Tradisi Wiwitan yang Masih Lestari di Tengah Era Globalisasi

Aprilia Devi NK
Mahasiswi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Konten dari Pengguna
6 Juni 2021 20:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aprilia Devi NK tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki terdiri dari banyak keberagaman mulai dari suku bangsa, bahasa, dan agama. Indonesia juga memiliki beragam budaya yang masih senantiasa dipegang teguh oleh para masyarakatnya. Mata pencaharian para masyarakat pun sangatlah beragam, salah satunya pada sektor pertanian.
Sumber: Foto pribadi.
Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani sehingga tidak heran jika Indonesia dijuluki negara agraris. Dalam hal pertanian, Indonesia juga memiliki budaya atau tradisi yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakat khususnya masyarakat pulau Jawa. Meskipun di tengah era globalisasi dan modernisasi tradisi ini tetap dipegang teguh dan senantiasa dilestarikan dengan cara menurunkan kepada anak cucunya. Salah satu tradisi tersebut adalah Wiwitan.
ADVERTISEMENT
Tradisi wiwitan adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh para petani sebagai wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas panen padi yang akan berlangsung dengan harapan panen tersebut akan menghasilkan hasil yang baik dan berkah untuk para masyarakat. Wiwitan juga sebagai bentuk terima kasih dan rasa syukur kepada Mbok Sri/Dewi Sri (Dewi Padi) yang dipercaya menjaga padi sebelum panen.
Wiwitan ini rutin dilakukan sebelum panen berlangsung atau disaat padi sudah mulai menua dan menguning. Disebut wiwitan karena berasal dari kata “Wiwit” yang artinya mulai jadi wiwitan adalah tradisi yang dilakukan sebelum memulai panen sebagai wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa dan Dewi Sri.
Tradisi ini biasanya banyak di temui di Pulau Jawa dan ada berbagai versi tradisi dari wiwitan ini. Bisa dikatakan bahwa tradisi di satu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat yang dimiliki oleh masing-masing daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai tradisi wiwitan yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Wangon, Serut, Gedangsari, Gunung Kidul, khususnya tradisi yang dilakukan oleh Simbah Saya (Rubini, 70th). Di Dusun Wangon Wiwitan biasanya hanya dilakukan bersama para sanak saudara yang berkumpul.
Tradisi Wiwitan di Dusun Wangon ini biasanya dilakukan di sawah yang akan dipanen. Pelaksaan tradisi ini dilakukan dengan membawa uborampe (perlengkapan) ke sawah.
“Uborampe ya ada nasi, ingkung, tukon pasar (jajanan pasar), jadah ketan, ungkusan (kue-kue yang dibungkus dengan daun), karak, sambel pecel, gereh petek, daun turi sama daun dadap," ujar Mbah Rubini.
Uborampe ini kemudian dimasukkan ke dalam tenggok/wadah. Sesampainya di sawah, tenggok lalu dibawa ke tengah-tengah sawah lalu uborampe tersebut di doa kan oleh seseorang yang dianggap cakap dan mumpuni. Setelah selesai di doani uborampe yang ada dalam tenggok kemudian di keluarkan kemudian wiwit dimulai dengan melempar beberapa makanan uborampe tadi ke sawah dengan tujuan memberi jatah bagian kepada dewi sri.
ADVERTISEMENT
Kemudian uborampe tadi dibagi sama rata dengan beralaskan daun pisang.
Sumber: Foto pribadi.
Setelah selesai dibagi-bagi, makanan berbungkus daun pisang tersebut kemudian dibawa ke sudut-sudut sawah yang disebut dengan Mojoki. Mojoki ini dilakukan dengan meninggalkan atau menaruh daun turi serta daun dadap boleh juga makanan atau buah-buahan disetiap sudut/pojokan sawah yang ditujukan untuk Mbok Sri/Dewi Sri.
“Biasanya yang mojoki itu cucu-cucu sambil menaruh daun dadap dan daun turi di pojokan sawah.” Jelas Mbah Rubini.
Setelah selesai mojoki, nasi tersebut bisa dimakan bersama-sama sanak saudara.
Bagi masyarakat Dusun Wangon ini, tradisi wiwitan yang dilaksanakan bersama sanak saudara ini dimaksudkan untuk menjalin kebersamaan antara anggota keluarga dan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan tradisi ini kepada anak cucu, sehingga tradisi wiwitan ini akan tetap lestari di tengah era globalisasi.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih seperti itulah Tradisi Wiwitan yang rutin dilaksanakan oleh para petani di daerah tempat tinggal saya. Mungkin di berbagai daerah lain terdapat berbagai macam versi dari tradisi wiwitan ini. Dengan tetap dilestarikannya tradisi wiwitan ini harapannya budaya-budaya yang ada di Indonesia tidak hilang tergerus kemajuan zaman melainkan akan tetap lestari hingga generasi yang akan datang.