Konten dari Pengguna

Fenomena" Leisure Class" : Kehidupan Mewah Yang Berpuncak Pada Kesenjangan

Mehdi Fiqia Aradat
Saya Mahasiswa Manajemen Resort and Leisure - Universitas Pendidikan Indonesia.
10 Januari 2024 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mehdi Fiqia Aradat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : freepik
ADVERTISEMENT
Waktu luang dapat diartikan sebagai waktu luang yang tersedia bagi seseorang, yang dapat digunakan untuk relaksasi, ekspresi diri, dan kebahagiaan. Ini mencakup aktivitas aktif dan pasif, dan individu dapat terlibat dalam berbagai aktivitas waktu luang untuk mengurangi perasaan depresi dan kesepian, meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif, dan mengejar kebahagiaan. Namun, waktu luang juga memiliki indikator tersendiri untuk mencapai kepuasan, dan cara mencapainya dapat menentukan apakah hasilnya positif atau negatif. Beberapa aktivitas waktu luang melibatkan pengeluaran sejumlah besar uang untuk memenuhi keinginan seseorang dan memprioritaskan memamerkan kekayaan, waktu, dan energi, yang sering dikaitkan dengan kelas atas, untuk secara tidak langsung menegaskan status sosial mereka. Status sosial dapat menjadi pendorong utama dalam menentukan bagaimana seseorang memanfaatkan waktu luangnya.
ADVERTISEMENT

Faktor yang mengakibatkan terjadinya Leisure Class

Ekonomi dan Kelebihan Kekayaan: Salah satu faktor utama adalah adanya ekonomi yang memungkinkan terciptanya kelebihan kekayaan. Orang-orang yang memiliki sumber daya finansial yang melimpah dapat lebih leluasa untuk mengejar kegiatan mewah dan memanfaatkan waktu luang mereka dengan cara yang eksklusif. Orang-orang yang termasuk dalam leisure class memiliki kemampuan finansial untuk melakukan perjalanan mewah ke destinasi eksotis. Mereka dapat mengunjungi resor bintang lima, menginap di vila pribadi, atau menikmati pelayanan khusus selama perjalanan mereka. Kelebihan kekayaan memungkinkan mengubah waktu luang menjadi pengalaman liburan yang luar biasa.
Pengaruh Warisan dan Keturunan: Dalam konteks ini, warisan merujuk pada harta atau kekayaan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan kecenderungan untuk mewariskan kekayaan dan aset kepada keturunan. Warisan ini dapat melibatkan berbagai bentuk, seperti properti, investasi, bisnis, atau sumber daya finansial lainnya. Dengan adanya sistem pewarisan yang efektif, generasi mendatang dapat menerima manfaat dari kekayaan tersebut sebagai bagian integral dari warisan keluarga. Seiring dengan warisan yang substansial, keluarga dapat meneruskan gaya hidup mewah dan eksklusif dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini mencakup pengeluaran untuk perjalanan mewah, konsumsi barang dan layanan eksklusif, serta keterlibatan dalam kegiatan sosial dan budaya yang memiliki biaya tinggi. Dengan demikian, warisan bukan hanya menjadi transfer materi, tetapi juga menciptakan landasan bagi kelanjutan gaya hidup dan nilai-nilai keluarga yang khas.
ADVERTISEMENT
Munculnya Keinginan Gaya hidup Hedonisme : Setiap individu secara alami memiliki keinginan untuk mencari kebahagiaan dan kesenangan. Namun, karena ketidakpuasan dan kurangnya kendali diri, sering kali muncul fokus pada pemenuhan hawa nafsu dan perilaku konsumtif. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep hedonisme dapat tercermin melalui kecenderungan untuk berbelanja secara berlebihan, mendapatkan barang mewah, dan melakukan tindakan konsumtif lainnya. Akibatnya, hedonisme dapat terkait dengan perilaku sombong, di mana penilaian terhadap orang lain dipengaruhi oleh kekayaan dan penampilan fisik. Gaya hidup yang hanya berorientasi pada kemewahan dan kesenangan semata menimbulkan perasaan superioritas terhadap orang lain.

