Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
DOA: Kunci Kepemimpinan yang Menggugah
16 September 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Antoni Ludfi Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kaum Muda! Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan siapa pun!” Inilah pernyataan mengesankan dari John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat yang dikenal karena kepemimpinan visionernya. Kata-kata ini tidak hanya menggarisbawahi pentingnya mimpi besar tetapi juga menekankan esensi dari kepemimpinan inspiratif dan visioner: memimpin dengan semangat dan motivasi yang kuat untuk mengejar impian yang belum pernah terpikirkan oleh siapa pun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
DOA Sang Pemimpi(n)
DOA adalah singkatan dari tiga konsep penting dalam kepemimpinan inspiratif: Develop Vision (membangun visi), Opportunities Seekers (mencari peluang), dan Amaze Yourself (takjub pada diri sendiri).
Pertama, Develop Vision mengacu pada kemampuan pemimpin untuk merumuskan dan mengkomunikasikan visi yang jelas dan inspiratif, yang dapat memandu dan memotivasi tim untuk mengejar tujuan bersama.
Kepemimpinan inspiratif adalah kunci utama dalam mencapai tujuan bersama. Sebagian buku-buku teks dan artikel ilmiah mendefinisikan pemimpin sebagai seseorang yang dengan ide dan gagasannya, mampu menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu.
Fakta empris, dari sejarah bangsa kita memberikan contoh konkret tentang kepemimpinan inspiratif. Soekarno, Presiden pertama Indonesia, adalah sosok yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme melalui gagasan Trisakti—politik yang mandiri, ekonomi yang berdikari, dan budaya yang berkepribadian. Visinya untuk Indonesia yang merdeka dan berdaulat mencerminkan kekuatan kepemimpinan inspiratif.
ADVERTISEMENT
Begitu juga Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama, yang memperkenalkan koperasi sebagai solusi sosial ekonomi berdasarkan prinsip gotong royong. Keduanya tidak hanya mengarahkan tetapi juga memotivasi rakyat Indonesia untuk bergerak menuju masa depan yang lebih baik.
Pemimpin yang dikenal sebagai pemimpi adalah individu yang memiliki kapasitas untuk melihat jauh ke depan dan merancang strategi yang akan mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan. Mereka tidak hanya menetapkan tujuan yang jelas dan terukur, tetapi juga mampu menginspirasi dan memotivasi tim mereka untuk berkomitmen pada visi tersebut.
Selain itu, pemimpin visioner ini secara efisien mengelola sumber daya—termasuk tenaga kerja, dana, dan material—untuk memastikan bahwa setiap elemen organisasi berperan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
Kedua, Opportunities Seekers menggambarkan sikap proaktif dalam mencari dan memanfaatkan peluang yang muncul, baik di pasar maupun dalam lingkungan organisasi, untuk meningkatkan kinerja dan pencapaian.
Pemimpin yang efektif secara aktif mencari dan mengeksplorasi peluang dengan memantau pasar, menganalisis tren, dan mengenali potensi yang menguntungkan bagi organisasi. Mereka tidak hanya menunggu kesempatan, tetapi proaktif dalam mengevaluasi dan memanfaatkan berbagai kemungkinan untuk kemajuan. Dengan keterampilan analitis dan kreativitas, mereka dapat mengantisipasi perubahan, merespons dinamika pasar, dan merancang strategi inovatif.
Sebagai contoh, Soekarno memanfaatkan kekosongan kekuasaan setelah Perang Dunia II untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dengan keberanian dan ketepatan waktu, Soekarno dan Mohammad Hatta memanfaatkan situasi tersebut untuk mengumumkan kemerdekaan sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu, menjadikannya tonggak penting dalam sejarah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan ketiga, Amaze Yourself menekankan pentingnya mengapresiasi dan memanfaatkan keunikan serta potensi diri sendiri, alih-alih fokus pada kelemahan. Rasa takjub terhadap keunggulan atau keunikan timbul karena manusia memiliki kecerdasan majemuk, yang memungkinkan mereka untuk mengenali, menghargai, dan memahami berbagai kemampuan dan keistimewaan.
Kecerdasan majemuk mencakup aspek seperti kecerdasan intelektual, kreativitas, kecerdasan emosional, dan keterampilan khusus, yang membantu individu dalam menghargai keunggulan pada dirinya. Ketika seseorang merasa takjub pada dirinya, ini mencerminkan kemampuannya untuk menghargai keunikan yang ada pada dirinya, dari pada menimbang-nimbang kelemahan.
Rasa takjub ini juga menunjukkan kemampuan manusia untuk menghubungkan berbagai jenis kecerdasan dan perspektif, serta menemukan nilai dan potensi dalam setiap keunggulan, yang dapat memotivasi pencapaian dan inovasi. Jika ada tidak cerdas secara rasional, mungkin kemampuan lebih ada berbicara menyebabkan adan bisa menggunakan keunggulan itu untuk menjadi public speakers atau seorang penulis.
ADVERTISEMENT
Howard Gardner, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences yang diterbitkan pada tahun 1983, memperkenalkan konsep kecerdasan majemuk untuk mengatasi pandangan yang hanya mengukur kecerdasan lewat kemampuan logika semata.
Menurut Gardner, ada kecerdasan lain yang sering diabaikan. Kecerdasan majemuk menjelaskan bagaimana individu memanfaatkan berbagai bentuk kecerdasan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan inovasi. Pendekatan ini membantu kita memahami bagaimana pikiran manusia berinteraksi dengan lingkungan, baik dalam aspek konkret maupun abstrak, melebihi sekadar tes IQ.
Menurut Gardner, terdapat delapan jenis kecerdasan, yaitu: linguistik (kemampuan berbahasa), logika-matematika (analisis angka), spasial (pemahaman ruang dan bentuk), kinestetik-jasmani (gerakan tubuh), musikal (kreativitas musik), interpersonal (berinteraksi dengan orang lain), intrapersonal (pemahaman diri sendiri), dan naturalis (hubungan dengan alam).
ADVERTISEMENT
Dalam dunia kepemimpinan, semangat dan visi adalah bahan bakar yang menggerakkan roda perubahan. Kutipan pesan John F. Kennedy di awal mengingatkan kita akan pentingnya memiliki mimpi besar. Sementara itu, konsep DOA—Develop Vision, Opportunities Seeker, dan Amaze Yourself—menyediakan kerangka kerja praktis untuk menerjemahkan mimpi tersebut menjadi tindakan nyata.
Sejarah menunjukkan kepada kita kekuatan kepemimpinan seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, yang tidak hanya menetapkan visi tetapi juga secara aktif mengeksplorasi peluang dan memanfaatkan keunikan potensi diri. Menjadi pemimpin yang visioner—memikirkan masa depan, juga memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapainya melalui keunikan dan keunggulan potensi diri.