Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Untukmu yang Pernah Terlalu Bodoh dan Nyaris Gila
19 Maret 2018 20:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Aprillia Ramadhina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terima kasih pernah menjadi orang yang buta akan cinta. Kau mengajarkanku untuk lebih menggunakan logika dan tak melulu mendewakan perasaan. Aku belajar menyeimbangkan akal sehat dan hati saat berurusan dengan hal paling absurd bernama cinta. Membuat keduanya selaras adalah hal yang membantuku untuk hidup lebih utuh di masa sekarang.
ADVERTISEMENT
Dulu, kau biarkan orang-orang menyakitimu secara barbar. Kau relakan hatimu terkoyak-koyak hingga penuh luka di sana-sini. Kau tak peduli, berapa banyak yang datang dan pergi sesuka hati. Hatimu patah berkali-kali. Hubunganmu banyak yang gagal di tengah jalan. Kisahmu sering berakhir dengan duka mendalam di mana hanya waktu yang dapat menyembuhkannya.
Terima kasih pernah menjadi orang yang berharap terlalu tinggi pada orang lain. Kini aku jadi belajar untuk tak menggantungkan ekspektasi selain pada diri sendiri. Tak akan ada kekecewaan tanpa harapan. Tapi, tak ada juga semangat dan keceriaan tanpa adanya harapan. Yang perlu diperhatikan memang hanya mengendalikannya. Dan menaruhnya di tempat yang tepat, dalam kadar yang sesuai.
Terima kasih pernah menjadi orang yang impulsif, nekat, berani dan tak sabaran. Kau membuatku punya banyak kenangan akan serunya bertualang. Kau membuatku menghabiskan masa mudaku dengan sedikit penyesalan. Darimu, kini aku belajar untuk lebih mengontrol hasrat dan keinginan. Meredam ambisi agar tak menghanguskan diri. Merencanakan tujuan, memikirkan konsekuensi sebelum melangkah pergi dan berlari.
ADVERTISEMENT
Terima kasih pernah menjadi orang yang mengabaikan waktu yang terus berjalan. Kini aku jadi tahu, bahwa hal yang paling berharga selain nyawa adalah waktu. Setiap detik yang telah terbuang tak bisa kembali. Yang telah tersiakan tak bisa dibangkitkan lagi. Dulu, waktu adalah uang. Kini, waktu lebih berharga dari uang.
Terima kasih pernah menjadi orang yang hampir gila. Kau membuatku sadar, bahwa menjadi waras terkadang butuh diperjuangkan. Kau membuatku semakin tahu, memaksakan diri menjadi normal bisa jadi memang menyakitkan. Tapi di sanalah aku yakin, bahwa kegilaan sesekali perlu dirayakan. Merayakan kegilaan membantu menjagaku untuk tetap waras. Merepresi keabnormalan diri hanya akan membuatnya semakin tumbuh membesar dalam pasungan. Itu mengerikan.
Aku sekarang merasa lebih baik dan lebih damai. Dan kuharap dulu aku lebih punya banyak waktu untuk mencintai diriku sendiri sebelum aku memberikan cintaku untuk orang lain. Aku sekarang merasa lebih bahagia. Dan kuharap dulu aku tidak melakukan banyak kesalahan yang merugikanku di masa depan. Kuharap dulu aku tidak terlalu menyia-nyiakan hidup yang katanya hanya sekali ini di dunia.
ADVERTISEMENT
Maaf. Maaf karena aku yang sekarang tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkanmu di masa lalu. Maaf karena aku membiarkanmu melewatinya sendirian. Maaf kalau aku hanya bisa menanggung akibat dari semua yang kau lakukan dulu, tanpa mencegah atau menasihatimu.
Maafkan aku karena pernah menyalahkanmu yang begitu bodoh, rapuh dan hampir gila. Seharusnya aku punya andil untuk tidak membuatmu merasa seperti itu. Mengalami hal-hal yang seharusnya tak kau alami.
Setidaknya, semua kebodohan, kesalahan, kegilaan, kesakitan yang pernah kau alami telah membuat kita sama-sama belajar. Untuk menyalakan hidup seterang-terangnya di masa sekarang. Untuk hidup dengan sesedikit mungkin penyesalan.
Kau pernah melakukan banyak hal yang berarti untukku. Kau menulis buku, kau jadi wartawan, kau telah bertemu banyak orang. Dari semua yang kau alami, kau meluaskan pandangan, memanjangkan sumbu pikiran dan melapangkan perasaan. Di mataku, meski banyak dosa di masa lalumu, aku tetap memandangmu istimewa.
ADVERTISEMENT
Bulan besok, aku akan berusia 29 tahun. Kau bilang, usia memang hanya perkara angka. Tapi, kedewasaan adalah tentang bagaimana kau menyikapi segala hal yang kau alami. Dewasa adalah tentang bagaimana kau melihat masalah dan menyelesaikannya. Menghadapi segala kecemasan dan ketakutan terdalammu.
Semua orang mungkin pernah muda dan bodoh. Dewasa adalah tentang bagaimana kau menjadi tua, tapi lebih bijak dan tidak lagi bodoh. Sedikit kurang pintar tak apa. Karena banyak orang pintar yang nyatanya tidak bijak. Banyak orangtua yang nyatanya tidak dewasa.
Memelihara jiwa anak-anak itu boleh-boleh saja. Asal tidak jadi kekanak-kanakan. Karena dengan adanya gadis kecil di kepalamu, imajinasimu semakin kaya. Biarkan dia dengan dunianya sendiri yang membuat hidupmu jadi warna-warni dan penuh pelangi.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, terima kasih. Tanpamu apalah arti diriku yang sekarang.
Dari rasa sakitmu aku belajar membasuh lukaku sendiri. Dari kebodohanmu, aku belajar untuk mengabaikan hal-hal yang tidak perlu diperhatikan. Belajar untuk tidak mengorbankan banyak hal untuk sesuatu yang hanya akan merugikanku.
Dari keterpurukanmu, aku belajar bangkit. Aku mulai memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir tapi juga menjadi bagian dari proses. Proses menjadi. Menjadi manusia.