Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pelarian Berujung Kecanduan K-Pop
2 Desember 2022 15:58 WIB
Tulisan dari Aqiela Haibah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Besarnya tuntutan sosial terhadap individu, terutama pada remaja, membuat seseorang dipaksa harus menjadi tegar dan tidak boleh terlihat rapuh. Menangis, maka dia lemah. Mengeluh, maka dia tidak bersyukur. Marah, maka dia kasar dan tidak bisa sabar. Padahal, adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri penting bagi remaja. Hal ini sejalan dengan penjelasan Novianti (2014) yang mengungkapkan bahwa pembentukan kepribadian bergantung pada harapan dan kebebasan yang dimiliki individu. Adanya tuntutan sosial untuk selalu terlihat sempurna tanpa ada celah untuk kekurangan baik dari segi fisik maupun emosional, berakibat pada munculnya keinginan untuk mencari pelampiasan dalam mengekspresikan emosi yang dirasakan tanpa takut akan hujatan. Disitulah peran K-pop idol dengan karyanya seolah merangkul orang-orang yang ingin mencari pelampiasan emosi.
ADVERTISEMENT
Survei yang dilakukan oleh The Fandom for Idols pada tahun 2019 menunjukkan bahwa penggemar K-pop di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 15-35 tahun. Berdasarkan teori perkembangan Erik Erikson, individu pada usia 15-35 tahun sedang berada dalam tahap perkembangan remaja hingga dewasa awal. Tahap remaja hingga dewasa awal merupakan masa perkembangan yang sangat dinamis, di mana individu yang berada pada tahap ini cenderung untuk bersikap labil dan mudah tertekan, sehingga mereka mulai mencari pelarian dari tekanan-tekanan yang mereka rasakan.
Berbagai emosi negatif yang dirasakan juga diperparah dengan rasa kesepian karena tumbuhnya persepsi bahwa tidak ada orang disekitarnya yang benar-benar memahaminya. Perlman dan Peplau (1998) mendefinisikan kesepian sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika jaringan seseorang dalam hubungan sosialnya secara signifikan mengalami kekurangan. Padahal, sebagai makhluk sosial, kita pasti membutuhkan orang lain.
ADVERTISEMENT
Rasa kesepian dan tak dihargai menyebabkan rasa sakit pada sisi emosional manusia. Rasa sakit emosional berarti rasa yang sudah lama, tidak berkelanjutan, dan perasaan tidak menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian negatif dari ketidakmampuan atau kekurangan diri sendiri (Meerwijk & Weiss, 2011). Rasa sakit ini muncul dari pemahaman individu bahwa mereka adalah individu yang lemah, tak berharga, dan pantas ditinggalkan. Sakit yang terus-menerus akan memunculkan kecanduan yang akan diakhiri juga dengan rasa sakit itu sendiri (eckhart tolle).
Dewasa ini, banyak orang yang menjadikan K-pop sebagai pelarian akan rasa sakit emosional yang dirasakan. Dalam dunia per-Kpop-an inilah mereka seperti diterima dengan jati diri mereka yang sebenarnya. Belum lagi, rasa solidaritas kumpulan penggemar atau yang biasa disebut fandom muncul karena adanya rasa keterikatan antara perasaan yang dirasakan. Tingginya solidaritas mengatasi rasa kesepian yang dirasakan para remaja.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rahasia umum bahwa K-pop memang didesain sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-hari penggemarnya, baik dari lagu maupun artisnya. Lirik ditulis berdasarkan keadaan yang sering dirasakan dan dirangkai seindah mungkin agar terasa makin candu. Kehadiran K-pop datang sebagai 'obat' dari emosi yang sakit dan menjadi candu yang tak tertahankan.
Kecanduan (adiksi) memiliki arti kondisi yang terjadi ketika seseorang menelan suatu zat atau terlibat dalam suatu aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga menyebabkan rasa "harus" dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Kecanduan juga bermakna adanya perilaku ketergantungan terhadap hal yang disenangi (Cooper, 2000). Perilaku adiktif memiliki fitur neurobiologis utama yang secara intens melibatkan rasa dihargai dan penguatan otak yang melibatkan neurotransmitter dopamin.
