Konten dari Pengguna

Paradigma Qurani dalam Perkembangan IPTEK

Aprillia Dwi Lestari
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Brawijaya Tahun 2021
18 September 2021 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aprillia Dwi Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto yang diambil oleh Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Foto yang diambil oleh Penulis.
ADVERTISEMENT
Paradigma Relasi Agama dan IPTEK, Paradigma Al-Quran dalam Memahami IPTEK
ADVERTISEMENT
Halo, teman-teman! Sebenarnya agama islam itu ajaran yang bagaimana, sih? Jadi, islam adalah agama yang ajarannya mengandung syariat dari Allah swt., yang diberi kepada seluruh umat manusia agar umat manusia mau dan senantiasa dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Yang mana dalam menjalankan syariat-Nya, membutuhkan pengalaman, pengembangan, dan pendidikan agar kita sebagai umat manusia mampu meraih amahah tersebut. Seperti ayat yang dijelaskan dalam Q.S. al-Ahzab ayat 72 yang memiliki arti: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu dzalim dan sangat bodoh." (al-Ahzab: 72).
Lalu, bagaimana dengan kitab suci Al-Quran? Al-Quran dikenal sebagai hudan li al-nas (Q.S. al-Baqarah: 185) yaitu kitab suci yang diturunkan dengan maksud agar kita umat manusia bisa bebas dari kegelapan dan dapat menuju ke arah yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan terang benderang seperti saat ini, ya. Nah, Al-Quran diturunkan pula untuk memberi kebenaran dan mejadi penyempurna bagi kitab-kitab terdahulu, seperti apa contoh kitab-kitabnya? Yaitu seperti kitab zabur.
ADVERTISEMENT
Paradigma Relasi Agama dan IPTEK
Agama islam disebut matalili’alamin, apa ya teman-teman artinya? Ini memiliki arti yaitu agama yang membawa rasa kedamaian dan keselamatan untuk kita salah satunya sebagai makhluk Allah swt. di dunia ini. Agama islam juga disebut sebagai agama samawi. Kenapa? Karena, Allah swt. menurunkan agama islam sebagai agama terakhir dengan pasangannya yaitu kitab suci Al-Quran. Agama islam sendiri bersumber dari tiga ajaran islam, lho. Ketiga sumber itu adalah, kitab suci Al-Quran sebagai sumber pokoknya, hadis sebagai sumber kedua yang asalnya dari Nabi Muhammad saw., dan yang terakhir itjihad sebagai sumber yang berasal dari hasil pemikiran para sahabat nabi dan juga para pemikir cerdas islam lainnya.
Teman-teman tahu tidak? Berdasarkan tinjauan teori yang menjadi dasar hubungan antara agama dan IPTEK, dapat dibedakan menjadi tiga paradigma lho! Mari kita bahas sama-sama berikut ini.
ADVERTISEMENT
1. Paradigma Sekuler
Paradigma sekuler menganggap agama dan IPTEK adalah hal yang terpisah dan tidak ada hubungannnya. Paradigma ini menganggap baik agama dan ipteks tidak dapat ikut campur dalam mengurusi urusan antar satu sama lain. Agama dan IPTEK benar-benar tidak ada kaitannya secara ilmu ontologi (pengertian atau hakikat sesuatu), ilmu epistemologi (dasar-dasar ilmu filsafat dan batas-batas pengetahuan), dan ilmu aksiologi (kegunaan ilmu pengetahuan).
2. Paradigma Sosialis
Paradigma sosialis berasal dari konsep sosialisme yang menolak keberadaan agama sama sekali. Dalam paradigma ini, dianggap bahwa agama itu tidak ada dan tidak memiliki hubungan serta kaitannya dengan IPTEK. IPTEK dapat berdiri sendiri secara mandiri dan lepas dari kaitannya dengan agama. Paradigma sosialis didasarakan atas ide paham materialisme dialektis. Paham ini menanggap adanya seluruh proses perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui proses dialektika, yaitu ajaran yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta merupakan hasil dari pertentangan anatar dua hal dan telah mengandung benih perkembangan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
3. Paradigma Islam
Paradigma ini menganggap bahwa agama merupakan dasar atau pondasi dan pengatur dalam kehidupan. Akidah islam menjadi dasar dari seluruh ilmu pengetahuan. Paradigma ini memberi perintah kepada umat manusia untuk menciptakan segala pemikirannya berdasarkan ajaran akidah islam, buka melepaskan dari ajaran akidah tersebut. Paradigma islam telah mencipatakan umat-umat muslim yang taat serta cerdas dalam bidang IPTEK. Hasil ini didapatkan pada masa kejayaan ipteks dunia islam pada antara tahun 700-1400 M.