Dampak Leisure Class terhadap masyarakat

Sumber : detik.com
Ekonomi memegang peran sentral dalam kehidupan dan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari realitas sehari-hari. Namun, pentingnya sektor ekonomi menjadi semakin jelas ketika kita menyadari bahwa sektor ini cenderung sangat sensitif, seringkali menjadi pangkal berbagai permasalahan, konflik, dan perpecahan yang muncul akibat faktor-faktor ekonomi. Salah satu contoh permasalahan yang seringkali timbul dan memberikan dampak negatif yang signifikan dalam kehidupan masyarakat adalah kesenjangan sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan sosial dan ekonomi bukanlah sekadar permasalahan statistik. melainkan, hal ini menciptakan dinamika sosial yang memengaruhi struktur masyarakat secara mendalam. Fenomena ini menghasilkan berbagai kelas sosial yang memiliki perbedaan yang mencolok, dan ini tidak lepas dari adanya ketidaksetaraan ekonomi yang menciptakan disparitas dalam peluang dan akses terhadap sumber daya.
Dampak dari ketidaksetaraan ini sangat terasa, memungkinkan kelompok tertentu untuk mendapatkan kelebihan kekayaan yang mengarah pada pembentukan kelas sosial khusus, salah satunya adalah leisure class. Dengan demikian, munculnya kelas-kelas sosial ini membawa konsekuensi serius bagi dinamika sosial masyarakat. Kelompok yang memiliki kelebihan kekayaan ini cenderung menetapkan standar gaya hidup yang tinggi, menciptakan kesenjangan lebih lanjut dan memberikan dampak negatif pada golongan bawah yang merasa terdorong untuk mengikuti tren dan gaya hidup kelompok atas. Seiring berjalannya waktu, ketidaksetaraan ekonomi semakin memperdalam divisi antara kelompok-kelompok sosial tersebut, menciptakan dinamika yang kompleks dan sering kali merugikan.
ADVERTISEMENT
Akses pelayanan yang berbeda : Dalam konsep leisure class, terdapat perbedaan signifikan dalam akses pelayanan antara golongan atas dan golongan bawah. Perbedaan ini mencerminkan disparitas ekonomi dan sosial yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan pengalaman rekreasi dari masing-masing golongan, misalnya Anggota leisure class dari golongan atas dapat menikmati kuliner berkualitas tinggi di restoran mewah dengan harga yang tinggi. Golongan bawah mungkin terbatas pada pilihan restoran yang lebih terjangkau atau memilih untuk memasak di rumah.
Spiral Kemiskinan : Adanya kesenjangan ekonomi dapat memicu konsep spiral kemiskinan, di mana kelompok yang kurang mampu mengalami kesulitan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Sementara itu, kelompok yang lebih kaya dapat lebih mudah mempertahankan dan meningkatkan status ekonomi mereka sehingga memiliki keleluasaan untuk menikmati gaya hidup mewah dan rekreasi tanpa terlalu banyak memikirkan kemungkinan jatuh.
ADVERTISEMENT
Psikologis pada Masyarakat : Keberadaan leisure class, terutama jika dianggap sebagai simbol kemewahan yang tidak dapat dicapai oleh banyak orang, dapat menciptakan ketidakpuasan atau perasaan kurang bernilai di kalangan masyarakat. Dampak psikologis ini juga bisa menjadi pertimbangan terhadap gaya hidup konsumtif dan konsumsi barang mewah yang menciptakan tekanan pada masyarakat umum untuk mengikuti tren tersebut. Ini dapat menghasilkan budaya konsumtif yang berlebihan, di mana orang-orang merasa perlu memiliki barang-barang mewah untuk mencapai status sosial yang dianggap diinginkan.
Dalam situasi ini, penting bagi pola pikir masyarakat untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang dampak psikologis yang muncul akibat ketidaksetaraan, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Selain itu, diperlukan langkah-langkah yang proaktif dan mendukung untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, menjunjung tinggi prinsip kesetaraan, dan meningkatkan kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Upaya yang dapat diambil melibatkan pengurangan perilaku hidup boros yang dapat memperdalam kesenjangan, serta mendorong saling menghargai dan kerjasama antar berbagai golongan dalam masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan peluang yang lebih adil bagi setiap individu, sambil secara bersamaan mengurangi dampak psikologis negatif yang mungkin berkelanjutan dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT