Konten dari Pengguna

Berlari dari Perut Buncit

Apriana Susaei
ASN pada Kementerian ESDM
28 Mei 2022 14:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apriana Susaei tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilutrasi berlari, foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi berlari, foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Rencana kegiatan Virtual Run ke-3 dalam rangka HUT RI Ke-77 yang disampaikan founder ASN Nation saat halalbihalal ASN Menulis tempo hari, membuat saya penasaran. Seperti dijelaskan, kegiatan ini merupakan pagelaran terbesar ASN Nation karena tahun lalu saja melibatkan 1.000 orang.
ADVERTISEMENT
Virtual run ini juga mengingatkan saya pada cerita teman-teman saya tentang perut buncit. Ingatan itu tentunya diingat sambil menatap nanar perut sendiri.
Teman saya bernama Hadi, tiga hari lalu dia memperlihatkan foto dirinya sebelum dan sesudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Perbedaan nyata terlihat pada bentuk perutnya.
“Ini sebelum kenal snack rapat,” ujarnya.
“Yang ini sesudah kenal snack rapat,” sambungnya sambil menunjuk gambar dirinya setelah menjadi PNS.
“Ha-ha-ha-ha,” tawanya riang memecah kesunyian tempat kami bekerja.
Dia mengaku, sejak dahulu dia ingin menurunkan berat badannya, namun apa daya, niat tinggal niat, godaan demi godaan ternyata lebih memikat, apalagi kalau bukan makanan yang belum tentu sehat.
Berbeda dengan Aji, teman saya yang berperawakan tinggi. Dia jarang sekali makan nasi, perutnya terlihat tidak buncit sama sekali.
ADVERTISEMENT
“Nasi mengandung banyak kalori, Bro!” ungkapnya saat itu disela-sela rapat.
Dia memang sangat telaten menjaga diri, setiap makanan dia pilah dan pilih secara rapi. Satu waktu dia tak mau makan kuning telur; pola makannya benar-benar diatur.
“Aku gak mau berat badanku naik, apalagi perutku jadi buncit” ungkapnya saat itu.
Namun dia mengaku jarang berolahraga, apalagi lari.
Perut buncit merupakan salah satu quarter life crisis bagi pria. Mereka yang sudah bekerja, kurang gerak di ruang kerja, jarang berolahraga, memiliki perut buncit tentu menyiksa.
Sebuah pariwara di layar kaca saat itu menggambarkan, demi perut yang terlihat lebih rata, beberapa orang pria harus rela menahan napas saat bertemu wanita cantik di sebuah lift. Perut buncit menentukan penampilan, apalagi kalau bukan untuk membuat wanita jadi lebih terkesan.
ADVERTISEMENT
Tak cukup dengan Lari
Semua orang tahu olahraga lari memiliki segudang manfaat. Baik secara fisik maupun mental. Semua orang juga tahu berlari adalah olahraga murah dan juga praktis.
Namun dari semua tutorial mengecilkan perut yang saya tonton di Youtube, tak ada satu pun gerakan lari, semua gerakan fokus untuk membentuk otot pada perut, seperti plank, sit up, crunch dan lain-lain.
Dari laman yang saya baca dan Youtube yang saya tonton berkali-kali, mengecilkan perut tak cukup dengan berlari. Kita juga perlu menjaga apa yang kita konsumsi.
Mengatur makanan yang masuk ke dalam perut secara kualitas maupun kuantitas itu sangat penting. Jumlah kalori yang masuk harus lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan oleh tubuh.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, sebelum berlari ketahuilah kebutuhan kalori. Setiap orang kebutuhannya berbeda-beda berdasarkan umur, berat badan, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakukan. Jika kalori yang dibutuhkan melebihi yang dibutuhkan ujung-ujungnya akan ditimbun jadi lemak salah satunya di perut.
Latihan untuk memperkuat otot yang lain dalam mengecilkan perut ternyata sangat penting, tak cukup dengan olahraga cardio seperti lari, memperkuat otot lain dapat membuat kalori terbakar secara alami bahkan ketika sedang tidur.
Kemudian, perbanyaklah makan sayur dan buah. Serat yang tinggi membuat perut terasa kenyang lebih lama, lalu hindari proses memasak makanan yang digoreng, karena kalori yang dikandung makanan tersebut bisa dua kali lebih banyak.
Kurangi juga makanan manis, makanan ini mengandung hidden kalori, jika lebih jeli menghitung kalori, banyak makanan manis yang setara sepiring nasi.
ADVERTISEMENT
Di samping itu buatlah target untuk membentuk pola makan yang sehat, misalnya dalam satu bulan, setiap minggu, lima hari diantaranya makan makanan yang sehat dan dua hari setelahnya boleh makan makanan yang kita suka, hal ini untuk membentuk kebiasaan pola makan yang sehat.
Selanjutnya minumlah air lebih banyak agar otak terstimulasi kenyang lebih lama. Selain itu, mulailah makan dengan porsi lebih kecil, makan dengan porsi kecil membantu metabolisme lebih cepat.
Mood saat berlari
Berlari mungkin mudah bagi yang sudah terbiasa, namun bagi kaum rebahan seperti saya, mulai berlari itu malasnya setengah mati. Seperti halnya kegiatan yang lain, berlari juga membutuhkan mood.
Walapun olahraga murah, namun mood booster dalam berlari juga butuh modal. Dua diantaranya adalah sepatu dan aplikasi.
ADVERTISEMENT
Selain untuk menjaga gengsi, memilih sepatu yang nyaman juga membentuk mood saat berlari, setidaknya itulah yang saya rasakan. Jenis sepatu lari menentukan kenyamanan saat berlari, kenyamanan tersebut ditentukan oleh tiga jenis mekanisme lari atau pronasi.
Pronasi adalah istilah untuk gerakan telapak kaki yang mengayuh masuk ke dalam saat berlari. Pronasi terdiri dari pronasi normal, pronasi berlebih, dan pronasi kurang. Telapak kaki pronasi berlebih (telapak kaki rata) cenderung lebih menekuk ke dalam, maka dari itu tepi bagian dalam sepatunya lebih cepat aus dan menipis.
Berkonsultasilah dengan toko sepatu, untuk menentukan sepatu lari yang sesuai dengan pronasi.
Gunakanlah aplikasi saat berlari untuk menghitung jarak dan kecepatan, hal ini memberi tantangan bagi pelari. Adanya aplikasi mendorong kita untuk melebihi batas kemampuan yang kita miliki. Aplikasi lari yang sering saya gunakan adalah Strava.
ADVERTISEMENT
Aplikasi lain yang membentuk mood saat berlari adalah aplikasi pemutar musik, lagu kesukaan yang didengar dapat men-distract otak saat kaki sudah mulai lelah untuk melangkah. Aplikasi yang sering saya gunakan adalah Spotify.
Selanjutnya bergabunglah dengan komunitas berlari. Hal ini penting untuk mendorong semangat berlari karena ada yang menemani, selain juga menambah percaya diri dan pengetahuan berlari. Namun berlari sendiripun sebenarnya tak jadi soal.
Perut buncit tak cukup diatasi dengan berlari. Perlu ketekunan dan disiplin dalam menerapkan diet dan pola hidup yang sehat.
Untuk itu, mulailah berlari walaupun kecepatannya kalah dengan mereka yang sedang berjalan dan bijaklah ketika berhenti lalu mulai jajan.