Konten dari Pengguna

Buku Kontekstual Papua: Langkah Nyata Literasi untuk Anak Papua

Apri Damai Sagita Krissandi
Mahasiswa S3 Universitas Sebelas Maret dan Dosen Universitas Sanata Dharma
11 Maret 2023 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apri Damai Sagita Krissandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Paket Kontekstual Papua, Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Buku Paket Kontekstual Papua, Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita mungkin terperangah, ternyata jumlah bahasa daerah/suku di Papua kurang lebih 326 bahasa. Bisa dibayangkan, wilayah yang hanya dibatasi sungai pun dapat memiliki bahasa yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Banyaknya suku, bahasa yang berbeda, dan dialek lisan yang unik menyebabkan siswa Papua seringkali kesulitan dalam memahami bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang diajarkan di sekolah. Selain itu, frasa lisan bahasa Indonesia di Papua menggunakan hukum M-D, umunya bahasa Indonesia adalah D-M. Misalnya: pensil saya, di Papua dikatakan saya pu pensil. Kebiasaan lisan ini berpengaruh pada kemampuan memahami makna kalimat gramatikal bahasa Indonesia.
Jika dibandingkan dengan siswa Jawa, kemampuan membacanya lebih cepat, ternyata jumlah kosakata serapan bahasa Jawa jumlahnya sangat banyak di bahasa Indonesia. Sejak lahir, anak Jawa lebih mudah memahami bahasa Indonesia karena relatif banyak kata yang sama dengan bahasa Jawa.
Siswa di beberapa daerah di Papua kurang beruntung karena kurangnya fasilitas dan dukungan untuk pendidikan. Di beberapa daerah Papua, infrastruktur pendidikan yang memadai masih terbatas. Misalnya, sekolah belum dilengkapi dengan perpustakaan dan sumber daya pembelajaran yang memadai. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran siswa dan kemampuan mereka dalam membaca.
ADVERTISEMENT
Di daerah pedalaman Papua yang terpencil, seringkali sulit untuk menemukan buku-buku dan perpustakaan yang memadai. Hal ini membuat siswa kesulitan untuk membaca dan meningkatkan kemampuan literasinya.
Siswa membawa BPKP, dokumentasi BPKP
Salah satu solusi konkretnya adalah dengan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). BPKP adalah sebuah buku pendidikan yang dirancang untuk memfasilitasi siswa di Papua dalam memahami dan mempelajari mata pelajaran dalam konteks budaya dan kehidupan sehari-hari mereka.
Buku paket kontekstual Papua disusun dengan memperhatikan keanekaragaman bahasa, budaya, dan kehidupan masyarakat Papua, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan mempelajari mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Selama inu buku-buku menggunakan konteks Pulau Jawa. Misalsiswnya cerita museum, di Papua masih amat sangat jarang ada museum. Setahu saya baru ada satu, yakni musem Asmat. Anak tentu akan bingung membayangkan museum.
Guru mengajar dengan BPKP, dokumentasi BPKP
BPKP diinisiasi oleh Bapak Martijn van Drijl melalui Yayasan Kristen Wamena. Buku paket ini gratis, bisa didownload secara gratis. Pak Martijn menggarisbawahi hal ini. BPKP untuk anak Papua dan gratis. BPKP dapat didownload di www.bukupaketkontekstualpapua.com
Guru mengajar dengan BPKP, dokumentasi BPKP
Buku ini juga bertujuan untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya dan identitas Papua, serta membantu siswa dalam memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk hidup mandiri dan berkontribusi bagi masyarakat mereka di masa depan. Program ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Papua, dan telah diimplementasikan di beberapa sekolah di Papua sejak tahun 2006. Isi BPKP berbasis segala hal tentang Papua. Berikut gambaran isi BPKP:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pelatihan BPKP oleh Universitas Sanata Dharma, dokumentasi pribadi
Penggunaan BPKP perlu diperluas. Salah satu upaya telah dilakukan oleh Universitas Sanata Dharma. Melalui hibah pemerintah Program Organisasi Penggerak (POP), Sanata Dharma telah mengirimkan ribuan buku ke Kabupaten Mappi dan Asmat di Papua. Buku tersebut menjadi jembatan yang baik untuk proses membaca anak, khususnya membaca permulaan di sekolah dasar. Selain itu, masih sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, beberapa hal masih dapat dilakukan, misalnya:
Pelatihan BPKP oleh Universitas Sanata Dharma, dok. Pribadi