Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rektor UWM: Membangun Peradaban Melalui Budaya Akademik
11 September 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Antonius Satria Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa baru sudah seyogyanya memahami budaya dan norma akademik yang akan menjadi landasan keberhasilan mereka selama menjalani studi di perguruan tinggi. Kampus bukan sekadar tempat mencari ilmu, tetapi juga tempat membangun peradaban. Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof. Dr. Edy Suandi Hamid ketika menjadi keynote speaker dalam acara Studium Generale dengan tema “Budaya sebagai Pilar Ketahanan Nasional dalam Mewujudkan Generasi Bermoral, Beretika, Bermartabat” pada Rabu (11/09) pagi di Pendopo nDalem Mangkubumen, Kampus 1 UWM. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMABA) Tahun Akademik 2024/2025, yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru serta jajaran pejabat rektorat dan dekanat UWM. Acara studium generale ini juga menghadirkan narasumber Mantan Deputi Bidang Kajian Strategis Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M. Agr.
ADVERTISEMENT
Dalam ceramahnya, Prof. Edy menyatakan bahwa gelar sarjana akan menentukan masa depan para mahasiswa, namun mengorbankan masa muda demi kebahagiaan di masa depan. Prof. Edy juga menekankan bahwa pengenalan kampus adalah langkah awal mahasiswa untuk mengenal lingkungan baru yang akan menjadi alat bagi masa depan pekerjaan mereka. "Budaya akademik yang terbuka, jujur, dan disiplin akan membentuk moral serta etika mahasiswa, dan itu adalah kunci kesuksesan di masa mendatang," ujar Mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini
Lebih lanjut menurut Prof Edy, revolusi industri telah membawa dampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dengan kemajuan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI). Dalam menghadapi era ini, penting bagi kita untuk selalu melek teknologi agar dapat beradaptasi dengan cepatnya perubahan zaman. "Kita hidup di era di mana perubahan terjadi begitu cepat, sehingga kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan teknologi informasi serta AI menjadi sangat krusial. Mereka yang tidak mengikuti perkembangan ini akan tertinggal," ungkap Prof. Edy, menekankan pentingnya kesiapan para mahasiswa baru menghadapi tantangan revolusi industri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Prof. Djagal menggarisbawahi pentingnya penguatan karakter bangsa melalui nilai-nilai Pancasila. "Karakter bangsa dibentuk dari nilai-nilai moral yang berasal dari Pancasila, seperti religiusitas, kejujuran, disiplin, kerja keras, dan gotong royong," jelasnya. Dia juga menegaskan bahwa Pancasila berperan sebagai landasan ideologi yang mempersatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam. Menurutnya, nilai-nilai Pancasila perlu terus diterapkan untuk memperkokoh persatuan bangsa di tengah keberagaman. "Indonesia menghadapi potensi ancaman disintegrasi jika kita tidak memperkuat nilai-nilai persatuan dan toleransi," imbuhnya.
Ketahanan nasional juga menjadi salah satu topik utama dalam materi yang disampaikan oleh Prof. Djagal. Ia menyatakan bahwa ketahanan nasional adalah kemampuan bangsa untuk menghadapi ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. "Ketahanan ini harus diperkuat melalui peningkatan karakter dan kesadaran nasional," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks moderasi beragama, Prof. Djagal menyampaikan bahwa toleransi dan saling menghormati antarumat beragama sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa. "Moderasi beragama adalah kunci menjaga hak setiap individu untuk menjalankan keyakinannya, sekaligus memperkuat persatuan di tengah perbedaan," ujarnya.
Di akhir sesi, Prof. Djagal juga menyinggung visi Indonesia Emas 2045 yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju. Untuk mencapai hal ini, diperlukan penguatan karakter, kompetensi, dan komitmen kebangsaan yang tinggi dari seluruh elemen bangsa. "Untuk mencapai Indonesia Emas, generasi muda harus memiliki karakter kuat dan kompetensi yang relevan dengan perkembangan zaman," tutupnya.