Konten dari Pengguna

Guru Sorong Papua Memeluk Kurikulum Merdeka dengan Antusias

Apri Damai Sagita Krissandi
Mahasiswa S3 Universitas Sebelas Maret dan Dosen Universitas Sanata Dharma
28 September 2023 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apri Damai Sagita Krissandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu peserta menyampaikan gagasannya, Dok. Apri Damai
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu peserta menyampaikan gagasannya, Dok. Apri Damai
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sorong, 28 September 2023 - Guru-guru di wilayah Papua, tepatnya di Sorong, telah menyambut kurikulum merdeka dengan sukacita dan semangat tinggi. Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) menggelar sebuah forum dan diskusi intensif mengenai implementasi kurikulum merdeka yang berlangsung dari tanggal 25 hingga 29 September 2023. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 300 guru dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA, yang berasal dari Kota Sorong, Sorong Selatan, Tambraw, Meybrat, Raja Ampat, dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek yang menjadi fokus utama dalam forum ini adalah upaya untuk menjadikan konteks daerah Papua sebagai latar belakang setiap pembelajaran di kelas. Para guru bersama-sama menyusun alur pembelajaran dan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi di sekolah mereka.
Mereka merasa bahwa buku-buku yang ada kadang tidak sesuai dengan realitas Papua. Sebagai contoh, konsep museum yang sering muncul dalam buku-buku tersebut bisa menjadi sangat asing bagi anak-anak Papua, bahkan sebagian di antaranya mengimajinasikan museum mirip dengan pasar.
Para guru Papua berdiskusi, Dok. Apri Damai
Selain itu, peserta forum juga menyoroti kenyataan bahwa bahasa ibu Papua tidak pernah mendapat perhatian dalam buku-buku paket. Bahasa ibu memiliki peran penting dalam pendidikan anak-anak Papua, terutama pada tingkat awal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Anita, salah satu peserta, "Bahasa Ibu sangat dibutuhkan anak Papua khususnya kelas awal."
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, para guru bekerja keras untuk memodifikasi bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan konteks Papua. Mereka melihat kurikulum merdeka sebagai sebuah peluang untuk memberikan kebebasan kreativitas kepada setiap guru. Bapak Simon, ketua YPPK Sorong, dengan semangat mengatakan, "Kurikulum Merdeka ini memungkinkan kemerdekaan pada setiap guru untuk berkreasi."
Para guru Papua memodifikasi bahan ajar, Dok. Apri Damai
Untuk memberikan panduan yang lebih mendalam, Yayasan YPPK mengundang instruktur dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk mendampingi para guru dalam diskusi ini. Setiap jenjang pendidikan, mulai dari TK yang dipandu oleh Ignatia Esti Sumarah, SD oleh Apri Damai Sagita Krissandi, hingga SMP dan SMA oleh B. Widharyanto, mendapat bimbingan yang berharga.
Presentasi gagasan, Dok. Apri Damai
Meskipun agenda forum ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga 18.00 selama 5 hari berturut-turut, peserta terlihat sangat antusias. Terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di pedalaman, acara ini membawa manfaat besar.
ADVERTISEMENT
Para guru sering mengalami kesulitan dalam mencari bahan ajar dan sumber belajar yang relevan dengan konteks mereka. Forum ini memberikan inspirasi, bahwa sumber belajar bisa ditemukan di sekitar alam mereka, sehingga proses pembelajaran tetap bermakna, bahkan di daerah pedalaman.
Para guru berdiskusi dalam kelompok, Dok. Apri Damai
Semangat dan kerja keras para guru di Papua dalam menyambut kurikulum merdeka ini menjadi cerminan dari semangat mereka untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada generasi muda Papua. Dengan fokus pada konteks daerah dan penggunaan bahasa ibu, mereka berupaya agar pendidikan di Papua benar-benar relevan dan bermakna bagi anak-anak Papua yang menjadi harapan masa depan bangsa.
Diskusi kelompok, Dok. Apri Damai