Konten dari Pengguna

Menelisik Ulang Peran Media Website dalam Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan

Darbi Pirmansyah
Darbi Pirmansyah, Mahasiswa S2 Ilmu Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Universitas Andalas. Aktif dalam isu penyuluhan, konservasi, gender, dan pengembangan komunitas. Abi juga gemar menulis dan membaca buku.
24 April 2025 12:25 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darbi Pirmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengapa Website Relevan dalam Komunikasi Pembangunan?
Memasuki era Revolusi Industri 4.0 bahkan disebagian negara sudah menerapkan 5.0 dan masih terus berkembang, website telah menjadi salah satu tools representasi utama lembaga pembangunan dimana hal ini bukan hanya sekadar sebagai saluran informasi, melainkan juga menjadi alat strategis untuk memfasilitasi proses edukasi, komunikasi, dan pemberdayaan masyarakat. Namun, masih banyak website kelembagaan yang sekadar berfungsi sebagai papan pengumuman statis, tanpa memperhatikan fungsi komunikatif dan interaktif yang seharusnya menjadi inti dari penyuluhan pembangunan yang partisipatif.
Ilustrasi Tampilan Website Tentang Penyuluhan Komunikasi Pembangunan, Sumber : ChatGPT
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tampilan Website Tentang Penyuluhan Komunikasi Pembangunan, Sumber : ChatGPT
Komunikasi pembangunan dewasa ini dituntut untuk lebih adaptif terhadap konteks sosial dan teknologi. Pendekatan penyuluhan yang bersifat konvensional, seperti pertemuan tatap muka atau kunjungan lapangan, kini harus dikombinasikan dengan pendekatan digital yang lebih luas lagi jangkauannya. Hal ini menjadi penting terutama di wilayah dengan hambatan geografis dan keterbatasan jumlah penyuluh yang ada di lapangan.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dinyatakan oleh FAO (2014), keberhasilan penyuluhan modern bergantung pada kemampuannya memanfaatkan media digital untuk memperluas jangkauan informasi, mempercepat alih teknologi, dan meningkatkan kapasitas petani atau masyarakat sasaran secara lebih fleksibel. Website yang dirancang secara interaktif dapat menyediakan ruang untuk konsultasi teknis, berbagi praktik baik, diskusi tematik, hingga pengarsipan materi penyuluhan yang dapat diakses kapan saja dan dari mana saja.
Lebih dari itu, website mampu menjadi platform dialog dua arah yang memperkuat prinsip-prinsip empowerment dalam komunikasi pembangunan. Hal ini sejalan dengan pandangan Servaes (2008) yang menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahapan komunikasi pembangunan. Website, dalam konteks ini, seharusnya tidak hanya menjadi kanal penyebaran informasi dari atas ke bawah (top-down), tetapi juga wahana bagi masyarakat untuk menyampaikan umpan balik, aspirasi, serta menyumbangkan pengetahuan lokal yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Dalam kerangka penyuluhan berbasis multimedia, website memberikan ruang untuk mengintegrasikan berbagai format komunikasi teks, gambar, video, audio, infografis yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan penyuluhan secara lebih menarik dan mudah dipahami. Pendekatan ini terbukti lebih efektif dalam menjangkau generasi muda pertanian, perempuan, dan kelompok rentan yang sebelumnya kurang terlibat dalam forum-forum penyuluhan tradisional (Rao & Sridharan, 2019).
Oleh karena itu, website bukan hanya alat bantu teknis, melainkan bagian integral dari ekosistem komunikasi pembangunan yang mengedepankan aksesibilitas, partisipasi, dan keberlanjutan informasi. Ketika dikembangkan dengan orientasi pemberdayaan, website mampu menjembatani kesenjangan komunikasi antara aktor pembangunan dan masyarakat sasaran di tingkat akar rumput.
