Konten dari Pengguna

Ribetnya Perang Tarif Ala Trump: Maksudnya Apa Sih?

Antony Mula
part of Sesdilu 78. On a journey to share thoughts and feelings through words
25 April 2025 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Antony Mula tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jadi ceritanya, di sore hari tanggal 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump sampaikan pengumuman yang menghebohkan seluruh dunia. Di Gedung Putih, dia menyebut hari itu adalah “hari pembebasan” rakyat Amerika dari “kecurangan” negara-negara mitra dagangnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Trump, selama ini Amerika rugi besar karena negara-negara lain lebih banyak menjual barang ke Amerika daripada membeli.
Jadi, untuk "membalas" nya, dia memutuskan untuk kasih tarif tambahan untuk hampir semua barang impor dari luar negeri. Tapi cara menghitung tarifnya cukup unik, jauh dari pendekatan ekonomi standar.
Presiden Trump sedang mengumumkan Tarif Impor yang buat pasar saham global gonjang ganjing dan seluruh dunia pusing. Sumber: SMIALOWSKI/AFP VIA GETTY IMAGES

Bagaimana Cara Menghitungnya?

Trump buat rumus sendiri:
1. Buka data perdagangan dari United States Trade Representative (USTR) tahun 2024.
2. Lihat defisit perdagangan AS sama negara tertentu.
3. Bagi defisit itu dengan total ekspor negara tersebut ke AS.
4. Hasilnya dibagi dua, terus dibulatkan buat jadi tarif.
Contohnya Indonesia: tahun 2024, Indonesia untung USD 17,9 miliar dari perdagangan sama AS, dengan total ekspor USD 28,1 miliar. Kalau ikut rumus Trump, tarif yang dikenakan sekitar 32%. Gede juga, ya?
ADVERTISEMENT

Negara Yang Kasih Untung Juga Kena?

Yang bikin aneh, negara-negara yang sebenarnya bikin AS untung juga tetap kena tarif. Contohnya Australia, Inggris, dan Singapura – mereka tetap dikasih tarif minimum 10%. Jadi, rugi atau untung, tetap saja semua barang impor dihajar tarif tambahan.

Siapa yang Dikecualikan?

Ada juga yang tidak kena, misalnya Kanada dan Meksiko. Alasannya? Mereka sebelumnya udah kena tarif tinggi, 25%. Barang-barang penting seperti obat-obatan, semikonduktor, energi, aluminium, dan baja juga aman dari tambahan tarif ini.

Dunia Panik, Saham Anjlok

Begitu pengumuman keluar, pasar saham langsung gonjang-ganjing. Cuma dalam dua hari, nilai saham di Wall Street turun drastis, hilang sekitar USD 6 triliun. (hampir 100 ribu trilyun rupiah). Bursa di Jepang, Hong Kong, Shanghai, sampai Inggris juga ikut jeblok.
ADVERTISEMENT

Negara-Negara Lain Bagaimana?

Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping di pertemuan bilateral di sela-sela G20 Osaka, 2019. Pepatah bilang, dua raksasa bertantem, pelanduk mati di tengah-tengah. Semoga dua raksasa ini kembali berdamai. Sumber: Kevin Lamarque/Reuters
China langsung membalas, yang langsung dibalas balik oleh AS. Sekarang total tarif tambahan AS untuk barang dari China tembus 145%, dan China balas dengan tarif 125% untuk barang dari AS.
Uni Eropa juga ikut-ikutan kasih balasan 25%. Tapi negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan Singapura lebih kalem. Mereka langsung buka ruang negosiasi dengan AS.

Terus Sekarang Bagaimana?

Baru-baru ini, Trump bilang bakal tunda dulu tarif-tarif itu selama 90 hari – tapi khusus untuk China, tarifnya tetap jalan. Uni Eropa juga akhirnya menunda tarif balasannya.
Padahal, sebelumnya AS bilang nggak mau negosiasi sama sekali. Mungkin orang-orang di lingkarannya Trump juga mikir ulang dan berupaya meyakinkan Trump untuk sedikit mengerem, apalagi mulai bermunculan orang-orang kaya Republikan yang sampaikan concern, meskipun belum terang-terangan.
ADVERTISEMENT
Namun mengingat watak Trump, perang tarif ini sepertinya masih jauh dari selesai. Bisa saja besok ada kejutan baru lagi.
Presiden Prabowo sedang berdiskusi dengan Pak Luhut membahas kebijakan tarif Trump. Kira-kira Pak Luhut lagi sarankan apa ya? Sumber: Instagram Pak Luhut

Indonesia Tenang Tapi Sigap

Indonesia bagaimana? Pemerintah kita tetap tenang, tapi nggak tinggal diam. Sekarang Pemerintah lagi siapkan strategi agar dampaknya tidak terlalu parah. Selain itu, Indonesia juga bakal buka jalur diplomasi langsung dengan AS. Siap-siap negosiasi, tapi tetap elegan.
Kita tunggu langkah-langkah selanjutnya...