Tak Cukup Hanya Jadi Orang Baik, Ketika Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
Konten dari Pengguna
14 Agustus 2021 7:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bumi Bermasker. Foto oleh Anna Shvets dari Pexels (diolah)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bumi Bermasker. Foto oleh Anna Shvets dari Pexels (diolah)
ADVERTISEMENT
Saya dulu sering 'protes' dan tak habis pikir ketika melihat almarhum Ayah saya diperlakukan tidak adil. Saking baiknya almarhum sering dimanfaatkan orang lain. Saya dan keluarga sering jadi kesal dengan kelakuan rekan-rekan almarhum. Contohnya ketika ada acara di suatu tempat, sebut saja di arah timur tempat tinggal kami, rekan Ayah saya minta dijemput. Wajar jika lokasinya searah, tapi ini rumah rekan almarhum di sebelah barat. Pulang dari acara pun demikian. Sesekali mungkin biasa, tapi ini hampir di setiap acara dan tidak hanya oleh 1 orang saja.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lain pernah ada kejadian tiba-tiba beliau seharian 'menghilang' keluar dari rumah dengan mengendarai mobil. Keluarga sudah coba berkali-kali menghubungi melalui telepon tapi tidak dapat tersambung, sampai akhirnya sore hari menjelang petang pulang ke rumah. Tidak ada berita dan cerita ke mana seharian ini.
Cerita ini tersimpan sampai Ayah wafat dan meninggalkan kami. Tak lama berselang, muncullah cerita dari salah seorang rekan almarhum bahwa belum lama berselang almarhum membantu mengantarkannya untuk keperluan sesuatu seharian penuh. Ayah saya tidak bercerita karena takut diprotes oleh kami keluarganya.
Orang baik tidak pernah berpikir bahwa dia akan dimanfaatkan orang lain. Juga tidak pernah berpikir bahwa orang lain bisa berbuat jahat kepadanya. Karena dari hatinya, dia yakin bahwa semua orang adalah orang baik seperti dirinya.
ADVERTISEMENT
Mencoba menjadi orang baik dan berbuat baik itulah yang coba saya tiru dari almarhum. Namun mungkin kadar perbuatan baik dan keikhlasan saya tidak bisa mencapai target kadar dan keikhlasan almarhum Ayah saya. Beda dengan almarhum Ayah yang hampir tidak pernah diusilin atau dicelakai orang, ternyata saya harus mengalami diusilin dan dicelakai orang.
Ketika awal saya kerja, seorang atasan pernah berujar, "Berbuat baiklah, semoga dengan perbuatan baik kita ke anak buah kita, mereka jadi segan untuk mengusili atau mencelakai kita." Hal ini tertanam dalam benak saya. Namun nyatanya, masih ada saja anak buah yang mencoba mencelakai saya, baik dengan sadar ataupun tidak.
Teringat kisah di zaman Nabi SAW ketika seseorang yang tiba-tiba berteriak mencari unta miliknya ketika keluar dari masjid. "Di mana untaku, di mana untaku?" Teriaknya. Kemudian salah seorang sahabat Nabi SAW bertanya, "Di mana Kamu taruh untamu ketika masuk masjid? Apakah tidak diikat?" Dia menjawab, "Saya tidak perlu mengikat unta saya. Unta saya dalam pengawasan Allah SWT."
ADVERTISEMENT
Ketika era Rasulullah SAW, era ideal kehidupan dunia, era ketika orang takut berbuat jahat, era ketika dunia sedang baik-baik saja, orang tetap harus berusaha melindungi asetnya, melindungi dirinya dari ulah jahat orang-orang, apalagi saat ini ketika dunia sedang tidak baik-baik saja. Kita harus mampu melindungi diri dan membuat proteksi diri yang cukup. Namun, bukan berarti kita harus jadi paranoid dan menganggap semua orang jahat. Masih lebih banyak orang baik di sekitar kita. Jadi tetaplah berbuat baik, meskipun dunia sedang tidak baik-baik saja.
Wallahu a'lam.