Ilustrasi Petani yang Sedang Menggunakan Website, Sumber : ChatGPT
Website Sebagai Platform Multimedia yang Transformatif
Kekuatan utama sebuah website terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan berbagai elemen komunikasi secara efektif, seperti teks, gambar, audio, video, dan infografis. Elemen-elemen ini, jika digunakan dengan tepat, dapat menciptakan pengalaman interaktif yang meningkatkan pemahaman dan keterlibatan pengguna. Dalam konteks penyuluhan, pengintegrasian format multimedia dengan prinsip desain pengalaman pengguna (user experience atau UX) menjadi sangat krusial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rao & Sridharan (2019), website yang mengintegrasikan berbagai bentuk media, seperti video tutorial dan forum diskusi, terbukti mampu meningkatkan adopsi teknologi dan inovasi pertanian hingga 30% lebih tinggi dibandingkan metode penyuluhan konvensional yang bergantung pada pertemuan tatap muka.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh nyata penerapan model ini di Indonesia adalah Cyber Extension Kementerian Pertanian (Kementan). Website ini berhasil mengemas modul pelatihan berbasis digital yang sangat dinamis dan relevan dengan kebutuhan petani. Modul-modul tersebut dilengkapi dengan berita teknologi terkini dan layanan konsultasi online yang memungkinkan petani mengakses pengetahuan tanpa harus meninggalkan lahan mereka. Keberhasilan platform ini dapat dilihat dari beberapa aspek:
• Desain yang sederhana dan mudah diakses: Dengan antarmuka yang ramah pengguna, website ini mudah diakses oleh petani yang tidak terbiasa dengan teknologi canggih.
• Konten yang dinamis dan adaptif: Konten di situs ini disesuaikan dengan musim tanam dan kondisi wilayah tertentu, sehingga informasi yang diberikan lebih relevan dan aplikatif.
ADVERTISEMENT
• Mekanisme umpan balik pengguna (user feedback loop): Website ini memiliki fitur chat dan forum diskusi yang memungkinkan petani untuk berdialog langsung dengan ahli atau berbagi pengalaman dengan sesama petani, menciptakan ruang interaksi yang efektif.
Namun, tidak semua website penyuluhan di Indonesia berhasil mencapai tingkat keterlibatan yang sama. Beberapa website dinas pertanian kabupaten/kota di Indonesia masih terjebak dalam desain yang kaku dan tidak interaktif. Banyak dari situs-situs ini hanya berisi PDF statis yang tidak diperbarui, tidak ramah perangkat seluler, dan sulit diakses oleh masyarakat yang tidak memiliki akses internet cepat atau perangkat teknologi yang memadai. Alih-alih mempermudah akses informasi, website-website ini justru memperburuk masalah digital divide (kesenjangan digital), di mana sebagian besar petani dan masyarakat pedesaan justru semakin terpinggirkan dari informasi yang dapat mendukung keberlanjutan dan peningkatan produksi mereka.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pengembangan website penyuluhan harus memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi dua arah (two-way communication) dan desain berbasis pengguna, dengan fokus pada kemudahan akses dan pembaruan konten yang konsisten. Website yang efektif tidak hanya mengedepankan fungsi informatif, tetapi juga menciptakan ruang untuk pertukaran informasi dan dialog yang memperkaya pengalaman penyuluhan bagi masyarakat sasaran.
Menembus Batas Website sebagai Instrumen Pemberdayaan dan Partisipasi
Dalam komunikasi pembangunan, website yang efektif seharusnya mendukung prinsip partisipatif yang memungkinkan adanya interaksi dua arah antara lembaga penyuluhan dengan masyarakat. Di sinilah pentingnya konsep two-way communication, yang berarti website tidak hanya berfungsi sebagai saluran informasi satu arah, tetapi juga sebagai ruang bagi masyarakat untuk berbagi pendapat, pengalaman, dan bahkan berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan konten.
