118 Tahun Real Madrid: Sejarah, Trofi, dan Cinta

Konten dari Pengguna
6 Maret 2020 9:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suporter cilik Real Madrid (Ilustrasi) Foto: Reuters/Lucy Nicholson
zoom-in-whitePerbesar
Suporter cilik Real Madrid (Ilustrasi) Foto: Reuters/Lucy Nicholson
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Begitulah Sepenggal lirik lagu yang menandai torehan Real Madrid meraih Decima Eropa tahun yang lalu. Lagu itu Berjudul Hala Madrid y Nada Más. Jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti Hala Madrid, tidak ada yang lainnya”.
Lagu itu ditulis seorang produser dan komposer musik terkenal keturunan Maroko yang juga seorang Madridista bernama Nadyr Khayat atau populer dengan sebutan RedOne. Lagu itu adalah sebuah bentuk kejutan manajemen Real Madrid kepada seluruh Madridista karena kesabarannya menunggu Real Madrid menunggu 12 tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2014 demi gelar ke-10 Liga Champions Eropa atau yang populer di sebut La Decima.
Real Madrid juara Liga Champions. Foto: UEFA via Reuters
Lagu itu bercerita tentang sejarah, kebesaran dan keagungan Real Madrid sepanjang berdiri. Sebuah satu-satunya klub yang mendapat anugerah klub terbaik dalam periode satu abad hingga saat ini oleh FIFA pada tanggal 6 Desember 2000 lalu.
ADVERTISEMENT
Lagu berdurasi selama 2 Menit 47 detik itu di rekam beberapa hari jelang pertandingan Final Liga Champions Lisbon tahun 2014 antara Real Madrid melawan klub sekota Atletico Madrid. Lagu itu diciptakan penuh percaya diri, seakan seluruh Manajemen Real Madrid sudah meyakini akan meraih La Decima hari. Sebuah penantian panjang untuk klub sebesar Real Madrid. Tidak ada kata minder apalagi ragu akan keyakinan itu. Sesaat Lagu itu diciptakan Real Madrid juga telah membuatkan sebagian dari Video klipnya.
Pertandingan yang berlangsung pada hari minggu dini hari 25 Mei 2014 itu di tonton lebih dari satu milyar pasang mata. Pertandingannya sangat dramatis. Bisa dibilang pertandingan tersebut merupakan salah satu pertandingan Final yang menyajikan drama paling mendebarkan dalam sejarah sepak bola. Bagaimana tidak sampai Menit ke-90, Real Madrid masih kalah 0-1 oleh Atletico Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Padahal pesta telah dipersiapkan. Bus konvoi lengkap dengan stiker dan pernak-pernik Gelar ke-10 Real Madrid telah disiapkan. Estadio Santiago Bernabeu juga telah merias diri untuk menyambut “Bayi ke sepuluh” Eropanya.
Dua juta Madridista yang tidak berangkat ke Lisbon juga telah berkumpul di Cibeles, tempat Real Madrid biasanya merayakan gelar juga telah di tata sedemikian rupa. Sampai Menit ke-90 Semua seakan sia-sia. Perasaan kecewa, tangis, dan carut marut menghiasi perasaan seluruh Madridista di Seluruh dunia yang menyaksikan pertandingan itu.
realmadrid.com
Real Madrid akhirnya menang 4-1. Real Madrid akhirnya meraih gelar ke-10nya dalam suasana yang penuh ketegangan. Air mata bahagia tidak terelakkan ketika Real Madrid mengangkat piala La Decima. Momen itu telah berhasil mengembalikan ingatan dunia bahwa Real Madrid adalah klub terbaik di dunia.
ADVERTISEMENT
Saat Real Madrid belum meraih La Decima. “We almost forgot that we are still the best” Kata Presiden Real Madrid Florentino Perez saat itu. Benar, Madridista hampir lupa bahkan amnesia bahwa Real Madrid masih yang terbaik di Dunia. Final itu seakan mengembalikan ingatan dunia tentang sejarah besar yang dimiliki Real Madrid. Tim Paling banyak meraih gelar Liga Champions hingga hari ini. Selanjutnya, pasca memenangkan La Decima, Real Madrid di tahun 2016, 2017 dan 2018 secara superior memenangkan trofi serupa hingga jumlah saat ini 13 Trofi. Jauh melampaui raihan tim-tim Eropa lainnya.
realmadrid.com
Sampai detik ini. tidak ada yang bisa memberi Jawaban. Apa jadinya lagu Hala Madrid Y Nada Mas”. Andai Gol Sergio Ramos tidak hadir di menit ke-92:48, Andai hari itu Real Madrid kalah. Tidak ada yang bisa memastikannya. Bahkan memikirkannya saja mungkin seluruh Madridista tidak pernah menginginkannya, tidak pernah.
ADVERTISEMENT
Hari ini, 6 maret 2020. Real Madrid tepat berusia 118 tahun. Sebuah umur yang panjang. Lebih panjang daripada nafas pendirinya, lebih panjang dari umur Madridista yang mencintainya. Nafas adalah energi paling purba yang dimiliki manusia. Rasa cinta kemudian hadir sesudah adanya nafas.
Namun, berakhirnya nafas tidak membuat rasa cinta juga berakhir. Begitulah Real Madrid dicintai seluruh Madridista. Sudah tidak terhitung jumlah Madridista yang sudah berhenti bernafas dan tidak dapat lagi menyaksikan kebesaran Real Madrid. Namun, cinta itu tidak pernah berhenti bersamaan dengan berhentinya nafas para pecintanya. Cinta itu terus tumbuh bersamaan dengan bertumbuhnya Real madrid sebuah klub sepak bola.
Satu hari seorang pemuda yang juga Madridista sedang melakukan penelitian tentang Real Madrid untuk keperluan riset. Pemuda ini kemudian mendapat kesempatan mewawancarai salah satu legenda terbesar Real Madrid, Alfredo Di Stefano. Pemuda tersebut kemudian mengajukan pada Di Stefano : “What is Real Madrid ?
ADVERTISEMENT
"Real Madrid is my feeling,” jawab Di Stefano dengan tegas. Sebuah jawaban yang begitu mendalam, tegas dan penuh keyakinan.
Real Madrid adalah tentang perasaan. Real Madrid adalah tentang apa yang tidak pernah terlintas didalam pikiran pecintaanya menjadi sebuah hal yang nyata. Real Madrid membuat Madridista rela menyisihkan sebagian uangnya demi membeli Jersey, Mengurangi jam tidur hanya untuk menonton, berdebat di Media Sosial karena sebuah kebanggaan, menangis saat mengalami kekalahan dan merasakan kebahagiaan kala memenangkan pertandingan.
Real Madrid adalah tentang cinta. How Can I Explain Love, If you have never cried while wearing your team’s Jersey. Bagaimana aku menjelaskan cinta, Jika kau tak pernah menangis saat memakai jersey tim yang kau cintai ? Feliz Cumple 118 anos Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Hala Madrid!