Nissologi dan Indo-Pasifik: Nasib Biak di Pasifik

Anugrah Wejai
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
25 Maret 2024 17:43 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anugrah Wejai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peta Asia Tenggara. Sumber: shutterstock.com/hamzahstudio
zoom-in-whitePerbesar
Peta Asia Tenggara. Sumber: shutterstock.com/hamzahstudio

Ide Indo-Pasifik beserta Interpretasi Kekuatan Global

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indo-Pasifik dipopulerkan pertama kali oleh Karl Haushofer (1869-1946) atas dasar visi politik-oseanografi yang inovatif secara historis (Li, 2021). Hal mendasar tentang Indo-Pasifik adalah menyangkut strategi kebangkitan politik masyarakat Asia-Pasifik dan sekaligus menjadi ruang campuran pengaruh kekuatan global. Sejatinya ide Indo-Pasifik adalah persoalan strategi di kawasan strategis yang terpenting di abad 21.
ADVERTISEMENT
Setelah Haushofer meletakan fondasi intelektualnya tentang kawasan ini, perkembangan interpretasi terus berkembang dari gedung-gedung pemerintahan negara maju. Mulai dari Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, bahkan Uni Eropa (UE).
Pemerintahan Obama secara signifkan melakukan investasi diplomatik dan militer di Indo-Pasifik, sementara Pemerintahan Trump mengakui Indo-Pasifik sebagai pusat gravitasi dunia (White House, 2022). Di bawah Pemerintahan Biden, AS memperkuat posisi dan komitmen jangka panjang di Indo-Pasifik. Maka secara eksponensial, AS tidak menafikan geografi baru ini dalam perkembangannya.
AS membuat lima tujuan politik luar negeri di Indo-Pasifik; Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, membangun koneksi internal dan eksternal kawasan, mendorong kesejahteraan kawasan, meningkatkan keamanan Indo-Pasifik, dan membangun ketahanan kawasan terhadap ancaman transnasional (White House, 2022).
ADVERTISEMENT
Sementara di benua Eropa, negara-negara UE memandang Indo-Pasifik sebagai kawasan yang memiliki peluang besar ekonomi dan kepentingan strategis (Jochheim dan Lobo, 2023). Australia dalam Buku Putih Pertahanan menuliskan Indo-Pasifik sebagai kawasan dengan pertumbuhan perdagangan, investasi, dan aliran energi di kawasan yang lebih luas yang pada akhirnya memperkuat interdependensi ekonomi dan keamanan (Nashir dkk, 2022).
Jepang juga tidak ketinggalan dari pertandingan apa pun di Indo-Pasifik, sehingga kondisi ini menyiratkan bahwa Indo-Pasifik bukan ruang hampa politik. Kebangkitan Tiongkok juga disinyalir sebagai afiliasi ide Indo-Pasifik. AS menilai kebangkitan Tiongkok adalah upaya hegemon regional, sementara UE mengakui secara paradoksal yakni sebagai mitra kerjasama sekaligus saingan sistemik (Jochheim dan Lobo, 2023).
Dinamika dan perkembangan Indo-Pasifik baik secara intelektual maupun kaitan politik menyumbangkan implikasi serius yang jika tidak dipertimbangkan dapat berpotensi menjadi arena kompetisi geografi baru. Signifikansi kekuatan global terhadap kawasan ini meningkat setiap tahunnya, yang mengartikan bahwa di masa depan kawasan ini akan berpengaruh apabila tata kelola hari ini dapat mengakui dan memberdayakan eksistensi pulau-pulau di Asia Pasifik.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi kesenjangan ketika Indo-Pasifik terlalu didominasi narasi geopolitik global, namun kurang memberikan esensi yang sepadan dengan keberadaan pulau-pulau di kawasan. Pentingnya memasukan disiplin nissologi (ilmu pulau) ke dalam gagasan Indo-Pasifik.

