Konten dari Pengguna

Masihkah Terjadi Krisis Pendidikan di Daerah Pedesaan?

Anur Wahyu Ningtyas
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang dan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada
29 November 2021 21:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anur Wahyu Ningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan merupakan salah satu aspek utama untuk memajukan kualitas suatu bangsa. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak. Sebagaimana salah satu tujuan Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sudah seharusnya pemerintah dapat memberikan pendidikan yang layak kepada setiap warga negaranya. Baik untuk masyarakat di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Namun, pada kenyataannya masih banyak kasus kesenjangan pendidikan yang terjadi di perkotaan maupun pedesaan.
ADVERTISEMENT
Contoh kasus kesenjangan pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan yaitu dapat terlihat dari sekolah-sekolah di perkotaan yang mempunyai fasilitas baik pastinya juga memiliki pengajar yang berkompeten sehingga nantinya dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas. Hal ini berbanding terbalik terhadap sekolah-sekolah di pedesaaan yang mempunyai fasilitas akses dan sarana prasarana yang masih kurang memadai dan minimnya pengajar yang berkompetan.
Faktanya tingkat pendidikan di pedesaan lebih rendah daripada di lingkungan perkotaan. Di daerah pedesaan masih banyak para pekerja yang tidak tamat pendidikan SD, SMP, maupun SMA hal ini didukung dengan infrastruktur yang masih rendah, kesenjangan ekonomi dan semakin minimnya kualitas pendidikan. Adapun beberapa alasan mengapa pendidikan di pedesaan lebih rendah dibandingkan di lingkup perkotaan antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Rendahnya kemauan dan mindset yang masih menganggap pendidikan kurang penting
Di daerah pedesaan masih sangat minim lulusan sarjana atau bahkan lulusan SMA. Kebanyakan orang desa beranggapan jika mereka cukup bisa membaca dan menulis saja sebagai modal untuk mencari kerja. Banyak anak-anak yang seharusnya masih dalam usia untuk bersekolah namun mereka lebih memilih bekerja jika laki-laki dan lebih memilih menikah jika perempuan, mereka masih belum memikirkan betapa pentingnya pendidikan untuk kehidupan di masa depan.
2. Kemampuan Ekonomi yang tidak mendukung
Masih banyak anak pedesaan yang seharusnya mereka memiliki kemampuan dan keinginan untuk bersekolah, namun karena tidak adanya biaya maka terpaksa putus sekolah demi membantu bekerja. Pemerintah dalam hal ini sudah berusaha membantu dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah yang disalurkan melalui bantuan dana beasiswa. Namun, bantuan pendidikan ini rupanya juga belum dapat disalurkan secara merata.
ADVERTISEMENT
3. Tidak adanya dukungan dari orang tua
Salah satu penyebab rendahnya pendidikan di daerah pedesaan yaitu tidak adanya dukungan dari orang tua untuk bersekolah. Banyak orang tua di pedesaan yang masih memiliki pemikiran bahwa untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang bagus, terutama untuk anak perempuan di pedesaan yang masih dianggap bahwa tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi jika nantinya juga pekerjaannya hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga.
4. Kurangnya infrastruktur yang memadai
Jika kita lihat masih banyak bangunan sekolahan di desa-desa yang tidak memiliki fasilitas yang memadai bahkan terkadang bangunan yang ada di desa tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat sekolah, didukung dengan kurangnya sarana dan prasarana yang lengkap.
ADVERTISEMENT
5. Kurangnya tenaga pendidik
Hal ini juga sangat berpengaruh di mana terkadang para tenaga kerja atau guru yang mengajar di pedesaan sangat sedikit dan bisa dikatakan kurang. Kurangnya tenaga kerja atau guru yang berkompeten juga menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan dan lulusan yang dihasilkan nantinya.
Di era pandemi seperti saat ini, kian memperburuk kualitas pendidikan di pedesaan. Pada kenyataannya, walaupun pandemi hampir berjalan selama dua tahun, dan pembelajaran daring telah terlaksana cukup lama, masih banyak anak-anak di desa yang belum sepenuhnya dapat beradaptasi dan paham akan teknologi sebagai penunjang pendidikan. Sistem pendidikan secara daringpun tidak mudah, di samping harus adanya kesadaran disiplin untuk belajar secara mandiri juga harus adanya fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan. Hal ini tentu sangat berpotensi menurunkan tingkat kualitas pendidikan serta dapat menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi yang telah terjadi menjadi semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa pendidikan di daerah pedesaan masih sangat rendah dari pada pendidikan di daerah perkotaan. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda mari tanamkan pentingnya pendidikan untuk masa yang akan datang dan bekerja sama untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Dan untuk pemerintah lebih dapat memperhatikan pemerataan pendidikan dan perbaikan infrastruktur di desa agar layak untuk dijadikan tempat mencari ilmu sehingga anak-anak di desa dapat mendapatkan pendidikan dan lebih antusias untuk mengenyam pendidikan.