IPTEK dan Pengintegrasiannya dengan Nilai dan Ajaran Islam
Teman-teman pasti pernah mendengar istilah kata sains, kan? Ternyata ada kaitannya lho dengan agama islam. Agama dan sains jika dipelajari dan dipahami secara benar, maka kita akan menemukan suatu kebenaran yang sesungguhnya dari ilahi. Hakikat kita sebagai seorang umat muslim dalam mempelajari sains menjadi upaya kita untuk mengenal Allah swt. sebagai sang pencipta. Jika semakin tajam dan luas wawasan kita tentang sains, maka kita akan semakin yakin dan dekat dengan pencipta kita, tetapi tidak lupa pula dibarengi dengan keimanan, ya!
ADVERTISEMENT
Paradigma IPTEK Tidak Bebas Nilai dan Bebas Nilai
Nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama islam merupakan penyesuaian antara ayat-ayat qouliyah (firman Allah swt. yang kita dijumpai dalam kitab suci Al-Quran) dengan ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah swt.) yang saling mengisi dan menyempurnakan dalam upaya mengungkapkan kebesaran Allah swt. sebagai sang pencipta. Dengan begitu, islam memberi kebebasan kepada kita sebagai umat muslim dalam bertindak untuk dapat mengembangkan ipteks dengan ketentuan harus sama dan tidak menentang pada norma dan nilai wahyu.
Paradigma Al-Quran dalam Memahami IPTEK
Setelah membahas bagaimana paradigma relasi agama dan IPTEK, selanjutnya yuk mari kita bahas mengenai paradigma Al-Quran dalam memahami IPTEK! Paradigma Al-Quran merupakan sebuah susunan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma Al-Quran dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai mode of thought, mode of inquiry, yang akan menghasilakan mode of knowing.
ADVERTISEMENT
Al-Quran menduduki tempat sebagai wahyu Allah swt. sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. yang tidak bisa disamakan oleh umat manusia (QS. Yunus/10: 38). Seperti yang sudah kita ketahui tadi, Al-Quran menjadi pedoman hidup bagi setiap umat muslim dalam menegakkan keadilan (QS. Al-Ma’idah/5: 49) dan menyempurnakan kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelumnya sehingga memiliki nilai yang abadi.
a. Al-Quran menjadi wahyu Allah swt. yang dijamin keasliannya
Di dalam Al-Qur’an disampaikan oleh Allah swt. maksud dan tujuan-Nya tentang adanya alam semesta ini, yang terdapat manusia dan makhluk lainnya. Seluruh kitab-kitab Allah swt. yang terdahulu sudah tidak asli lagi kebenarannya, kecuali Al-Quran. Berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh umat yang memiliki kitab tersebut menyebabkannya sudah tidak asli lagi. Jadi, hal ini yang membedakan dengan Al-Quran yang mana Allah swt. sendiri yang menjamin kebenarannya.
ADVERTISEMENT
b. Al-Quran menjadi mukjizat Rasulullah saw.
Nabi Muhammad saw. dikarunai mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah swt. berupa Al-Quran. Al-Quran memiliki keistimewaan dapat mudah dipahami, indah didengar, jika kita membacanya tidak membuat bosan, dan dapat dihafalkan oleh banyak umat manusia di dunia ini. Yang paling istimewa adalah tidak mungkin ada seorang pun yang dapat membuat suatu ayat atau karangan yang nilainya sama dengan kandungan isi Al-Quran (QS. Al-Isra/17: 88). Berarti, Al-Quran ini sangat istimewa bukan?
c. Al-Quran menjadi pedoman hidup umat manusia
Al-Quran dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi kita sebagai umat manusia yang dapat membantu menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat hingga akhir zaman. Apa yang diperlukan dalam kehidupan kita semuanya terdapat di dalam Al-Quran, seperti akidah atau keimanan, ibadah, akhlak muamalah, syariah, tarikh (kisah-kisah), tazkirah (peringatan), dan dasar serta pengembangan ilmu pengetahuan. Allah Swt. telah menjamin kebenaran dan kemurnian ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran, sehingga kita tidak perlu meragukan lagi kandungan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Fakta IPTEK dalam Al-Quran
Al-Quran menjadi satu-satunya kitab suci sekaligus mukjizat yang tidak akan lekang ditelan oleh zaman. Al-Quran memilki sifat sebagai kitab suci yang menggambarkan penegasan yang berulang mengenai kekuasaan Allah swt. dan kitab suci Al-Quran menunjuk kepada suatu keberagaman gejala alam (Maurice Bucaille: 1998, 195).
