Menghitung langkah Ganjar di Pipres 2024, Sebuah Simulasi

Konten dari Pengguna
29 November 2021 12:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kompas.com
zoom-in-whitePerbesar
Kompas.com
ADVERTISEMENT
Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan secara bergantian mengisi 3 (tiga) urutan teratas hampir semua survei elektabilitas dan popularitas Calon Presiden untuk Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
Lembaga Indonesia Survey Center pada Bulan November 2021 menyebutkan bahwa Ganjar mewarisi persentase terbanyak ceruk suara pemilih Jokowi yang tidak akan running di Pemilu mendatang. Sebesar 15,9 % pemilih Jokowi akan setia mendukung Ganjar.
Sementara sebesar 12,5% menyatakan akan ke Ahok, sebesar 11,1% akan ke Puan Maharani dan 10,9% akan ke Prabowo.
Secara elektoral, pemilih Jokowi yang juga memilih Ahok memiliki tipologi sama yang jika dibelah kemungkinan akan memberikan mayoritas suaranya kepada Ganjar bila Ahok tidak ada di Kotak Suara 2024.
Sementara Puan Maharani mewarisi pemilih loyal Jokowi yang juga pemilih setia Megawati Soekarnoputri dan PDIP sebagai bagian dari trah biologis Bung Karno.
Asumsi kenapa Prabowo akan mendapatkan ceruk suara yang akan ditinggal Jokowi adalah karena perannya sebagai Menteri Pertahanan di Pemerintahan Jokowi pada Periode ke-2 ini.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, siapa partai politik yang mungkin akan mengusung Ganjar untuk Pilpres 2024 ?
Asumsi pertama, PDI Perjuangan akan mengusung Ganjar karena Gubernur Jawa Tengah ini memiliki elektebilitas dan popularitas tertinggi dibandingkan kader PDIP lainnya.
Lagi pula PDIP memiliki 128 kursi di DPR RI, dimana angka itu lebih dari cukup untuk mencalonkan pasangan calon presiden yaitu minimal 115 kursi. Adapun syarat partai politik atau gabungan partai politik mencalonkan pasangan calon presiden untuk 2024 adalah 20 kursi di DPR atau 25% suara nasional. Yang mana 20% dari keseluruhan 575 jumlah anggota DPR RI adalah 115 kursi.
Artinya meski PDI Perjuangan hanya memiliki suara 19,33 % suara nasional tetap bisa mencalonkan pasangan calon presiden dengan menggunakan syarat administrasi syarat minimal 20% kursi di DPR RI yaitu 128 kursi. Kemungkinan bila Ganjar diusung PDIP maka ia akan berpasangan dengan tokoh NU atau profesional.
ADVERTISEMENT
Asumsi Kedua, Ganjar tidak akan dicalonkan PDIP karena mengusung Puan Maharani. Bukan rahasia, posisi Puan berada ditingkat prioritas internal PDIP untuk Pemilu 2024. Akan tetapi merujuk pada Pemilu 2004 dan 2009 yang mana PDIP mencalonkan Megawati akan mendapatkan tantangan yang tidak mudah.
Pasalnya jika Puan dicalonkan sebagai sebagai Nomor Satu akan mendapatkan serangan lawan politik yang hampir sama dengan Megawati di 2004 dan 2009 yaitu serangan berbasis gender dengan argumentasi isu agama. Maka, pilihan menempatkan Puan sebagai Calon Wakil Presiden sebagai hal yang realistis.
Artinya PDIP akan berkoalisi dengan tokoh partai yang punya elektabilitas tinggi dan yang paling dekat adalah koalisi Gerindra-PDIP untuk pasangan Prabowo-Puan.
Kemungkinan terciptanya pasangan Prabowo-Puan akan terjadi merujuk pada kemesraan antara PDIP-Gerindra dalam 2 tahun belakangan. Apalagi Prabowo secara atraktif mulai rutin mengambil hati dan perhatian Megawati dengan pendirian Patung Bung Karno dan peneguhan Megawati sebagai Profesor Universitas Pertahanan.
ADVERTISEMENT
Asumsi Ketiga, Ganjar akan diusung partai politik atau gabungan partai politik lainnnya. Hingga saat ini setidaknya ada 4 partai yang secara terbuka menunjukkan ketertarikannya pada sosok Ganjar Pranowo yaitu Partai Golkar (85 kursi), PKS (50 kursi), PAN (44 kursi) dan PPP (19 kursi) yang jika dijumlahkan adalah 198 kursi.
Angka ini lebih dari cukup untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden 2024 yaitu minimal 115 kursi. Terkait posisi Ganjar apakah jadi Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden diantara 4 partai ini akan menjadi konsenus berikut. Apalagi diantara 4 partai tersebut hanya Golkar yang sejak jauh hari mempromosikan jagoannya yaitu Airlangga Hartarto.
Asumsi keempat, Ganjar akan merapat ke PKB dan Nasdem. Dua partai yaitu PKB (58 kursi) dan Nasdem (59 kursi) adalah partai politik pengusung Jokowi sejak Pemilu 2014. Kedua partai ini memiliki total jumlah kursi 117 di DPR RI. Peluang yang mungkin muncul adalah Ganjar-Cak Imin atau Cak Imin-Ganjar.
ADVERTISEMENT
Partai Nasdem kemungkinan akan mendukung Ganjar dengan catatan Ganjar masuk Partai Nasdem berstatus kader. Apalagi hingga saat ini, Nasdem belum memiliki kader yang memiliki popularitas dan elektabilitas untuk sebuah pemilu. Syaratnya tentu saja, Nasdem tidak akan mengusung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024 mengingat antara Partai Nasdem dan Anies mulai terbangun komunikasi yang harmonis.
Asumsi kelima, Ganjar bersama Partai Demokrat. Tidak bisa dipungkiri Partai Demokrat masih memiliki pesona bagi partai-partai lainnya khususnya untuk partai yang memiliki sejarah manis di pemerintahan SBY. Demokrat punya 54 kursi di DPR dengan tokoh sentral baru bernama AHY.
Namun, dua partai PKS (50 kursi) dan PAN (44 kursi) yang kebetulan tidak memiliki tokoh yang punya elektabilitas dan popularitas diatas AHY bisa membangun koalisi dengan Ganjar-AHY dengan total dukungan 148 kursi di DPR.
ADVERTISEMENT
Asumsi keenam, PDI Perjuangan mencalonkan Capres dan Cawapres dari internal sendiri. Merujuk dari bagaimana Gerindra mencalonkan Prabowo-Sandi yang notabene sama-sama kader Gerindra menjadi alternatif kemungkinan yang bisa terjadi.
Bila Pencalonan Ganjar-Puan atau Puan-Ganjar sulit terjadi di Pilpres 2024. Maka alternatif mengusung Putra Megawati, Prananda Prabowo bisa menjadi altelnatif bagaimana PDIP memainkan peran di Pilpres 2024 lewat Pasangan Ganjar-Prananda.
Asumsi ketujuh, Bila Ganjar tidak Maju di Pilpres 2024. Kita hanya tinggal menunggu Presiden kita untuk 2024-2029 itu Prabowo atau Anies Baswedan karena hingga saat ini hanya kedua nama itu yang punya elektabilitas dan popularitas tertinggi.