Nissologi di Indo-Pasifik

Membangun Indo-Pasifik yang inklusif tidak mesti dimulai dari negara lain, kita juga dapat mempertimbangkan keberadaan pulau-pulau di kawasan itu sebagai arena pertumbuhan kawasan. Perihal ini beririsan dengan studi pulau atau dikenal juga sebagai nissologi. Nissologi adalah bidang akademis interdisipliner yang ditujukan untuk menganalisis dan mengkaji pulau.
David Scott (2021) menyatakan bahwa nissologi lebih dominan bersifat bottom-up dengan memakai perangkat studi pascakolonial. Namun terkait fungsinya, studi ini seringkali digunakan dalam analisis-analisis pemanfaatan pulau kecil oleh negara-negara di Indo-Pasifik.
ADVERTISEMENT
Sebut saja keberadaan pulau-pulau di Indo-Pasifik, secara khusus yang berada di Samudera Pasifik memainkan peran strategis maritim jika bertemu dengan gagasan-gagasan Barat di kawasan itu. Banyak faktor yang mendasari belum ada inisiasi nissologi yang serius disana, namun seringkali kondisi tersebut dipengaruhi oleh diskursus pembangunan yang menekankan ekonomi berbasis negara, sedikit mengangkat aspek transnasional di kawasan Pasifik.
Nissologi sebagai disiplin ilmu berkontribusi bagi Indo-Pasifik, mengingat pulau-pulau di Indo-Pasifik tetap tuntuk pada ‘logika pulau’ yang mempertahankan independensi (Scott, 2021). Gambaran konkritnya adalah pulau-pulau di Indo-Pasifik diyakini masih mengedepankan independensi di tengah proyeksi Indo-Pasifik sebagai kekuatan geostrategis di masa depan.
Sehingga tesis yang perlu dikerjakan selanjutnya adalah mengkaji pulau dalam analisis-analisis potensi lokal dan global yang bisa berkontribusi bagi kekuatan Indo-Pasifik. Nissologi disini selain kontribusi akademis, juga berperan sebagai pisau analisis kebijakan di pulau-pulau Pasifik. Salah satu daerah strategis di Pasifik adalah Pulau Biak, Provinsi Papua, Indonesia, yang kini memulai orientasi pembangunan outward-looking.
ADVERTISEMENT

Pulau Biak

Budaya masyarakat Biak. Sumber: shutterstock.com/Misbachul Munir
Secara geografis, Pulau Biak termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Biak Numfor merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan secara langsung berbatasan dengan Samudera Pasifik. Kedudukan geografis Biak secara potensial menjadi keunggulan komparatif, karena sifatnya yang strategis dan penting dalam urusan perhubungan maritim di Samudera Pasifik.
Aspek-aspek lain seperti demografi yang merata, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus bertumbuh, solidaritas masyarakat lintas etnis dan agama, serta orientasi kebijakan pemerintah yang menjurus kepada potensi maritim telah menjadi pijakan awal untuk pengembangan lebih lanjut ide pembangunan kepulauan di Pasifik.
Komponen-komponen sebagai sebuah pulau yang mandiri linear dengan eksistensi gugusan kepulauan yang ada di Biak. Sistem sosial budaya dan adat Biak menyiratkan kehidupan yang inklusif dan damai, penerimaan yang luar biasa terhadap gagasan luar yang dicerminkan melalui heterogenitas demografis.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut soal perekonomian di Biak menunjukkan adanya corak pertumbuhan. Persoalan ekonomi erat kaitannya dengan sistem sosial budaya di Biak juga memiliki relevansi dengan tren masyarakat disana.
Kebijakan pemerintah daerah tentang reinkarnasi potensi industri perikanan dan pariwisata menciptakan tren baru tentang masyarakat maritim—sekalipun terdapat beberapa kritik tentangnya. Biak sebagai daerah lepas pantai di utara Papua perlu diperhitungkan dalam strategi Indo-Pasifik.

