Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Cara Kreatif Kepala Sekolah Memimpin Pembelajaran di Masa Pandemi
23 Juni 2020 10:19 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Anwar Holil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjelang tahun ajaran baru, semua sekolah sudah harus bersiap untuk melanjutkan layanan pembelajaran untuk siswa. Di tengah pandemi yang masih berlanjut, banyak sekolah yang akan melanjutkan kegiatan siswa belajar dari rumah (BDR).
ADVERTISEMENT
Masa pandemi ini merupakan tantangan bagi kepala sekolah dalam mendukung guru untuk bisa memfasilitasi siswa belajar dari rumah. Pengalaman dua kepala sekolah di Riau dan Kalimantan Timur yang membantu guru, orang tua, dan siswa dalam pelaksanaan BDR yang berkualitas bisa menjadi contoh. Apa inisiatif mereka?
Latih Guru dan Beri Kuota Internet
Ketika sekolah mulai diliburkan karena Covid-19, Ridwan Alatas, Kepala SD Muhammadiyah Sungai Apit, Siak, Riau langsung berinisitiaf untuk memberikan pelatihan pembelajaran daring untuk semua guru.
Para guru difasilitasi untuk bisa memanfaatkan beberapa aplikasi pembelajaran seperti google classroom dan aplikasi pertemuan Jitsi untuk mendampingi siswanya BDR.
Setiap bulan sekolah juga memberikan bantuan kuota 33 GB kepada guru untuk fasilitas mengajar secara daring. Para orang tua siswa juga menjadi sasaran untuk dilatih para guru wali kelas.
ADVERTISEMENT
“Kalau guru hebat tapi orang tua siswa tidak mendukung susah juga. Maka orang tua juga perlu kita dekati dan dilatih dalam mendukung anaknya belajar dari rumah, terutama belajar menggunakan aplikasi pembelajaran,” kata Ridwan.
Ridwan juga mengajak guru-gurunya untuk memetakan siswa yang bisa belajar daring atau luring. Rata-rata setiap kelas, 80% siswa yang bisa ikut pembelajaran daring.
“Untuk siswa yang hanya bisa belajar secara luring, tugasnya diantar ke rumah siswa. Setelah selesai, orang tua yang mengantarkan. Tujuan pembelajaran yang belajar daring atau luring juga sama. Yang membedakan untuk tugas luring lembar kerja yang dibuat guru lebih rinci untuk memandu siswa bisa belajar mandiri,” kata Ridwan yang juga fasilitator manajemen berbasis sekolah Tanoto Foundation.
ADVERTISEMENT
Memetakan Kebutuhan Pembelajaran
Yani Astutik Kepala SDN 001 Bontang Utara, Kalimantan Timur, mengawali kegiatan BDR dengan berkomunikasi kepada semua guru dan memetakan kemampuan guru, siswa, dan orang tua dalam pelaksanaan BDR.
Setelah memetakan situasi dan kondisi yang dihadapi, kepala sekolah, guru, dan orang tua menyepakati untuk kelas 1 sampai kelas III menggunakan kombinasi pembelajaran daring dan luring. Sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI pembelajarannya menggunakan daring.
“Pembelajaran daring dilakukan bagi siswa yang orang tuanya memiliki telepon genggam pintar dan paket data yang memadai. Pembelajarannya dapat berlangsung melalui WhatsApp Group (WAG), Google Classroom, dan Zoom agar guru dan siswa bisa berinteraksi langsung.
Libatkan Masyarakat Bantu Siswa Belajar Luring
ADVERTISEMENT
Tantangan Yani Astutik di masa pandemi ini adalah bagaimana pembelajaran juga diperoleh siswa dari keluarga kurang mampu. “Kami menerapkan pembelajaran luring berbasis kluster dengan bekerja sama dengan tokoh masyarakat, seperti ketua RT, ibu-ibu dasawisma untuk membantu membagikan materi pembelajaran dan penugasan,” kata Yani.
Guru memetakan siswanya yang tidak memiliki fasilitas daring tersebut per kelas. Rata-rata ada 10 siswa per jenjang kelas yang tidak mempunyai fasilitas daring. Sehingga ada enam klaster yang diajarkan secara luring.
Setiap klasternya dipilih para siswa yang tinggal berdekatan. Kemudian ada tokoh masyarakat yang dilibatkan untuk menjemput materi dan penugasan serta memberikan kepada warganya yang merupakan siswa SDN 001 Bontang Utara.
Para tokoh masyarakat yang ditunjuk mengikuti protokoler pencegahan covid-19 pemerintah, menggunakan sarung tangan dan masker ketika menyerahkan materi pembelajaran dan tugas.
ADVERTISEMENT
Untuk penyerahan tugas yang sudah dikerjakan siswa, masing-masing orang tua memberikan secara silih berganti ke sekolah karena tetap ada guru yang berjaga di sekolah. Pengumpulan tugas ini dilakukan silih berganti untuk menghindari kerumunan di sekolah, sekaligus disediakan pencucian tangan di lingkungan sekolah.
“Ini merupakan kerja sama tim semua pihak, terutama guru-guru yang bekerja keras untuk tetap menjalankan pembelajaran bagi siswa yang tidak bisa mengakses internet,” kata Yani.
Kepemimpinan pembelajaran yang ditampilkan Yani Astutik dan Ridwan Alatas memberikan harapan kepada guru, orang tua, dan siswa untuk tetap bisa eksis belajar di tengah wabah pandemi.