Pingin Coba Langgar Norma? Siapkan Dulu Rem-nya!

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
Konten dari Pengguna
2 Januari 2023 15:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap dari kita pasti pernah berpikir untuk melanggar aturan. Setidaknya melanggar kebiasaan. Melanggar norma yang biasa berlaku di masyarakat atau sekitar kita. Tidak semua pelanggaran norma itu melanggar ketentuan agama atau aturan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Misalnya berlaku kebiasaan jika seorang adik mau menikah duluan mendahului kakaknya, harus memberikan sesuatu sebagai 'pelangkah'. Tentu kalau tidak dilakukan tidak mengapa. Tidak ada yang dilanggar. Hanya kebiasaan di masyarakat.
Beda misalkan dengan laki-laki dan perempuan yang sudah menikah namun masih menjalin hubungan dengan orang lain yang bukan pasangannya, entah dengan alasan apapun tentu tidak dibenarkan. Baik dari sisi norma agama maupun norma masyarakat.
Ada kalanya kita pengin mencoba melanggar norma yang berlaku secara umum. Misalkan saja bertaruh tebak skor suatu pertandingan bola. "Toh, hanya coba-coba", biasanya spontan menjawab jika diingatkan. Konon katanya, koruptor kelas kakap juga mulainya dengan manipulatif yang kecil dan coba-coba. Namun jadi terlanjur dan kebablasan. Nggak bisa berhenti.
ADVERTISEMENT
Kenapa enggak bisa berhenti? Seorang kawan pernah bilang ke saya belum lama ini, "Jangan coba mencoba (sesuatu yang melanggar norma atau aturan) kalau nggak bisa (tahu/cara) rem (berhentiin)-nya, Karena kita gatau kapasitas orang kayak apa...".
Ada kalanya orang mau melakukan pelanggaran 'kecil' karena iseng mencoba. Namun karena ternyata merasa perbuatannya aman, semakin lama semakin sering dilakukan dan tanpa sadar sudah menggurita dan sulit untuk berhenti. Sudah ada ketergantungan untuk melakukan pelanggaran tersebut.
Maka, diperlukan rem, alat batas ukur yang pasti kalau kita mau mencoba melanggar sesuatu. Untuk contoh taruhan di atas, harus diberikan batasan bahwa maksimal dana yang boleh dikeluarkan hanya 100 ribu, misalnya. Jadi jika pun menang taruhan dan dapat 500 ribu, maka untuk taruhan berikutnya tetap tidak boleh merogoh kocek lagi sampai melebihi 100 ribu yang dikomitmenkan di awal.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, melanggar norma dan aturan tetap saja harus dihindari. Kalaupun tergoda untuk melakukannya, harus menyiapkan rem untuk berhenti dan kembali ke jalan yang semestinya.
Wallahu a'lam.