Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Bukti-Bukti Tertua Negara di Asia Tenggara Yang Mengenal Indianisasi
11 Juni 2024 6:47 WIB
·
waktu baca 11 menitTulisan dari Aprilia Veni Meriyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Istilah "indianisasi" merujuk pada proses penyebaran atau pengaruh kebudayaan India ke wilayah lain di luar India, seperti Asia Tenggara. Proses ini meliputi penyebaran agama, filosofi, seni, arsitektur, teknologi, dan aspek kebudayaan lainnya dari India ke wilayah-wilayah tersebut. Indianisasi sering kali terjadi melalui interaksi perdagangan, migrasi, dan penyebaran ide-ide keagamaan dan filsafat. Dalam konteks Asia Tenggara, indianisasi mencakup pengaruh Hinduisme dan Buddhisme dari India yang mempengaruhi agama, seni, arsitektur, dan kehidupan sehari-hari di wilayah yang terkena persebaran indianisasi. Dalam pandangan D.G. Hall, ia menyatakan bahwa proses Indianisasi di Asia Tenggara tidak melibatkan penjajahan fisik oleh orang India, tetapi merupakan asimilasi kebudayaan dan agama Hindu ke dalam masyarakat setempat. Proses ini berlangsung secara alami, di mana nilai-nilai dan praktik keagamaan Hindu diserap ke dalam kehidupan masyarakat setempat yang telah berkembang menjadi sebuah bentuk peradaban yang baru.
ADVERTISEMENT
1. Burma atau Myanmar
a) Agama
Bukti awal pengaruh India pertama kali ditemukan di wilayah Myanmar, yang tercatat dalam legenda terdapat kedatangan dua biksu Buddha bernama Sona dan Uttara pada abad ke-3 SM. Kedua biksu ini dikatakan tiba di Suvarnabhumi ("Tanah Emas"), yang mungkin merujuk kepada wilayah Myanmar, atas perintah raja Asoka Maurya yang memperluas perlindungan terhadap agama Buddha. Institusi kerajaan pertama dengan pengaruh India muncul di daratan Asia Tenggara, yang dilaporkan oleh sumber-sumber Cina dengan nama Fu-nan. Kerajaan ini didirikan pada sekitar abad pertama Masehi oleh seorang brahmana pendatang yang bernama Kaundinya.
Peninggalan arkeologis tertua di wilayah Asia Tenggara tidak dapat ditelusuri lebih tua dari zaman Ptolemaeus pada abad ke-2 Masehi. Kemungkinan besar, kebudayaan India mulai menyebar ke wilayah ini sekitar abad ke-2 hingga ke-3 Masehi. Dampak dari penyebaran ini baru mulai meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada abad ke-4 hingga ke-5 Masehi.Peran penting Myanmar dalam sejarah penyebaran agama Buddha terbentuk dari kedekatannya dengan India, tempat asal munculnya agama tersebut, serta peran yang dimainkannya dalam perkembangan sejarah agama Buddha di masa lampau. Ini menegaskan bahwa Myanmar memiliki posisi yang krusial dalam perjalanan sejarah penyebaran agama Buddha.
ADVERTISEMENT
b) Budaya atau Tradisi
Tradisi lokal di Myanmar menunjukkan bahwa imigran India berperan penting dalam pembentukan otoritas politik di negara tersebut. Ini jelas terlihat dalam pengaruh Indianisasi yang telah meresap ke dalam budaya Myanmar, termasuk dalam agama, seni, arsitektur, dan tradisi lainnya. Perkembangan agama Buddha yang pesat di Myanmar sejak abad ke-1 Masehi menjadi bukti yang kuat akan pengaruh India, mengingat agama tersebut berasal dari sana. Selain itu, adopsi tradisi tarian dan musik Burma dari gaya India dan negara-negara lain di Asia Tenggara yang berhubungan dengan India juga menunjukkan pengaruh yang signifikan. Seni ukiran kayu, pernis, emas, perak, serta patung Buddha dan tokoh mitologis lainnya juga mencerminkan pengaruh kuat dari budaya India. Penggalian arkeologi di Visnupura telah mengungkapkan monumen Buddha dengan dasar persegi dan bangunan atas berbentuk gendang yang berasal dari abad kedua Masehi. Selain itu, terdapat bukti adanya Buddhisme Mahayana dalam seni Pyu, termasuk gambar Bodhisattva dan Buddha Dipankara. Catatan dari pelancong Tiongkok Xuan Zang juga menyatakan bahwa Sriksetra merupakan kerajaan Buddha. Menurut tradisi di kerajaan Mon, agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad kelima Masehi. Pengaruh agama Buddha Mahayana yang dipraktikkan di negara bagian modern Benggala dan Odisha juga mempengaruhi penyebaran agama Buddha tantra di Myanmar.
