Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seragam Lebaran Keluarga, Bentuk Kekompakan atau Pencitraan?
15 April 2024 10:23 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aqeela Syahida Fatara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Baju baru Alhamdulillah…
Tuk dipakai di hari raya…
Tak punya pun tak apa-apa…
ADVERTISEMENT
Masih ada baju yang lama…
Bulan suci Ramadan tentu menjadi momen yang selalu dinanti-nantikan oleh umat muslim di seluruh dunia. Suasana yang terasa sakral untuk mendekatkan diri pada Tuhan, hingga indahnya kebersamaan di dalamnya. Menjadikan bulan Ramadan berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Tak lepas dengan persiapan perayaan Idulfitri atau yang sering disebut juga sebagai Hari Lebaran, setiap keluarga memiliki caranya masing-masing dalam memaknai Idulfitri. Oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh setiap keluarga juga tentu berbeda-beda dalam menyiapkan perayaan Idulfitri. Mulai dari menyiapkan kue lebaran, masak bersama, hingga menyiapkan baju lebaran yang seragam dengan seluruh anggota keluarga.
Pada hari kemenangan ini, baju lebaran turut menjadi ikon yang mewarnai keseruan perayaan Idulfitri. Biasanya, setiap keluarga akan membeli baju-baju baru yang sengaja dipersiapkan untuk dipakai. Namun, ada juga keluarga yang memilih untuk menggunakan baju yang sudah ada. Baju-baju lebaran ini, seringkali menjadi tren yang diperbincangkan di internet setiap tahunnya. Tren baju lebaran, tentu akan berkembang seiring dengan pergantian zaman. Oleh karena itu, tidak sedikit toko-toko baju berinovasi untuk menciptakan baju lebaran terbaik setiap tahunnya. Itu mengapa, menurut hasil survei JakPat, pada minggu ketiga Ramadan 2024, belanja pakaian merupakan kebutuhan yang paling banyak dibeli secara online, hingga 38% dibandingkan dengan pembelian kebutuhan-kebutuhan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pembelian baju lebaran yang sudah jadi, segelintir keluarga juga ada yang memilih untuk membuat baju lebarannya sendiri dengan memilih model dan membeli bahan untuk baju lebarannya sendiri. Biasanya, selanjutnya bahan tersebut akan diserahkan kepada penjahit atau desainer kepercayaan masing-masing keluarga untuk dieksekusi. Salah satu penjahit di Tangerang yang bernama Dewi, menyatakan bahwa sejak 25 hari menuju Idulfitri, ia dan suaminya sudah mulai disibukkan dengan pesanan seragam lebaran dari berbagai keluarga. “Kalau mau lebaran itu, sehari minimal 3 potong atau 4 potong, dikali 25 hari,” tutur Dewi.
Menggunakan baju yang memiliki motif atau tema yang sama dengan setiap anggota keluarga menjadi pilihan bagi beberapa keluarga ketika merayakan Idulfitri. Hal tersebut, bisa menjadi simbol kekompakan yang dimiliki oleh keluarga ketika Hari Raya Idulfitri. Sejak kecil hingga menjadi seorang ibu, Okta memilih untuk menerapkan budaya menggunakan seragam lebaran untuk merayakan Idulfitri. “Karena ini adalah kebiasaan yang baik menurut saya, menjadikan momen lebaran momen yang istimewa untuk keluarga kecil kami. Tanda kekompakan dari sebuah keluarga,” tutur ibu dengan tiga anak tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi Okta, baju lebaran menjadi sebuah bentuk syukur dan bahagia di momen lebaran bersama keluarga, juga bisa menjadi suatu identitas keluarga yang unik, ketika memiliki kebiasaan menggunakan baju keluarga yang kompak ketika Idulfitri. Memilih baju lebaran yang akan dikenakan oleh seluruh anggota keluarga juga menjadi momen yang seru baginya. Hal tersebut, karena akan terjadi diskusi yang seru ketika memilih warna dan model baju, sehingga setiap anggota keluarga akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat dan saling menghargai pendapat anggota keluarga lainnya. Dengan semakin majunya teknologi, mencari inspirasi model baju seragam lebaran juga menjadi mudah dilakukan. Melalui berbagai platform media sosial, seperti Pinterest, pilihan untuk mendapatkan tema baju lebaran tentu menjadi lebih beragam.