Al-Quran berisi tentang fakta-fakta yang berdasar pada ilmu pengetahuan yang selaras dengan penemuan manusia, di antaranya, bahwa seluruh kehidupan kita ini berasal dari air, alam semesta terbentuk atas gumpalan gas (jika di dalam Al-Quran dikatakan ad-Dukhan), ukuran matahari dan bulan adalah sama dan berdasarkan perhitungan yang sesuai, dan oksigen yang terkandung di udara akan berkurang apabila berada di tempat yang tinggi. Dengan terdapatnya beberapa fakta ilmiah tersebut, sudah jelas ya bahwa Al-Quran itu berisi petunjuk kepada kita umat manusia mengenai berbagai hal. Demi didapatkan petunjuk tersebut secara detail, kita harus berusaha dalam memecahkan berbagai permasalahan keilmuan dalam kehidupan dan atas berlandaskan ajaran dalam Al-Quran.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Nah, setelah memahami bagaimana paradigma relasi agama dan IPTEK serta paradigma Al-Quran dalam memahami IPTEK, kesimpulan apa yang bisa kita dapatkan?
Wujud dari pengaktualisasian kitab suci Al-Quran sebagai paradigma kehidupan kita ditandai dengan kemajuan dan kesejahteraan yang telah diraih pada masa keemasan Islam. Kemajuan tersebut akan bisa diraih kembali dan dapat menjadi milik umat muslim apabila kita tetap menjadikan Al-Quran sebagai paradigma sehingga akhirnya menjadi petunjuk dalam berbagai aspek kehidupan kita sekaligus sebagai paradigma dalam memecahkan permasalahan kehidupan.
Di tengah keadaan modern yang sangat menegaskan instrumentalisasi akal budi untuk memenuhi kesejahteraan saat ini, pendidikan agama tidak akan cukup jika hanya dengan memberikan pengertian terhadap ajaran serta hal-hal ritual yang tidak ada hubungannya dengan berbagai macam persoalan hidup yang nyata. Pendidikan agama dapat menjadi wadah untuk menjadikan karakter kita sebagai kaum muda yang dapat ditandai dengan paham terhadap nilai-nilai kemanusiaan, menerima terhadap kondisi sosial, dan aksi nyata dalam menjawab persoalan hidup bersama. Upaya dalam mengembangkan IPTEK perlu penempatan dalam garis besar tanggung jawab dalam menjaga harkat kemanusiaan umat muslim dan mengembangkan derajat hidup bersama. Yang mana pokok dari setiap agama adalah menyampaikan pesan keselamatan kepada umat manusia, pendidikan agama yang menitikberatkan pada pengembangan kesadaran, sikap serta perilaku yang menunjang budaya kehidupan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Halimah, I., Rahman, A., Dimyathi, S. and Ridwan, H., 2018. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta: Penerbit Erlangga, pp.109-112.
Huda, S., Mu'amar, M., Amin, R., Mas'udi, M., Hidayat, M. and Mujib, A., 2020. Modul Kuliah Pendidikan Agama Islam. 1st ed. Surabaya: PPAIK (Pusat Pengkajian Al-Islam KeMuhammadiyahan) Universitas Muhammadiyah Surabaya, pp.263-281.
Khomaeny, E., 2019. Islam dan Ipteks: (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III). Edu Publisher, pp.67-74.
Luth , T., Chanifah, N., Rahman, K., Rozikin, M. R., Rohmah, S., Fathoni, K., . . . Budiharjo, A. (2020). Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Edisi Revisi. Kota Malang, Jawa Timur: CV Oase Publishing.
Mudlofir, A., 2019. Tafsir Tarbawi sebagai Paradigma Qur'ani dalam Reformulasi Pendidikan Islam. Al-Tahrir Jurnal Pemikiran Islam, [online] 11(2), pp.262-279. Available at: <https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/view/35/37> [Accessed 11 September 2021].
ADVERTISEMENT
Sumarni, T., 2017. Scientific Learning: Konsep Iptek dan Keterpaduannya dalam Al-Qur’an. Akademika Jurnal Keagamaan dan Pendidikan, [online] 13(1), pp.86-95. Available at: <http://www.ejournal.kampusmelayu.ac.id/index.php/akademika/article/view/23> [Accessed 11 September 2021].
Suryanti, S., 2010. Agama dan Iptek: Refleksi dan Tantangannya dalam Mengembangkan Moralitas Kaum Muda. Jurnal Orientasi Baru, [online] 19(02), pp.155-170. Available at: <https://e-journal.usd.ac.id/index.php/job/article/view/1378/1120> [Accessed 11 September 2021].
Taufik, T., Shobron, S. and Jinan, M., 2016. Islam dan Ipteks. 1st ed. Surakarta: Lembaga Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta, pp.46-50.