ADVERTISEMENT
c) Politik
Konsep cosmo-magic memiliki pengaruh besar dalam sistem kerajaan dan politik Burma. Heine-Geldern menjelaskan bahwa menurut tradisi tersebut, seorang raja Burma seharusnya memiliki empat ratu utama dan empat ratu tingkat kedua atau lebih rendah. Ratu- ratu ini dikenal sebagai "Northern Queen of the Palace," "Queen of the West," "Queen of the Southern Apartment," dan sebagainya, yang masing-masing mewakili empat titik kardinal dan arah pengantara: selatan, timur, barat, dan utara. Terdapat empat ketua menteri yang memerintah sebuah ibu negeri yang merupakan satu per suku daripada empayar. Mereka ini disepadankan dengan dewa penjaga kepada empat titik kardinal iaitu Great Kings atau Lokapalas dalam sistem Buddhist. Tugas Lokapalas ini diwakilkan kepada empat pegawai yang istimewa untuk menjaga setiap sudut istana dan ibu negara dan mereka mempunyai bendera yang berwarna yang dikaitkan dengan kesepadanan dengan sudut-sudut Gunung Meru. Kosmologikal ini diterapkan juga dalam hierarki kerajaan yang resmi yaitu pegawai yang memegang jawatan antaranya empat setiap usaha bawah negara, delapan pembantu setiausaha, empat bentara, empat penyampai diraja dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
2. THAILAND
a) Agama
Kontak antara India dan Thailand diyakini terjadi pada abad keenam SM ketika pedagang India menggunakan jalur laut untuk mencapai Thailand. Saat agama Buddha diperkenalkan di Thailand, tradisi keagamaan yang telah ada sebelumnya mengalami proses asimilasi yang mengarah pada bentuk agama Buddha yang unik, berbeda baik dari segi bentuk maupun isi dengan agama Buddha di India. Di antara aspek yang diadopsi adalah kepercayaan animisme dengan pemujaan leluhur, yang masih bertahan dalam masyarakat Thailand sampai saat ini. Kombinasi antara kepercayaan asli seperti phi dengan dewa-dewa (thewada) dari kosmologi Hindu-Buddha menandakan dimulainya proses penggabungan antara tradisi agama yang berbeda. Selain praktik animisme, agama Buddha di Thailand juga mencakup pola budaya Hindu lainnya yang telah diperkenalkan. Sebagai hasilnya, terbentuklah tradisi unik di Thailand yang menggabungkan unsur-unsur dari animisme, Hinduisme, dan Buddha. Masyarakat Thailand telah mengambil unsur-unsur India ke dalam pola budayanya dengan kemampuan yang luar biasa, sambil tetap mempertahankan ciri khas budaya mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
b) Budaya atau Tradisi
Pada masa pemerintahan Kaisar Asoka, para biksu Buddha datang ke Thailand untuk menyebarkan ajaran mereka. Sebagai peringatan peristiwa tersebut, sebuah stupa berkubah besar dibangun, yang dikenal sebagai Pathom Chedi (Prathama Chaitya dalam bahasa Sansekerta), dan terletak dekat dengan bandara Bangkok saat ini. Interaksi antara tradisi India dan Buddhisme Thailand dapat dibagi menjadi dua kategori utama: satu berfokus pada lingkungan kerajaan, sedangkan yang lainnya berpusat pada sistem sosial, adat istiadat, dan seni Thailand secara lebih luas. Dalam proses pembentukan negara Thailand, konsep kerajaan India dan ritual brahmana memiliki peran penting. Legitimasi kerajaan Thailand disahkan melalui penggunaan formula konsekrasi dan proklamasi kerajaan dalam bahasa pendeta Brahmana. Upacara-upacara yang terkait dengan keluarga kerajaan di Thailand sangat dipengaruhi oleh tradisi brahmana, dengan mengikuti ritual-ritual yang diatur dalam teks Hindu. Dalam berbagai festival yang terkait dengan kerajaan, seperti inisiasi, upacara penusukan putra mahkota (Culakanthamangala), dan upacara membajak (Piti Raek Na Khwan), peran penting diberikan kepada para Brahmana, yang memainkan peran tertentu sesuai dengan tugas mereka yang telah ditetapkan.
