Konten dari Pengguna

Fakta di Balik Aroma Khas saat Hujan

Anur Wahyu Ningtyas
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang dan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada
29 November 2021 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anur Wahyu Ningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Mendekati penghujung tahun seperti saat ini, negara kita telah memasuki musim penghujan. Intensitas hujan kian meningkat setiap harinya di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Hujan menjadi sebuah fenomena yang terkadang banyak tidak disukai, karena dirasa dapat menggangu berbagai aktivitas. Padahal hujan sendiri menjadi rahmat yang membawa banyak sekali berkah bagi umat manusia. Namun, banyak juga yang menyukai dan menganggap turunya hujan sebagai fenomena alam yang dapat membangkitkan berbagai perasaan. Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam menyambut dan menikmati turunya hujan, salah satunya dengan menikmati aroma khas saat hujan.
ADVERTISEMENT
Ketika turun hujan, tak jarang akan muncul aroma khas hujan yang dapat membangkitkan ketenangan pada manusia. Biasanya, aroma ini akan muncul dari tanah sesaat setelah hujan turun. Aroma khas yang tercium saat hujan disebut dengan istilah Petrichor. Melansir dari Journal Sociolla, istilah petrichor diperkenalkan pertama kali oleh dua orang ilmuwan yaitu Isabel Joy Bear dan Roderick G. Thomas yang melakukan sebuah studi tentang aroma hujan. Dalam penelitiannya tersebut, mereka menemukan fenomena aroma hujan yang dinamai dengan istilah petrichor. Hasil penelitian tersebut kemudian dimuat dalam artikel yang berjudul Nature of Argillaceous Odour yang dirilis pada tahun 1964. Istilah petrichor sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu petros yang berarti batu dan ichor yang artinya cairan yang mengalir di pembuluh darah para dewa.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah artikel dari Universitas Negeri Gorontalo, menyebutkan tiga fakta yang memicu timbulnya aroma khas ketika hujan, yaitu
a. Faktor pertama, disebabkan adanya kelimpahan bakteri dari Actinomycetes yang ditemukan di tanah. Actinomycetes dapat menghasilkan produk metabolit yang berupa senyawa aromatis Geosmin. Ketika senyawa ini dihidrolisis oleh air hujan, senyawa tersebut akan menguap dan menimbulkan aroma khas hujan.
b. Faktor kedua yaitu adanya senyawa Feromon. Feromon sendiri merupakan senyawa khas yang dihasilkan oleh tumbuhan yang berguna sebagai pertahanan diri. Feromon dapat mengeluarkan aroma khas ketika bereaksi dengan air hujan.
c. Faktor yang ketiga, yaitu adanya efek fotolistrik molekul oksigen yang diakibatkan aliran listrik (petir) yang menyebabkan terjadinya disosiasi molekul oksigen menjadi atom. Pada atmosfer atom akan saling berikatan dengan mol oksigen yang membentuk model allotropinya yaitu ozon. Proses ini diyakini dapat menimbulkan aroma khas dari hujan.
ADVERTISEMENT
Aroma khas dari hujan (petrichor) diyakini dapat membawa ketenangan. Manusia memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bau, yang mana hal tersebut akan saling terkoneksi dengan saraf yang ada di otak. Aroma khas ini dapat membangkitkan emosional dan memori yang ada pada manusia. Sehingga, tidak jarang ketika turun hujan dapat menimbulkan perasaan emosional dan membawa ketenangan yang dapat menimbulkan kenangan-kenangan peristiwa di masa lalu. Aroma khas hujan juga dapat kita jadikan aroma terapi yang dapat menghilangkan penat setelah melakukan berbagai aktivitas, maka banyak orang yang menyukai aroma petrichor hingga selalu merindukan kehadirannya terlebih ketika musim kemarau.