Nilai Strategis Biak di Indo-Pasifik

Keberadaaan Biak yang strategis di Pasifik telah menyumbangkan kontribusi bagi Indonesia. Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan Grant Agreement atau Perjanjian Hibah terhadap sektor perikanan di pulau-pulau terluar Indonesia, salah satunya adalah Biak.
Kontribusi Jepang di Biak yaitu Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan sejumlah program pemberdayaan masyarakat pesisir. Di saat yang bersamaan, Biak mengekspor ikan tuna ke Jepang hampir setiap tahunnya. Situasi tersebut menunjukkan bahwa Jepang sebagai kekuatan global di Asia Pasifik memahami konteks ide Indo-Pasifik dan menggunakan diplomasi pembangunan di wilayah Pasifik.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat juga dimaknai sebagai strategi Jepang untuk menaruh pengaruh pada level bottom-up, alih-alih top-down seperti banyak kebijakan negara-negara maju lainnya. Negara lain telah menginisasikan, maka inisiatif selanjutnya harus datang dari pemerintah dan masyarakat lokal itu sendiri.
Secara nissologi terdapat dua faktor pengembang Biak bertransformasi menjadi geostrategis di Pasifik. Pertama, peningkatan sumber daya manusia melalui akselerasi pendidikan vokasi yang merepresentasikan ide-ide kemaritiman. Memajukan ide kemaritiman dalam Indo-Pasifik lebih banyak memerlukan pekerja terampil lapangan daripada banyak pemikir. Ini berkaitan erat juga dengan upaya memodernisasi pulau melalui perantara SDM.
Dan kedua adalah pengembangan infrastruktur maritim yang terpadu meliputi fasilitas perikanan, efisiensi birokrasi, regulasi yang jelas, dan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien dan efektif. Termasuk juga industri pariwisata yang dapat dirintis dari usaha-usaha mikro dan menengah. Kedua hal ini menjadi indikator umum Biak sebagai geostrategis di Pasifik, dimana berhasil atau tidaknya ditentukan oleh political will pemimpin publik serta komitmen stakeholders dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Indo-Pasifik adalah gagasan strategis yang telah mencampuri kekuatan-kekutan besar dunia ke dalamnya. Konstelasi yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik terlalu banyak interpretasi dan intervensi negara-negara yang sebenarnya tidak terkait secara geografis dengan lokasi tersebut.
Akan tetapi, ketika negara-negara berkompetisi untuk terlibat di Indo-Pasifik, kemandirian pulau-pulau di kawasan tersebut perlu dipertanyakan keberlanjutannya. Sebab membangun Indo-Pasifik sesederhana potensi-potensi lokal di setiap gugusan kepulauan yang ada disana. Maka upaya selanjutnya akan bergantung pada pembangunan skala mikro, dan Biak harus siap untuk itu.
References
JICA. (2021, October 6). Penyelesaian Pembangunan Sentra Kelautan Perikanan Terpadu di Biak (fasilitas pelabuhan perikanan, pasar, dll.): Kontribusi terhadap revitalisasi industri perikanan di pulau-pulau terpencil melalui pengembangan fasilitas dan pasar pelabuhan perikanan dan dukungan teknis. | Indonesia | Countries & Regions | JICA. Www.jica.go.jp. https://www.jica.go.jp/Resource/indonesia/indonesian/office/others/press211006.html
ADVERTISEMENT
Jochheim, U., & Lobo, R. (2023). Geopolitics in the Indo-Pacific: Major players’ Strategic Perspectives. https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2023/751398/EPRS_BRI(2023)751398_EN.pdf
Kamaludin Nashir, A., Komeini, Y., & Abdurofiq, A. (2022). The Indo-Pacific: A New Geography of Conflict. KnE Social Sciences, 03(01). https://doi.org/10.18502/kss.v7i12.11507
Li, H. (2021). The “Indo-Pacific”: Intellectual Origins and International Visions in Global Contexts. Modern Intellectual History, 19(3), 1–27. https://doi.org/10.1017/s1479244321000214
Scott, D. (2021). Small Island Strategies in the Indo-Pacific by Large Powers. The Journal of Territorial and Maritime Studies, 8(1), 66–85. https://www.jstor.org/stable/48603079
The White House. (2022). Indo-Pacific Strategy of the United States. The White House. https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2022/02/U.S.-Indo-Pacific-Strategy.pdf