ADVERTISEMENT
c) Arsitektur atau Seni
Seni dan arsitektur Thailand memiliki gaya yang khas yang berkembang dari pengaruh India, tetapi juga mencerminkan sentuhan lokal Thailand dalam pemilihan pola dan detail. Salah satu ciri khas seni Buddha di kerajaan Dvaravati Mon adalah representasi Buddha turun dari surga bersama dengan Indra dan Brahma. Di daerah Si Thep (Sri Deva), sebuah candi Visnu berdiri, menunjukkan pengaruh Hindu yang kuat. Prasasti Sri Suryavamsa Rama tahun 1361 M juga menyebutkan gambar Siwa, Visnu, dan Buddha. Beberapa kuil di Thailand, seperti Wat Pra Pai Luang dan Sisawai di Sukhotai, dibangun dengan tujuan untuk pemujaan Brahmana, dengan patung Dewa dan Dewi Hindu menghiasi kuil-kuil tersebut. Ikona Hanuman, Ganesa, Parvati, Indra, dan Brahma juga sering ditemui di kuil-kuil Thailand. Penggunaan gambar Ganesha dalam bangunan baru dan popularitas pemujaan Brahma di Erawan di Bangkok menunjukkan hubungan yang kuat antara tradisi Hindu dan Buddha di Thailand.
ADVERTISEMENT
3. Vietnam
Asal usul agama Buddha di Vietnam dapat ditelusuri kembali hingga abad ketiga SM. Setelah Konsili Buddhis ketiga diadakan di Pataliputra di bawah perlindungan Kaisar Asoka, sembilan kelompok penginjil Buddha dikirim dari India. Salah satu dari kelompok ini tiba di Gia Chau (provinsi Bac Ninh) di Vietnam Utara. Salah satu fitur penting dari agama Buddha di Vietnam adalah ketidakhadiran upaya untuk menggabungkan dewa-dewa Hindu. Patung Buddha dalam gaya Amaravati, yang berasal dari awal Masehi, telah ditemukan di dekat Danang di pusat Vietnam. Prasasti di wilayah yang sama mencatat pemasangan patung Buddha pada tahun 875 M dan pembangunan kuil dan biara Buddha. Patung-patung dvarapala (penjaga) tersebar di sekitar biara. Di Vietnam, seperti di negara-negara Asia Tenggara lainnya, agama Buddha menyebar sebagai hasil dari interaksi antara budaya lokal dan impor .
ADVERTISEMENT
Wilayah Indo-Cina, yang mencakup Vietnam kontemporer, Kamboja, dan Laos, sebagian besar merupakan bekas wilayah kekuasaan Prancis yang terdiri dari Cochin-China, Annam, Tonkin, Kamboja, dan Laos. Di sini, kerajaan-kerajaan India yang kuat seperti Campa, Funan, Chenla, Angkor, dan Lan Xang mengalami pertumbuhan yang pesat. Penduduk Campa, yang dikenal sebagai Chams dari segi etno-linguistik, menempati pantai timur Vietnam tengah dan selatan. Mereka sangat dipengaruhi oleh budaya Buddha-Hindu India karena hubungan perdagangan antara Vietnam dan India. Pedagang India melakukan perjalanan melintasi Teluk Siam untuk mencapai pelabuhan Oc Eo di Vietnam Selatan, dekat perbatasan Kamboja. Oc Eo menjadi kota pelabuhan yang penting untuk perdagangan dari abad kedua hingga keenam Masehi. Penggalian di Oc Eo telah mengungkapkan berbagai artefak, termasuk manik-manik, segel dengan prasasti Sansekerta, medali emas, dan patung-langka.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan hubungan bisnis, muncul pula hubungan budaya yang substansial antara masyarakat Vietnam dan India, seperti yang terlihat dalam seni, arsitektur, sastra, dan kehidupan sosial. Agama Hindu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap institusi sosial, budaya, dan keagamaan di pusat-pusat politik seperti Vijaya (Binh-dinh), Kauthara (Nha-trang), dan Panduranga. Tritunggal Hindu terkenal di Campa, namun Siwa sangat dihormati. Raja Cham yang berbeda memberikan beberapa anugerah kepada Siwa, yang istrinya, Sakti, juga dipuja, seperti yang ditunjukkan oleh gambar kuil di Pro-Nagar. Ikon dewa dan dewi lain juga telah ditemukan di sekitar Campa. Prasasti Sansekerta menunjukkan kemampuan retorika yang sangat baik, menunjukkan bahwa bahasa India berasal dari luar India. Meskipun masyarakat Cham masih bersifat matriarkal, tradisi Hindu memengaruhi aktivitas budaya lain seperti kremasi dan penyebaran abu di air.
