Konten dari Pengguna

Perang Saudara Tiongkok dan Terbentuknya Republik Taiwan

Aqilla Azzahra
Mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang
24 April 2022 8:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aqilla Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tentara komunis dalam perang China. Sumber foto: china.org.cn
zoom-in-whitePerbesar
Tentara komunis dalam perang China. Sumber foto: china.org.cn
ADVERTISEMENT
Awal mula
Pada tahun 1923, pemimpin Komunis Mao Zedong dan pemimpin Nasionalis (Kuomintang) Sun Yat Sen melakukan aliansi untuk mendirikan sebuah negara China atau Tiongkok. Namun, pada tahun 1927 aliansi antara keduanya mengalami perpecahan akibat wafatnya Sun Yat Sen. Untuk mewujudkan keinginan menjadikan pemerintahan Tiongkok yang demokratis, Sun Yat Sen kemudian digantikan oleh Chiang Kai Shek. Pada masa pemerintahan, Chiang Kai Shek lebih memilih perang dengan Partai Komunis daripada menjadikan pemerintahan berideologi komunis. Tiongkok dibagi menjadi 2 wilayah yaitu Tiongkok Utara yang dikuasai oleh Komunis, dan Tiongkok Selatan yang dikuasai oleh Nasionalis. Pecahnya wilayah Tiongkok dan kuatnya Chiang Kai Shek menyebabkan Komunis terusir dari Canton.
ADVERTISEMENT
Perang saudara
Setelah terusir dari Canton, Partai Komunis melarikan diri ke arah Utara. Karena struktur masyarakat Tiongkok paling banyak didominasi oleh golongan petani dan buruh, Partai Komunis Tiongkok berupaya untuk menarik simpati para petani melalui kebijakan Reformasi Pertahanan atau disebut Land Reform. Partai Komunis juga berusaha memengaruhi golongan petani dan buruh yang tidak senang dengan pemerintahan Chiang Kai Shek untuk melakukan perlawanan. Dari hasil memengaruhi tersebut, Mao Zedong mendapatkan banyak dukungan dari kalangan petani di pedesaan. Hal inilah yang menyebabkan perang saudara antara Partai Komunis dan Partai Nasionalis.
Ketika perang antara Partai Komunis dan Partai Nasionalis terjadi, Jepang kembali berambisi mendirikan negara Asia Timur Raya dengan menduduki Tiongkok Utara dan Tiongkok Tengah. Pada masa ini Komunis dan Nasionalis bersatu. Keduanya berjuang untuk mengusir Jepang dari Tiongkok. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil sampai akhirnya Jepang menang dan mendirikan negara Manchukuo pada 1 Maret 1932. Inilah yang menyebabkan Partai Komunis dan Partai Nasionalis kembali terpecah. Pada tahun 1934-1935 Mao Zedong melakukan Long March dari Kiangsi sampai melintasi Yenan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, keduanya bersatu kembali untuk melakukan perlawanan kepada Jepang. Pada saat Jepang menduduki wilayah tersebut, Partai Nasionalis atau Kuomintang bekerja sama dengan negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis untuk mengalahkan Jepang. Sementara itu, Komunis mendapatkan bantuan dari Uni Soviet. Dalam perang kedua antara China dan Jepang ini bersamaan dengan Perang Dunia II. Jadi, bukan hanya China saja yang melakukan perlawanan terhadap Jepang, namun juga negara lain seperti Amerika.
Amerika dianggap sebagai penghalang Jepang atas keinginannya membentuk negara Asia Timur Raya. Sampai akhirnya Jepang melakukan pengeboman pada Pelabuhan Pearl Harbour milik Amerika. Hal inilah yang memicu terjadinya Perang Pasifik yang bersamaan dengan Perang Dunia II. Tahun 1945 Jepang dinyatakan menyerah pada Sekutu. Namun, berakhirnya perang antara Jepang dan China tidak membuat Partai Komunis dan Partai Nasionalis bersatu, tetapi justru kembali terpecah karena Komunis merasa iri atas bantuan yang diberikan Amerika kepada Nasionalis.
ADVERTISEMENT
Terbentuknya Republik Taiwan
Pada Tahun 1946-1949 terjadi perang terbuka antara Nasionalis dan Komunis. Sampai akhirnya pada tahun 1949 Komunis Tiongkok berhasil memenangkan perang tersebut. Setelah berhasil memenangkan perang tersebut, pada tanggal 1 Oktober 1949 Mao Zedong memproklamasikan kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok. Hal ini membuat Chiang Kai Shek kemudian memilih mundur ke kepulauan Taiwan dan mendirikan Republik Nasionalis Tiongkok. Republik Nasionalis Tiongkok lebih memilih mengedepankan konsep Ideologi Demokrasi, berbeda dengan Republik Rakyat Tiongkok yang lebih memilih paham Sosialis Komunis. Namun, kedaulatan atas kemerdekaan wilayah Republik Rakyat Tiongkok tidak mendapat pengakuan dari Amerika Serikat. Amerika Serikat justru mendukung Republik Nasionalis Rakyat Tiongkok yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek di Taiwan.
Perpecahan Tiongkok dan Uni Soviet
ADVERTISEMENT
Setelah Mao Zedong menang dalam konflik di Tiongkok, Uni Soviet mengajak Tiongkok untuk memerangi blok barat atau kapitalis sehingga muncul poros blok barat dan blok timur dalam perang dingin. Poros Timur di kawasan Asia diwakili oleh Tiongkok, Vietnam, Korea Utara. Hal ini menyebabkan Amerika Serikat membagi fokus perhatiannya dalam membendung pengaruh Komunisme. Kemudian pada tahun 1956 hubungan antara Tiongkok dan Uni Soviet mengalami perpecahan yang dikenal dengan Sino Soviet. Perpecahan ini terjadi setelah wafatnya Joseph Stalin dan terpilihnya Krushechev. Kebijakan destalinisasi yang dijalankan Khrushechev dikecam oleh Mao Zedong karena menganggap bahwa Krushechev anak baru yang dangkal dan telah kehilangan sisi revolusioner. Krushechev juga menyebut Mao Zedong sebagai orang yang gila harta. Hal inilah yang menyebabkan perpecahan antara Tiongkok dan Uni Soviet.
ADVERTISEMENT