Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Menangis Bersama Karya Sapardi Djoko Damono
14 Juni 2022 20:15 WIB
Tulisan dari Anugrah Dinda Juliawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Buku “Hujan Bulan Juni” adalah buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono, seorang penyair tanah air kelahiran 20 Maret 1940 yang sudah terkenal bahkan ke luar negeri. Gaya khas nya yang menggabungkan kata-kata simpel dan sering terdengar sehari-hari namun juga dipadukan dengan makna dalam yang tersirat juga menjadi kekuatan puisi-puisi karya Sapardi, termasuk buku ini.
ADVERTISEMENT
Buku “Hujan Bulan Juni” diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 1994. Buku ini banyak berisikan puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang pada akhirnya terkenal, seperti puisi yang dijadikan judul buku ini yaitu Hujan Bulan Juni, namun selain itu di buku ini juga berisikan salah satu puisi Sapardi yang menarik juga yaitu “Bunga-Bunga di Halaman”
Puisi ini menceritakan tentang Sapardi Djoko Damono atau dengan singkatannya SDD, yang mengobservasi macam-macam bunga yang ia lihat di halamannya. Ada mawar dan bunga rumput yang difokuskan di dalam puisi ini, seperti yang dituliskan di bait pertama puisi ini, “Mawar dan bunga rumput di halaman: gadis yang kecil (dunia kecil, jari begitu kecil) menudingnya.”
Karya sastra tidak lahir dari situasi kosong budaya (Teew, 1980:11). Pendekatan mimetik memiliki pandangan bahwa karya sastra sebagai tiruan alam, kehidupan atau dunia ide.
ADVERTISEMENT
Hal ini jugalah yang terdapat pada puisi “Bunga-Bunga di Halaman” ini, tak hanya mengobservasi pandangannya tentang bunga-bunga yang ia lihat di hamparan halaman, Sapardi juga menganalogikan objek yang ia lihat sebagai sebuah bentuk peniruan dari perempuan yang sedang menangis, ini terdapat pada puisi ini di bait ke dua, yaitu “Mengapakah perempuan suka menangis bagai kelopak mawar; sedang rumput liar semakin hijau suaranya di bawah sepatu-sepatu.”
Sapardi juga menganalogikan kembali bunga mawar dengan emosi manusia tertentu, yaitu kesedihan di bait ketiga atau bait terakhir, yang berbunyi “Mengapakah pelupuk mawar selalu berkaca-kaca; sementara tangan-tangan lembut hampir mencapainya (wahai, meriap rumput di tubuh kita)”
Di sini Sapardi tetap menggunakan gaya khas penulisannya yaitu menggunakan kata-kata simpel namun dengan makna tersirat, seperti pada bait ketiga tadi di mana Sapardi menggambarkan bunga mawar yang pelupuknya hendak diambil oleh tangan manusia, tapi Sapardi menuliskannya seolah saat itu mawar tersebut sedih dan seakan menangis dengan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Intinya, puisi “Bunga-Bunga di Halaman” karya SDD sangat sukses menceritakan ulang apa yang dilihat oleh Sapardi namun dengan interpretasinya sendiri, yang tentu menggunakan kata-kata yang digunakan sehari-hari namun penuh pesan tersirat ini, sehingga puisi ini bisa menjadi karya yang baik.