernama Teater Ketjil di Jakarta pada tahun 1968. Teater Ketjil menjadi ajang kreativitas serta aktivitasnya dalam mengembangkan dunia kesenian di Indonesia. Melalui Teater Ketjil, Arifin menjelma menjadi fneomena penting dalam dunia sastra Indonesia. Lahirlah sejumlah karyanya, seperti Kapai Kapai yang dipentaskan di Amerika Serikat, Belgia, dan Australia dengan menggunakan bahasa Inggris, Kisah Cinta DII, serta pentalogi Orkes Madun.
Naskah drama yang ditulis oleh Arifin rata rata menyinggung masalah kemiskinan rakyat kecil. Mengapa demikian? Bagi Arifin, masalah kemiskinan ini tak hanya menjadi masalah sosial saja, akan tetapi sudah berlanjut menjadi masalah moral, metafisik, bahkan sampai ke masalah kejiwaan. Arifin menangkap suasana Indonesia dengan permasalahan yang terjadi di sekitar. Selain itu, Arifin gemar menyelipkan warna lokal dalam setiap drama yang dipentaskannya, sehingga nilai lokal ini menguatkan tradisi lama dan menyatukannya dengan teater modern. Hal inilah yang menjadi salah satu keunikan di dalam karya Arifin Chairin Noer.
ADVERTISEMENT
Bapak dramawan yang juga dikenal sebagai seseorang yang religius selalu tampak di hampir semua naskah drama yang pernah ditulisnya. Naskahnya selalu bersenyawa dengan jiwa sosial dan kritik moral yang menyatu menjadi sebuah kekhasan dan keunikan karyanya.
Berbagai karya Arifin sangat berbeda dengan naskah drama Indonesia sebelumnya, baik struktur bentuk, gaya, maupun isi lakon serta tata artistik. Karyanya selalu menghadirkan rasa pembaruan yang ditawarkan kepada penonton. Para kritikus sastra Drama menyebut Arifin C Noer sebagai Bapak Sastra Drama Indonesia Masa Kini. (Nano Riantiarno, 2011:64)
Karya Naskah yang ditulis oleh Arifin Chairin Noer telah memberi peran yang besar bagi perkembangan dunia seni teater di Indonesia. Naskahnya selalu menarik minat, sehingga karyanya selalu dipentaskan di berbagai teater.
ADVERTISEMENT
Berbagai naskah dramanya di antaranya ialah Lampu Neon, Matahari di Sebuah Djalan Ketjil, Nenek Tertjinta, Prita Istri Kita, Mega Mega, Sepasang Pengantin, Kapai Kapai, Sumur Tanpa Dasar, dan berbagai naskah lainnya. Tak hanya naskah drama, Arifin Chairin Noer juga melahirkan karyanya di dalam kumpulan sajak, di antaranya ialah Siti Aisah, Selamat Pagi Jajang, Nurul Aini, Nyanyian Sepi, dan Puisi Puisi yang Kehilangan Puisi.
Pemerolehan Penghargaan yang dicapai Arifin Chairin Noer
Tak perlu diragukan lagi, Bapak Dramawan sekaligus sastrawan memperoleh berbagai hadiah sastra, di antaranya ialah Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya “Matahari di Sebuah Djalan Ketjil” dan “Nenek Tertjinta”, Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1972) atas jasanya dala mengembangkan kesenian di Indonesia, Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990) atas drama Sumur Tanpa Dasar yang membawa ia untuk menerima Sea Write Award dari Putra Mahkota Kerajaan Thailand, serta penerbitan drama Kapai Kapai yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris di Kuala Lumpur, Malaysia. Tak hanya itu, berbagai pemerolehan penghargaan dalam bidang film melengkapi dirinya sebagai tokoh dalam bidang seni, dan masih banyak lagi pemerolehan penghargaan yang dicapai oleh Arifin Chairin Noer.
ADVERTISEMENT
Melalui Arifin Chairin Noer, tentunya banyak pembelajaran yang kita dapatkan. Energi positif yang disalurkan olehnya tak hanya berpengaruh kepada kita, akan tetapi juga negara dan bahkan hingga ke mata dunia. Arifin mengemukakan bahwa seni teater tak hanya sebagai wadah hiburan saja, akan tetapi juga sebagai sebuah perenungan dan pesan moral yang terdapat di dalam naskahnya. Pemikiran serta tulisannya yang selalu menghasilkan karya, memberikan inspirasi bagi kita dalam bidang kesenian Indonesia.