Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pilih Rektor yang Kalcer
2 September 2024 12:35 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Andre Rahadian SH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana konsep rektor ideal yang memenuhi syarat norma sosial yang dibutuhkan saat ini dan masa depan, yang dalam bahasa kekinian dikenal sebagai “kalcer” --diambil secara bebas dari Bahasa Inggris “culture”? Penting bagi anggota civitas akademika dan stakeholder untuk peduli dengan siapa yang bakal jadi rektor di masing-masing universitas, utamanya PTN, yang dipilih setiap lima tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Karena rektor, bersama perangkat yang dipilih rektor adalah aktor utama yang akan membawa kampus berlayar ke mana, mau mandek di situ-situ saja, mau makin maju hingga berkelas dunia, atau malah larut dengan politisasi, kontroversi, dan komersialisasi hingga mengalami dekadensi.
Setelah proses pemilihan rektor di Universitas Padjadjaran dan Universitas Sebelas Maret, kini diskursus itu menyapa Universitas Indonesia (UI) yang mengadakan pemilihan rektor 2024-2029, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.75 tahun 2021 (Statuta UI) dan Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Indonesia Nomor 002/2024. Menurut jadwal, pada 26 September 2024 nanti, UI mengumumkan rektor terpilih mereka. Apa yang mesti dicermati dari pemilihan rektor UI 2024-2029?
Tantangan Rektor PTN di 2024-2029
Hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di HUT RI ke-79 jadi landmark representasi tantangan Indonesia Baru yang semakin kompleks. Indonesia Baru adalah Indonesia Emas 2045, visi besar yang mencakup cita-cita menjadikan Indonesia negara maju, berdaya saing, dan sejahtera pada usia 100 tahun kemerdekaannya.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, peran pendidikan tinggi, khususnya bagi Universitas Indonesia (UI) --yang teraktual menurut banyak survei merupakan universitas terbaik di Indonesia-- sangat krusial. Rektor baru UI diharapkan tidak hanya mampu menjawab tantangan pendidikan modern, tetapi juga berkontribusi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Pertanyaannya kini, haruskah rektor baru UI mesti berpengalaman berjejaring global guna mewujudkan world class university sebagaimana dicita-citakan UI? Benarkah banyak potensi UI yang belum digali maksimal? Selain bersih dari KKN, berprestasi akademik dan berkemampuan manajerial yahud, serta punya karakter birokrat pendidik sejati plus memiliki sembilan nilai dasar UI, apa saja tantangan buat Rektor UI 2024-2029 terpilih?
Pertama adalah membangun sumber daya manusia (SDM) unggul untuk Indonesia Emas. Pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab untuk mencetak SDM berkualitas. Usai terpilih dan dilantik, rektor baru UI harus mengembangkan kurikulum relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat, serta mendorong penelitian inovatif. Melalui program-program berfokus pengembangan kompetensi, UI dapat berkontribusi menciptakan SDM yang siap menghadapi tantangan global.
ADVERTISEMENT
Tantangan kedua ialah meningkatkan reputasi serta daya saing UI. Ranking UI yang terus meningkat dalam survei QS World University Rankings menunjukkan UI memiliki potensi besar bersaing di level internasional. Rektor baru harus fokus pada strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan ranking UI, termasuk memperkuat kolaborasi dengan institusi global, memperluas jaringan penelitian, serta meningkatkan kualitas pengajaran.
Tantangan ketiga ada pada biaya pendidikan dan aksesibilitas. Biaya pendidikan yang tergantung pada Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi tantangan tersendiri bagi UI. Rektor baru perlu memastikan biaya pendidikan UI terjangkau semua kalangan, termasuk buat mahasiswa berlatar belakang ekonomi kurang mampu. Inisiatif beasiswa dan program bantuan finansial harus diperkuat untuk mendukung aksesibilitas pendidikan. Pelibatan alumni bermodalkan transparansi manajemen keuangan dan laporan universitas jadi hal penting lainnya.
ADVERTISEMENT
Lanjut ke tantangan berikutnya ialah mendorong penelitian dan inovasi. Peran UI sebagai Center of Excellence, menjadikan UI wajib berperan aktif dalam bidang politik, sosial, budaya, serta pertahanan keamanan (Poleksosbudhankam). Rektor baru perlu mendorong penelitian dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan isu-isu strategis nasional, agar UI menjadi pemimpin penciptaan solusi atas tantangan permasalahan bangsa. Rektor baru diharapkan dapat mendorong dosen dan guru besar meraih penghargaan internasional, termasuk Nobel. Dengan memberikan dukungan memadai dalam hal pendanaan dan fasilitas penelitian, UI dapat meningkatkan kualitas penelitian yang dihasilkan, serta berkontribusi pada reputasi UI serta Indonesia di kancah global.
Selanjutnya ada tantangan kepemimpinan rektor baru UI harus memiliki pendekatan yang mengayomi, baik kepada mahasiswa, pada alumni, tenaga pendidik, dan masyarakat sekitar. Karena dengan membangun hubungan baik dan saling mendukung, UI dapat menciptakan lingkungan akademik yang inklusif serta produktif.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi dengan stakeholders jadi tantangan berikutnya di mana untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 memerlukan kolaborasi kuat antara UI dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah. Rektor baru harus aktif menjalin kemitraan strategis bersama Kementerian/Lembaga, alumni, badan usaha, organisasi masyarakat serta donor-donor internasional untuk mendukung program-program bermanfaat bagi bangsa.
Last but not least, ada pula tantangan optimalisasi regulasi, termasuk PP 21 Statuta UI, sangat penting untuk mendorong capacity building dan quality building. Rektor baru UI perlu memastikan bahwa regulasi yang ada mendukung pengembangan institusi dan meningkatkan performa UI dalam persaingan global.
Konklusi
Penjabaran premis di atas jadi arti rektor baru Universitas Indonesia punya tantangan besar mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Hanya dengan fokus mengembangkan SDM unggul, peningkatan reputasi, aksesibilitas pendidikan, serta kolaborasi yang kuat, UI dapat berkontribusi signifikan mencapai cita-cita bangsa.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan rektor yang visioner dan inovatif akan menjadi kunci menghadapi tantangan ini. Tapi ingat, jangan sampai pemilihan pemimpin terbaik malah jadi arena politisasi dan komersialisasi yang bisa membahayakan otonomi serta demokrasi kampus. Tak ada salahnya mengambil pelajaran dari pemilihan rektor PTN seperti di Unpad dan UNS yang mengedepankan musyawarah dan mufakat.
So, harapan besar warga UI, alumni dan bangsa disematkan kepada Panitia Penjaringan dan Pemilihan Calon Rektor (P3CR UI), Majelis Wali Amanat dan tentunya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi --pemilik suara mayoritas sesuai Statuta UI. Seleksi oleh P3CR selayaknya mempertimbangkan catatan di atas yang akan dilanjutkan MWA dengan memilih 3 calon terbaik untuk diseleksi. Semoga proses ini menghasilkan Rektor UI yang Kalcer!***
ADVERTISEMENT