Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Perubahan Arti Kata “Mbah” dalam Kajian Semantik
18 Desember 2020 7:16 WIB
Tulisan dari Anri Viona tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
![Foto Mbah Waliyem, pada Solopos.com](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1608228347/yqqrnezvp3sfqqnu52ek.jpg)
Mbah? Mbah itu apa?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Mbah memiliki arti kakek;nenek. Pada zaman dahulu, kata mbah digunakan sebagai kata-kata panggilan teruntuk nenek yang dari ibu maupun ayah kandung. Kata Mbah biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa dalam kegiatan tutur sapa di dalam kehidupan masyarakat Jawa. Selain itu, penggunaan kata Mbah ini digunakan sebagai variasi bahasa dalam kata sapaan masyarakat Jawa.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa kata Mbah merupakan panggilan terhadap kakek atau nenek yang digunakan sebagai penggunaan kata sapaan. Biasanya, kata mbah sering digunakan di dalam kehidupan masyarakat desa. Selain itu, Kata Mbah didefinisikan sebagai seseorang yang berumur berkisar dari umur 68 tahun hingga ke atas.
Pada awalnya, kata panggilan Mbah digunakan sebagai kata sapaan atau kata panggilan kepada nenek yang dari ibu atau bapak kandung. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, kata Mbah memiliki perluasan makna sehingga kata Mbah ini digunakan kepada seseorang yang telah berada di dalam umur berkisar lanjut usia (lansia) yang hanya tidak kepada memiliki hubungan darah saja, akan tetapi juga bisa digunakan sebagai sebuah panggilan kepada seseorang tidak memiliki hubungan darah.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana perubahan kata “Mbah" dalam kajian Semantik?
Semantik merupakan bidang linguistik yang mengkaji suatu arti bahasa. Semantik merupakan cabang linguistik yang dikatakan sebagai suatu ilmu mengenai makna maupun tentang arti dan makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, maupun jenis representasi lain. (Nafinuddin:2). Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari suatu makna dalam bahasa.
Di sisi lain, semantik sebagai istilah di dalam ilmu bahasa memiliki pengertian tertentu, salah satunya ialah melalui pemaparan yang disampaikan oleh Aminuddin. Menurut Aminuddin (1998), semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signift atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian studi tentang makna, sehingga makna merupakan suatu bagian dari bahasa. Maka daripada itu, semantik merupakan bagian dari cabang kajian linguistik.
ADVERTISEMENT
Menurut Verhaar (1999:385), semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti arti maupun makna yang terbagi lagi menjadi semantik gramatikal dan semantik leksikal. Istilah semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris (semantics) yang berasal dari bahasa Yunani, asal kata sema (nomina) yang berarti “tanda”.
Istilah semantik digunakan oleh para ahli bahasa untuk menyebut salah satu cabang ilmu bahasa yang bergerak pada tataran makna atau ilmu bahasa yang mempelajari makna, karena semantik merupakan salah satu tataran ilmu bahasa dari tiga tataran ilmu bahasa yang lainnya, di antaranya ialah fonologi dan tata bahasa yang terbagi lagi menjadi morfologi dan sintaksis.
Dalam kajian semantik, kata Mbah memiliki perubahan makna dan arti yang meluas. Perubahan makna meluas merupakan gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya memiliki sebuah makna. Akan tetapi, karena berbagai faktor menjadi memiliki makna yang lain. (Chaer, 1990:145). Perubahan makna yang meluas juga dapat diartikan bila suatu bentuk kebahasaan mengalami berbagai penambahan makna dan keseluruhannya digunakan secara umum.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kata Mbah memiliki perubahan faktor sosial yang mempengaruhi perubahan makna dan arti yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat saat ini. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa waktu mempengaruhi perubahan arti dan makna pada suatu bahasa yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.