Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
KRL dan Paksaan Untuk Bergerak
10 Februari 2025 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Apriana Susaei tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Tangga di Stasiun KRL (Dokumen Pribadi)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkjjfer4fm91xqyjfx0h3a2d.jpg)
ADVERTISEMENT
Di tengah isu dorongan agar pejabat naik transportasi umum, ternyata ada hal posiitif yang bisa kita dapatkan dari naik Kereta Rel Listrik (KRL). Dari mulai tubuh menjadi bugar, otot menjadi kuat dan badan yang terus bergerak.
ADVERTISEMENT
“Pelanggan yang kami hormati, sesaat lagi kereta anda akan segera tiba di stasiun transit Manggarai…” kira-kira begitu bunyi pelantang suara di gerbong KRL yang saya tumpangi hari ini.
Bagi seorang pelaju seperti saya, yang pergi pagi pulang petang untuk bekerja di Jakarta, pengumuman ini sudah sangat sering didengar. Sampai hafal template kalimatnya.
Tiba di Stasiun Manggarai, para penumpang berhamburan keluar. Seperti laron yang keluar dari sarangnya di musim hujan untuk mencari cahaya, berkembang biak dan mencari tempat lebih hangat.
Saat kereta berhenti, tiba-tiba setiap gerbong memuntahkan muatan. Berjejal, berjubal, penuh sesak ingin keluar. Kadang kala mereka bertabrakan di celah peron yang sempit, penumpang turun versus penumpang naik, mereka yang tak sabar ingin turun, harus berebut dan bersaing dengan mereka yang takut tertinggal jadwal kereta berangkat.
ADVERTISEMENT
Situasi chaos terlihat hampir setiap pagi dan sore hari, pada jam pergi dan pulang kerja orang kantoran, sering kali nampak pemandangan setiap gerbong penuh tumpukan penumpang, penuh muatan, berjejalan, tak karuan.
Jutaan penumpang terlihat lelah menghadapi rutinitas yang menjemukan setiap hari. Seperti halnya saya.
Namun, secara tak sadar dari banyaknya perjalanan yang telah saya lalui, saya mengambil hal-hal yang positif. Menggunakan transportasi umum ternyata memaksa saya untuk lebih banyak bergerak dan melakukan exercise ringan setiap hari. Dibandingkan hanya duduk diam saat menggunakan kendaraan pribadi.
Minimal saya bisa berjalan kaki dari pintu masuk stasiun sampai gerbong kereta. Jika KRL akan berangkat, tentu saya akan berjalan lebih cepat dan lebih jauh untuk mengejar kereta. Aktivitas fisik ini, meskipun terlihat sederhana, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kebugaran tubuh.
ADVERTISEMENT
Untuk menambah porsi exercise, saya biasakan naik tangga. Nilai kalori yang berpotensi terbakar tertulis pada setiap anak tangga stasiun yang saya naiki. Naik tangga memaksa kita agar bergerak untuk membakar kalori tambahan serta menyehatkan jantung.
Selain naik tangga, berjejalan di kereta juga memaksa saya di lain waktu untuk menggerakan badan melatih fisik demi meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot (strenght training). Otot-otot ini harus lebih kuat.
Seiring bertambahnya penumpang KRL. Berjubelnya orang-orang pada jam pergi dan pulang kantor. Saya harus mulai beradaptasi.
Beradu bahu dengan orang-orang saat berjejalan saat naik dan turun kereta dan juga berdesakan di dalam gerbong kereta memaksa saya untuk memperkuat badan bagian atas (upper body training). Memaksa saya membentuk dada, memperkuat otot-otot pundak dan punggung agar semakin kuat menahan dorong-dorongan.
ADVERTISEMENT
Saat bergelantungan mencari pegangan di gerbong kereta, memaksa saya juga untuk latihan memperkuat lengan bagian atas. Latihan itu saya lakukan di gym dekat kantor hampir tiap hari setelah pulang jam kantor, sebelum naik kereta. Porsinya bertambah saat tiba di pengujung minggu.
Pun demikian, berdiri di kereta juga telah memaksa saya di lain hari untuk menggerakan dan melatih badan untuk memperkuat otot-otot kaki, lutut dan sendi-sendi serta memperbaiki postur tubuh.
Sebagai pemula, saya baru tahu jika proses penguatan otot melalui latihan beban ini terbentuk karena adanya rangsangan terhadap serat-serat otot yang mengalami kerusakan kecil pada serat otot.
Tubuh akan memulai proses perbaikan dengan meningkatkan aliran darah, melepaskan hormon pertumbuhan dan mengaktivasi sel satelit, yang membantu memperbaiki serat otot yang rusak.
ADVERTISEMENT
Meskipun sering kali perjalanan dengan KRL terasa penuh sesak dan melelahkan. Ternyata ada manfaat besar yang bisa diperoleh dari hal sederhana. Tanpa sadar, saya terpaksa bergerak, melatih diri sendiri untuk berbagai kemungkinan dan risiko aktivitas fisik saat naik KRL.
Bagi saya, latihan-latihan itu ternyata telah membuat langkah-langkah kecil menuju gaya hidup saya yang lebih sehat.
Hidup KRL.