K-pop hadir bagai hormon-hormon yang telah hilang dalam tubuh remaja. Hormon endorfin yang meringankan rasa sakit, menjadi hormon dopamin sang rasa bahagia dan juga hormon serotonin karena memberikan rasa puas saat menontonnya. Bagai penyembuh, tak sadar telah terhipnotis jauh. Setelah menjadi candu, para penggemar secara impulsif menghabiskan banyak uang dan waktu di dalamnya. Membeli album berlebihan yang berakhir hanya akan dipajang, menghabiskan waktu tanpa memikirkan hal lain. Semua itu dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas rasa bahagia yang diberikan.
K-pop memberikan banyak kebaikan bagi para penggemarnya. Bagi penggemarnya, kehadiran K-pop memunculkan rasa solidaritas yang kuat, perasaan menerima diri yang sebenarnya, dan juga kebahagiaan yang membuncah. Namun, dampak negatif yang tak bisa diabaikan juga mengancam. Masifnya paparan dari fenomena K-pop memang memunculkan banyak kontroversi karena memiliki beberapa dampak buruk seperti hedonisme dan fanatisme, terlebih jika disukai secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Kita tidak bisa membebankan kesahalahan sepenuhnya pada remaja apabila mereka mengalami dampak buruk akibat kecanduan K-pop. Tuntutan atas tugas perkembangan yang harus dipenuhilah yang membebani mereka, sehingga mereka mencari pelarian untuk berbagi beban yang dipikul. Butuh tempat untuk menampung atau membantu membawa rasa sakit itu. Dan, mereka menemukannya saat mereka masuk ke dalam dunia K-pop. Rasa bahagia memang kadang membutakan manusia dan membuat mereka bertindak tanpa berpikir.
Lalu, bagaimana cara mengatasi kecanduan K-pop? Ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan:
1. Mengetahui prioritas
Hidup adalah tentang prioritas, pikirkan kembali berulang-ulang apakah hal yang ingin dilakukan akan memberikan manfaat atau malah menambah beban kita.
2. Carilah kebahagiaan di dunia nyata
ADVERTISEMENT
Sulit memang rasanya, jika dari awal kita merasa bahwa sekitar kita hanya memberikan luka. Tak ada yang bisa menyembuhkan, hanya bisa menambah beban. Namun, coba diingat apa benar kamu benar-benar tidak pernah merasa bahagia? Bahkan sekecil tersenyum karena memberikan seekor kucing jalanan yang lapar makanan, rasa bahagia karena makan enak, dan banyak hal lainnya.
3. Berpikir apakah dengan kita bertindak impulsif, idola kita akan senang?
Bentuk rasa terima kasih kepada K-pop idol memang sangat beragam. Tetapi, apakah dengan menjadi seseorang yang fanatik dan membeli secara berlebihan adalah satu-satunya cara yang dapat menunjukkan rasa terima kasih kita? Bukankah banyak kegiatan lain yang lebih bermakna, memberikan kebahagiaan untuk kita dan orang banyak, juga memberikan rasa bangga karena memiliki penggemar yang bijak. seperti mengadakan bakti sosial atas nama idola kita, bukankah itu juga akan menjadi sebuah prestasi dari kita untuk idola kita.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
Hakim, A. R., Mardhiyah, A., Novtadijantp, D. M. I., Ramdani, Z., & Amri, A. (2021). Pembentukan identitas diri pada kpopers. Jurnal Psikologi, 4(1), 18-31.
Aristanti,R.,Rohmatun.(2021).Hubungan antara kontrol diri (self control) dengan kecanduan internet (internet addiction) pada remaja penggemar Korean Pop (K-pop) di Semarang".Prosiding Konstelasi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) Klaster Humaniora, 1-3.
Dwi,E.W.P(2020). Pengaruh fanatisme, anonimitas dan trait kepribadian big five terhadap agresi verbal penggemar k-pop di media sosial".Jakarta,H. 5-7.
Anon. Addiction Center.Diakses pada 29 November 2022 melalui https://www.psychologytoday.com/intl/basics/addiction.