ADVERTISEMENT
7. Kamboja
Selama sejarah Khmer pra-Angkorea, terdapat dua kerajaan berturut-turut: Funan dari abad kedua hingga keenam dan Chenla dari abad keenam hingga kesembilan. Funan dibangun oleh Kaundinya, seorang Brahmana India yang menikah dengan seorang penguasa perempuan setempat. Munculnya pengaruh budaya India menguntungkan para raja, yang memanfaatkannya untuk memperkuat dominasi politik mereka. Proses kontak budaya ini tidak hanya berdampak pada kelompok elit, namun juga masyarakat awam dalam kehidupan sosial keagamaannya. Jayavarman II menjadi raja Chenla (Kambuja), sebuah wilayah baru tanpa bawahan. Kerajaan Angkor didirikan pada tahun 802 M, dan pemujaan terhadap Devaraja (Raja para Dewa), sebuah gagasan India, diadopsi. Suryavarman II (1113-45 M) memperluas kekuasaannya hingga ke Semenanjung Malaya dan wilayah Cham bagian utara. Dia membangun kuil Angkor Wat yang ikonik. Angkor memiliki tiga dewa utama: Siwa, Wisnu, dan Buddha. Brahmana mempunyai peranan penting dalam kehidupan beragama di Kamboja karena pengaruh pendeta kepala terhadap keluarga kerajaan. Status Brahmana ini diturunkan dari paman ke keponakan dari pihak ibu, yang menunjukkan struktur sosial adat matrilineal. Bangsa Khmer unggul dalam seni dan arsitektur, menciptakan kubah batu, hiasan, massa piramidal, batu ambang pintu yang sangat indah, patung-patung berukir, dan relief yang menggambarkan episode-episode dari mitologi India. Kebudayaan Kamboja sepanjang era Funan, Chen-la, dan Angkor mengalami pengaruh India yang besar, yang kemudian dimodifikasi oleh para penerimanya di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
8. Laos
Tradisi Hindu dan Buddha tiba di Laos pada awal abad Masehi, yang dipengaruhi oleh budaya Tiongkok, Khmer, dan Thailand. Menurut sejarah lokal, sebuah kuil Buddha didirikan di Laos selama pemerintahan Asoka. Pangeran Laos, Fa Ngum (1353–1373), mendirikan negara kesatuan pertama, Lan Xang ("negeri sejuta gajah"), pada tahun 1353 dan membantu mengubah Laos menjadi negara Buddha Theravada. Di samping agama Buddha, kehidupan keagamaan di Laos juga ditandai oleh kepercayaan pada roh pengembara dan jiwa orang mati (phi). Penggunaan berulang frasa 'Om' menunjukkan pengaruh besar budaya India.
Budaya asli Laos menyatu dengan agama Buddha, sementara penggunaan bahasa Sansekerta dan Pali memberikan kontribusi yang signifikan terhadap aksara, bahasa, dan sastra Laos. Sebagian besar prasasti di Laos menggunakan bahasa Sansekerta. Ramayana sangat terkenal di Laos, dengan kisah Rama, atau Phra Lak Phra Lam, yang mengandung pesan kemanusiaan dan prinsip-prinsip sosial, menjadi kaya akan budaya masyarakat Laos. Pancatantra, sebuah cerita India, juga menjadi dasar bagi banyak cerita rakyat Laos.
ADVERTISEMENT
9. Indonesia
Indianisasi di Indonesia tercermin melalui perkembangan agama Hindu dan Buddha, seni ukiran, patung, relief, serta arsitektur candi. Pengaruh budaya India juga tampak pada bahasa dan sistem tulisan, dengan penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Pada pertengahan abad ke-8 Masehi, aksara Pallawa berakulturasi dengan budaya Jawa, menghasilkan aksara Jawa Kuna atau Kawi, yang memperkaya kesusastraan Indonesia serta membawa pengaruh dalam sistem pemerintahan, kehidupan politik, dan ekonomi maritim.
Referensi :
Patit Paban Mishra, “India’s Historical Impact on Southeast Asia,” Education at Asia 26, no. 1 (2021): 1–7.
Madiyono Madiyono and Hajjah Sri Rahayu Nurjanah binti Haji Dollah, “Fenomena Munculnya Militan Buddhis Di Myanmar Dan Sri Lanka,” Jurnal Iman Dan Spiritualitas 3, no. 1 (2023): 159–74, https://doi.org/10.15575/jis.v3i1.24386.
ADVERTISEMENT
Shahida,S. Pengaruh India Dalam Masyarakat Tanah Besar,Seperti yang terdapat di Burma,Thailand. https://www.academia.edu/35605782/Pengaruh_India_dalam_masyarakat_Tanah_Besar_seperti_yang_terdapat_di_Burma_Thailand_dan_Kemboja [Dikutip 29 Maret 2023]
Anisa,WL. 2013.Budaya Masyarakat Asia Tenggara https://www.academia.edu/14525772/Budaya_Masyarakat_Asia_Tenggara_Thailand_ [Dikutip 29 Maret 2023]