ADVERTISEMENT
Meskipun semakin banyak keluarga yang memilih untuk menggunakan seragam lebaran keluarga, ada juga keluarga yang tetap memilih untuk menggunakan baju lebaran yang berbeda-beda dengan anggota keluarga lainnya. “Aku sukanya pakai yang simple gitu, karena kurang suka pakai gamis dan dari dulu gak pernah dibiasain juga, paling kalo sama tuh warnanya yang disamain,” ucap Aisyah, seorang mahasiswi yang berasal dari Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa budaya menggunakan seragam keluarga ketika Idulfitri, berasal dari kebiasaan turun-temurun dari setiap keluarga. Walaupun tidak menutup kemungkinan, jika ada juga keluarga yang menggunakan seragam lebaran tanpa dibiasakan sebelumnya.
Selain itu, Aisyah juga menambahkan bahwa keluarganya memilih untuk menggunakan pakaian yang nyaman bagi masing-masing anggota keluarga. Oleh karena itu, tidak ada paksaan ketika memilih baju yang akan digunakan ketika Idulfitri. Meskipun keluarganya tidak menerapkan seragam keluarga. Namun, Aisyah mengaku bahwa ia merasa senang ketika melihat keluarga yang kompak dengan seragam lebaran yang terlihat senada.
ADVERTISEMENT
Di tengah maraknya keluarga yang memilih untuk menggunakan baju seragam lebaran. Nyatanya, terkadang tidak semua anggota keluarga merasa setuju dengan keputusan menggunakan baju seragam lebaran keluarga ini. Hal tersebut, seringkali dirasakan akibat terjadinya keributan dalam keluarga lantaran perbedaan pendapat antara setiap anggota keluarga ketika proses pemilihan baju lebaran yang akan mereka gunakan. Belum lagi jika harus merasakan “drama” dengan pihak-pihak di luar keluarga, seperti penjahit baju. Jika baju yang diberikan tidak sesuai request atau keinginan dari pelanggan, maka tidak heran jika peperangan antara penjahit dan pelanggan itu terjadi.
Seorang mahasiswi yang berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang, yaitu Salma, menyatakan bahwa setiap tahunnya ia harus mengalami perdebatan pemilihan baju seragam lebaran dalam keluarganya. Tidak hanya perdebatan dalam keluarganya, keluarga Salma juga tidak jarang harus melakukan adu mulut dengan penjahit yang akan menjahit baju seragam lebarannya. “Suka bermasalah sama tukang jahitnya, pas proses mengukur, jahit baju, tuh pasti ada adegan ribut sama tukang jahit,” ujar Salma. Oleh karena itu, terkadang Salma merasa berat hati jika keluarganya memilih untuk membuat seragam lebaran sendiri. Ia juga sudah berkali-kali meminta kepada keluarganya agar tidak perlu menggunakan seragam lebaran ketika Idulfitri. Namun, keinginan tersebut tak kunjung dikabulkan oleh keluarganya, lantaran keluarganya merasa jika tidak menggunakan baju seragam, maka keluarganya tidak akan terlihat bagaikan suatu “keluarga”.
ADVERTISEMENT
Baju lebaran memang akan menjadi warna yang menghiasi Idulfitri. Baju lebaran juga bisa menjadi perjalanan memori bagi masing-masing keluarga setiap tahunnya. Setiap baju lebaran tentu menyimpan kisah di baliknya. Namun, itu semua akan kembali pada setiap individu yang memaknainya. Idulfitri adalah perayaan kemenangan bagi umat muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu, semoga apapun pakaian yang digunakan, dapat menjadi saksi dari setiap perjalanan umat muslim di seluruh dunia, serta menjadi kisah indah yang dapat dikenang sampai kapanpun.