Menakjubkan! Begini Sosok Djarot Di Mata Para Nelayan

Konten dari Pengguna
16 Mei 2018 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anto Budiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menakjubkan! Begini Sosok Djarot Di Mata Para Nelayan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kehidupan nelayan di sisi utara Jakarta, mencari rezeki dari kekayaan alam, laut adalah hidup dan nafas bagi mereka. Tersambungnya kehidupan para nelayan hari demi hari berasal dari jerih payah dan peluh mereka di perairan Jakarta. Hingga proyek reklamasi di pantai utara Jakarta pun tiba, dan merubah hidup para nelayan. Djarot Syaiful Hidayat, Mantan Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Ahok yang terjerat kasus penodaan agama, mengatakan reklamasi itu adalah upaya pemerintah untuk menaikkan kualitas hidup para nelayan.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Ratna Sarumpaet, warga Jakarta yang juga seorang aktifis sosial, apa yang dilakukan Djarot bersama Pemerintah DKI Jakarta adalah sebuah bentuk ketidakpedulian dan penindasan yang dilakukan Pemda DKI terhadap rakyat kecil khususnya nelayan. "Djarot dianggap sebagian kecil orang itu katanya peduli. Tapi kasus Akuarium Jakarta dia tak mampu berpihak pada rakyat kecil. Maka saya bilang Djarot itu sama saja kayak Ahok," imbuh Ratna, seperti yang kami kutip dari GoSumut
Bahkan kata Perempuan kelahiran Tarutung, Sumut ini, Pemda DKI semasa pemerintahan Djarot terkesan seperti melakukan upaya pecah belah kepada sesama nelayan pantai utara Jakarta, "Misalnya warga Luar Batang yang juga kena gusur diberi program-program tapi warga akuarium dibiarkan begitu saja. Padahal dua kampung ini nasibnya sama-sama ditindas. Kesannya ada pecah-belah," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Para nelayan juga menyatakan kekecewaan mereka terhadap proyek reklamasi teluk Jakarta. Diantara keluhan para nelayan yaitu reklamasi menjadi penyebab utama berkurangnya hasil tangkapan ikan mereka. Bahkan para nelayan dengan perahu kecil sudah tidak dapat melaut samasekali, yang artinya mereka tak dapat lagi menghidupi keluarganya. "kalau pesisir teluk jakarta ini sudah diusir, mau makan apa masyarakat nelayan ? Yang nikmatin siapa hotel-hotel yang dibangun pengembang di 17 pulau reklamasi itu ? kalau rakyat kecil ga bakal, ga mampu nelayan." keluh Hilal, seorang nelayan di teluk Jakarta.
Sebenarnya para nelayan tradisional bersama organisasi lingkungan hidup WALHI pernah melakukan perlawanan dengan menggugat pemerintah DKI Jakarta atas reklamasi besar-besaran kawasan teluk jakarta, yang bukan hanya merusak mata pencaharian para nelayan, juga berdampak besar pada kerusakan lingkungan. Hasilnya, pemerintah sempat mengeluarkan moratorium yang berisi penghentian sementara mega proyek reklamasi.
ADVERTISEMENT
Namun, Menko Maritim Luhut B. Panjaitan pada oktober 2017 lalu mencabut moratorium itu. Pencabutan moratorium itupun disambut baik oleh Gubernur DKI Jakarta masa itu Djarot Syaiful Hidayat. Djarot beralasan, tidak mungkin mega proyek itu digugurkan sedangkan investasi sedang berlangsung. Para nelayan pun kembali melawan, ratusan nelayan bersama Tim Advokasi Korban Reklamasi ( AKAR ) melakukan gugatan class action di Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Tapi kemudian Mahkamah Agung ( MA ) menolak upaya kasasi para nelayan, yang artinya berlaku putusan banding PTTUN yang memenangkan Pemerintah Provinsi DKI. Kembali, Djarot merasa senang atas putusan MA itu. Bagi Djarot, Investasi yang sedang berjalan harus terus dilanjutkan, meski hal itu mendapat penolakan besar-besaran dari nelayan.
ADVERTISEMENT
Sejak awal Januari 2018 lalu, Djarot mantan Gubernur DKI itu mengunjungi Sumatera Utara. Djarot pun kemudian diutus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ), partai yang sedang berkuasa saat ini untuk ikut bertarung dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Sumut. Terkait kehadiran Djarot di Sumut, tiba-tiba saja saya teringat rencana mega proyek Golden Integrated Industrial Port Estate ( GIIPE ) senilai lebih dari 99 Trilyun rupiah. GIIPE akan menempati lahan seluas 2000 hektar di kawasan Percut Sei Tuan, Deli Serdang.
Melihat kebelakang, Djarot yang selalu lebih mendahukukan kepentingan Investasi Kapitalis ketimbang kepentingan rakyat kecil. Andai Djarot menjadi Gubernur Sumut, mampukah Ia berbuat adil pada masyarakat Sumatera Utara khususnya mereka yang berada di bakal Kawasan GIIPE, Percut Sei Tuan ? Saya kok kurang yakin.
ADVERTISEMENT