Konten dari Pengguna

Efisiensi Anggaran Pemerintah: Peran GRC dalam Tata Kelola Akuntabel

Antaiwan Bowo Pranogyo
Praktisi, Dosen STIE Indonesia Jakarta, Instruktur dan Konsultan di bidang SDM, Risk Manajemen dan Internal Audit. Seorang pembelajar dan pengajar, moto hidupnya: Memberi Value Added kepada masyarakat adalah kewajiban bukan hak.
13 Februari 2025 19:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Antaiwan Bowo Pranogyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia tengah melakukan efisiensi anggaran di berbagai kementerian dan lembaga untuk memastikan pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif dan tepat sasaran. Namun, efisiensi tidak hanya sekadar memangkas anggaran, tetapi juga memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan dampak maksimal. Di sinilah peran Governance, Risk, and Compliance (GRC) menjadi krusial dalam mendukung kebijakan efisiensi anggaran.
Deskripsi: Uang, Transaksi Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Deskripsi: Uang, Transaksi Sumber: Pixabay.com
GRC: Pilar Efisiensi Anggaran yang Berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Pendekatan GRC yang tepat dapat membantu pemerintah dalam mengelola anggaran dengan lebih transparan, meminimalisir risiko pemborosan, dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi. Berikut bagaimana setiap elemen GRC berkontribusi terhadap efisiensi anggaran:
1. Governance: Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas
• Penguatan Sistem Pengawasan: Dengan tata kelola yang baik, kementerian dan lembaga dapat memastikan bahwa setiap anggaran digunakan sesuai dengan prioritas strategis yang telah ditetapkan. Melalui audit internal dan pengawasan berbasis data, kebocoran anggaran dapat diminimalkan.
• Penyelarasan Program dengan Prioritas Nasional: Banyak program yang tumpang tindih dan tidak memiliki dampak signifikan. GRC dapat membantu melakukan evaluasi berbasis data untuk memangkas program yang kurang efektif.
• Meningkatkan Partisipasi Publik: Transparansi anggaran memungkinkan masyarakat untuk turut mengawasi penggunaan dana publik, mengurangi risiko penyalahgunaan.
ADVERTISEMENT
2. Risk Management: Mencegah Pemborosan dan Kebocoran Anggaran
• Identifikasi Risiko Anggaran: Salah satu tantangan utama dalam efisiensi anggaran adalah pengeluaran yang tidak efektif dan cenderung boros. Dengan risk management yang baik, pemerintah dapat mengidentifikasi area pengeluaran yang berisiko tinggi dan melakukan mitigasi sejak dini.
• Early Warning System (EWS): Dengan sistem peringatan dini, kementerian dan lembaga dapat mencegah pengeluaran yang tidak sesuai dengan perencanaan serta mengantisipasi potensi defisit anggaran.
• Mengurangi Risiko Korupsi dan Konflik Kepentingan: Penerapan kontrol internal yang ketat dan sistem pengadaan berbasis digital dapat mengurangi celah bagi korupsi dan praktik maladministrasi.
3. Compliance: Memastikan Kepatuhan terhadap Regulasi Keuangan
• Penerapan Best Practices dalam Pengelolaan Anggaran: Dengan standar kepatuhan yang tinggi, kementerian dan lembaga dapat mengadopsi prinsip Value for Money (Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomi).
ADVERTISEMENT
• Meningkatkan Kualitas Pelaporan Keuangan: Dengan kepatuhan terhadap regulasi seperti PP No. 17/2017 tentang Efisiensi Anggaran Pemerintah, transparansi dalam pelaporan keuangan dapat ditingkatkan.
• Mengurangi Risiko Sanksi dan Ketidaksesuaian Regulasi: Implementasi GRC yang kuat memastikan bahwa setiap kebijakan anggaran selaras dengan peraturan yang berlaku, sehingga meminimalisir risiko sanksi hukum.
Efisiensi anggaran bukan sekadar pemotongan biaya, tetapi juga memastikan bahwa anggaran yang tersedia digunakan secara optimal dan akuntabel. Dengan implementasi GRC yang tepat, pemerintah dapat meningkatkan efektivitas anggaran, memperkuat tata kelola yang baik, dan menciptakan sistem keuangan negara yang lebih sehat. Jika diterapkan dengan konsisten, GRC dapat menjadi alat strategis untuk mencapai efisiensi anggaran yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kualitas layanan publik.
ADVERTISEMENT