Konten dari Pengguna

Pendidikan Sastra di Sekolah

Anwar Ilma
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14 Juni 2022 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Ilma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay https://pixabay.com/id/photos/buku-catatan-tangan-pena-menulis-2178656/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay https://pixabay.com/id/photos/buku-catatan-tangan-pena-menulis-2178656/
ADVERTISEMENT
Dasar pendidikan Indonesia, yakni mencerdaskan bangsa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Dengan kata lain, peserta didik bersekolah bukan hanya untuk menghadapi bahasan soal-soal ujian; peserta didik bersekolah merupakan strategi untuk mempersiapkan dirinya memasuki kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Sastra sebagai cerminan keadaan sosial budaya bangsa haruslah diwariskan kepada generasi mudanya. Sastra merupakan bentuk hasil karya tulisan atau lisan yang memiliki makna dan keindahan tertentu. Melalui pengembangan sastra, perlu adanya pembelajaran sastra. Kemudian, pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam membentuk jiwa yang lebih kritis, karena sudah menjadi hal umum, seseorang yang mempelajari sastra memiliki perasaan yang lebih peduli pada lingkungan sekitar dan dapat menilai mana bermutu atau tidak.
Sastra tidak hanya sekadar menjadi sesuatu yang menarik, hiburan, dan terdapat keindahan di dalamnya, tetapi yang mampu memberikan keilmuan intelektual. sastra dengan demikian dapat berfungsi sebagai media pemahaman budaya suatu bangsa yang di dalamnya terdapat pendidikan karakter.
Menurut survei Program for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara atau salah satu dari 10 negara dengan tingkat literasi terendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa kebutuhan dan kemampuan membaca masyarakat Indonesia sebagai dasar pertama pembentukan karakter masih sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut juga menimbulkan berbagai persoalan Permasalahan terbesar dan mendasar di dalam pembelajaran sastra. Permasalahan pada saat ini adalah berkenaan kemampuan dan kebiasaan membaca dan menulis. Pembelajaran membaca dan menulis di dalam kegiatan bersastra memang mendapatkan porsi yang lebih banyak daripada mendengarkan dan berbicara. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran membaca dan menulis harus mendapatkan perlakuan khusus dari para pendidik bahasa Indonesia.
Herfanda (2008:131) mengatakan sastra memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter. Kegiatan bersastra ditujukan untuk meningkatkan apresiasi terhadap sastra agar siswa memiliki kepekaan terhadap sastra yang baik dan bermutu yang akhirnya berkeinginan untuk membacanya.
Mari kita ambil contoh, pada karya novel terkandung model kehidupan dengan mewujudkan melalui tokoh-tokoh cerita sebagai pelaku masyarakat dalam berbudaya di masyarakat. Tokoh-tokoh cerita menampilkan watak, sikap, dan sifatnya yang saling berbeda. Siswa dapat mempelajari dan memahami tentang berbagai aspek kehidupan melalui pemeranan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut, termasuk motivasi yang berkaitan langsung dengan sosial budaya pada cerita itu. Melalui pembelajaran seperti ini siswa sebagai pembaca dengan dunia cerita saling berhubungan sebab terbawanya suasana yang sedang terjadi pada isi cerita novel tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemudian terdapat problematika yang diakui oleh tenaga pendidik. Bagaimana cara kita bila mengajarkan dalam pembelajaran sastra tidak terbawa ke arah hal negatif, ketika dalam sebuah karya yang terdapat nilai moral yang tidak baik, dan berharap siswa tidak terpengaruh oleh apa yang dibaca? Tentunya sebagai pendidik sastra perlu memilih dan menyesuaikan pemaparan materi yang kita ajarkan. Dengan begitu, pendidik dapat memastikan bahwa siswa menikmati karya sastra dengan baik, tidak berlebihan.