Makna Baru Konco Wingking

Konten dari Pengguna
20 Desember 2019 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Hadja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam budaya tradisional orang Jawa yang paternalistik, termasuk budaya orang Banyumas, posisi istri dalam rumah tangga sering direndahkan hanya sebatas konco wingking. Artinya, dia hanyalah pelengkap rumah tangga seorang suami. Yang diurus hanyalah masalah-masalah seputar kasur, dapur, dan sumur. Sebagai obyek untuk melepaskan hasrat seksual suami, kewajiban seorang isri hanyalah macak, masak, mlumah, manak, dan momong anak. Istri yang mampu melakasanakan lima kewajiban terhadap suami itu,akan dipujinya sebagai istri sejati.
ADVERTISEMENT
Tetapi itu dulu. Sekarang wanita Jawa dan juga wanita Banyumas banyak yang sudah tercerahkan oleh gagasan emansipasi wanita yang diperjuangkan RA.Kartini. Tidak sia-sia jika pada dasa warsa awal abad kedua puluh, dimana-mana didirikan Sekolah Kartini. Juga di sejumlah kota di Karesidenan Banyumas. Dan di Sokaraja, Sekolah Kartini didirikan sebelah timur pendopo Kawedanan Sokaraja.
Sekolah Kartini adalah sekolah untuk para gadis setingkat SD, pada jaman sekarang ini semacam SD Plus. Sekolah Kartini didirikan dengan tujuan agar karir masa depan para gadis itu kelak tidak hanya berakhir dipelaminan, lalu menjadi konco wingking suami. Dari Sekolah Kartini, anak gadis yang ingin lebih maju lagi, bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian para gadis itu akan memilki kompentensi yang memadai sebagai bekal hidup, sehingga kelak dia dapat ikut serta mewujudkan kesejahteraan keluarganya,masyarakatnya, bahkan bangsanya..
ADVERTISEMENT
Hasil perjuangan RA.Kartini segera tampak. Pada masa pergerakan kaum wanita tidak mau kalah dengan kaum pria. Mereka mulai mengorganisasi dirinya membentuk perkumpulan-perkumpulan wanita. Dan hanya tiga bulan setelah Konggres Pemuda 1928, kaum wanita mampu menyelenggarakan Konggres Wanita Pertama yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Konggres Wanita itu diikuti oleh 600 utusan yang datang dari sejumlah daerah, mewakili semua golongan suku, aliran, dan agama yang ada di masyarakat. Konggres Wanita itu dipimpin oleh RA.Sukanto, dengan wakil, Nyi Hadjar Dewantara dan Soejatin. Acara pembukaan dihadiri juga oleh organisasi yang didirikan kaum pria, seperti PNI, Tamansiswa, Muhammadiyah, Sarekat Islam, Budi Utomo, Jong Java, Jong Madura, Jong Islamiten Bond, dan lainnya lagi.
ADVERTISEMENT
RA. Sukanto dalam pidato pembukaannya, meyampaikan pesan-pesannya sbb,” “Zaman sekarang adalah zaman kemajuan. Oleh karena itu, sudah waktunya kita mengangkat derajat kaum wanita agar kita tidak terpaksa duduk di dapur saja. Kecuali harus menjadi nomor satu di dapur, kita juga harus turut memikirkan pandangan kaum laki-laki. Sebab sudah menjadi keyakinan kita bahwa kaum laki-laki dan kaum perempuan mesti berjalan bersama-sama dalam kehidupan umum. Artinya, kaum wanita bukannya menjadi laki-laki. Kaum wanita tetap kaum wanita, tetapi derajatnya harus sama dengan laki-laki. Jangan sampai kaum wanita mau direndahkan kaum laki-laki seperti zaman dahulu.”
Pesannya jelas, dan tidak akan lapuk oleh alam dan jaman. Wanita adalah tetap konco wingking, hanya fungsi, makna, dan tafsirnya diperluas. Konco wingking bukan berarti seorang istri dari seorang suami yang tugasnya hanya di belakang saja. Tetapi seorang istri adalah sahabat suami yang harus bisa bersama-sama di belakanag, bersama-sama mendidik dan membesarkan anak, bersama-sama pula saling memperkuat dan memberikan dukungan. Seorang istri pada jaman teknologi dan kemajuan seperti sekarang ini juga harus menjadi pendorong semangat suami dalam meniti karir, dan pendamping suami dimanapun suami berada dan bertugas.
ADVERTISEMENT
Lalu,bagaimana denga para suami yang suka selingkuh, dan punya wanita simpanan seperti Mantan Direktur Garuda Indonesia yang baru saja dipecat? Sebenarnya lelaki yang berani selingkuh adalah lelaki yang takut pada istri. Sebab, jika tidak takut, mestinya berterus terang pada isrinya. Demikian pula wanita yang mau diselingkuhi laki-laki yang sudah punya istri. Dia juga takut perselingkuhannya akan diketahui istri pasangan selingkuhnya. Jadi, kenapa ada laki-laki yang suka selingkuh? Ya, karena ada saja wanta yang mau diajak selingkuh.
Sesungguhnya secara bilogis, energi libido lelaki untuk bermain cinta, tidak sebesar energi libido wanita. Untuk menghilangkan rasa rendah diri laki-laki atas wanita, maka laki-laki melakukan perselingkuhan dengan wanita lain, sebagai kompensasi atas inferioritasnya di atas ranjang terhadap istrinya. Mungkin karena faktor inferioritas juga, jka bercinta, laki-laki lebih senang memilih posisi di atas. Karena dengan cara itu ada semacam rasa superioritas yang dapat dibangkitkannya. Benar, nggak, nih? Hhkhk.
ADVERTISEMENT
Tetapi bagi wanita yang memilki kepribadian, yakni memiliki integritas, harga diri, dan mampu menghayati nilai-nilai susila, maka dia dengan tegas akan menolak ajakan selingkuh pria hidung belang. Sekalipun yang mengajaknya adalah bosnya yang biasa dilayaninya dalam urusan pekerjaan.Tetapi jika Sang Bos minta dilayani di atas ranjang, wanita yang punya kepribadian akan memilih dipecat, dari pada ditunggangi Sang Bos. Sikap sejumlah pramugari cantik Garuda Indonesia yang konon berani menolak rayuan gombal Sang Direktur, sekalipun dengan risiko dipecat, pantas kita apresiasi dan acungi jempol. Itulah sebenarnya salah satu hakekat dari perjuangan emansipasi wanita. Yaitu berani menolak diajak selingkuh. Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2019.(anwar hadja, 22-12-2019).