ADVERTISEMENT
Website memperkenalkan model knowledge co-production, di mana proses produksi pengetahuan dilakukan secara bersama-sama antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas lokal yang sering kali diabaikan dalam proses pengambilan keputusan pembangunan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pembuatan dan distribusi informasi, website seperti ini menciptakan ruang dialog yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan lokal. Model ini tidak hanya mendemonstrasikan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyuluhan, tetapi juga memperkaya kualitas informasi yang disebarluaskan, menjadikannya lebih relevan dan kontekstual.
Pendekatan ini menunjukkan bagaimana teknologi digital, dalam hal ini website, dapat berperan lebih jauh dalam memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Hal ini sejalan dengan pandangan Servaes (2008), yang menekankan bahwa komunikasi pembangunan yang efektif harus memungkinkan partisipasi aktif dan pemeliharaan dialog yang berkelanjutan antara pihak-pihak yang terlibat, baik itu dari pemerintah, lembaga pembangunan, maupun masyarakat itu sendiri.
Ilustrasi Petani yang Sedang Berdiskusi tentang Sebuah Website Pembangunan, Sumber : ChatGPT
Tantangan Adopsi Website dalam Penyuluhan di Daerah Terpencil
ADVERTISEMENT
Meskipun potensi website sebagai kanal penyuluhan sangat besar, adopsi teknologi ini di berbagai daerah tidak selalu berjalan mulus. Terdapat beberapa tantangan signifikan yang perlu dihadapi, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil. Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan konektivitas internet. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), sekitar 35% desa tertinggal di Indonesia masih mengalami keterbatasan akses internet yang memadai, yang tentu saja membatasi efektivitas penggunaan website sebagai sarana penyuluhan.
Selain itu, masalah lain yang tak kalah penting adalah rendahnya literasi digital di kalangan petani dan penyuluh. Sebagai aktor utama dalam sistem penyuluhan, petani dan penyuluh yang tidak terampil dalam menggunakan teknologi digital akan kesulitan memanfaatkan website secara optimal. Tanpa keterampilan dasar dalam mengakses dan berinteraksi dengan konten digital, website yang ada pun tidak akan berfungsi dengan baik dalam meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mereka.
ADVERTISEMENT
Ketiadaan tim pengelola konten yang berdedikasi dan berkelanjutan juga merupakan tantangan besar. Banyak website penyuluhan yang dibangun hanya sebagai bagian dari proyek sementara atau sekadar memenuhi persyaratan anggaran. Tanpa adanya komitmen kelembagaan dan sistem manajemen konten yang baik, website sering kali menjadi terbengkalai. Tanpa pemeliharaan dan pembaruan rutin, website akan kehilangan relevansi dan akhirnya tidak lagi efektif dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penyuluhan yang mendalam dan berkelanjutan.
Fenomena ini menggambarkan bagaimana banyak inisiatif pembangunan digital yang, meskipun diluncurkan dengan niat baik, tidak berlanjut dengan keberlanjutan yang diperlukan untuk mencapai dampak yang signifikan. Dalam hal ini, keberhasilan website penyuluhan bergantung pada adanya strategi komunikasi jangka panjang yang terintegrasi dengan kebutuhan lokal serta komitmen institusional untuk mengelola dan memperbarui kontennya secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Menuju Website yang Menghidupkan Komunikasi Pembangunan
Sebagai bagian dari kajian multimedia dalam konteks komunikasi pembangunan, beberapa rekomendasi kunci dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas website sebagai alat penyuluhan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengoptimalkan peran website dalam mendukung komunikasi pembangunan yang lebih inklusif dan berdampak:
1. Desain Partisipatif: Proses perencanaan website harus melibatkan semua pihak yang terlibat, termasuk petani, penyuluh, dan masyarakat lokal. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa desain dan konten website sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal, serta dapat digunakan secara efektif oleh pengguna yang dituju. Partisipasi aktif dari masyarakat dalam desain konten tidak hanya akan meningkatkan relevansi informasi, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan yang dapat memperkuat keberlanjutan penggunaan website tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Konten Multimedia Kontekstual: Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat, website harus memanfaatkan berbagai elemen multimedia yang relevan, seperti video naratif, infografis, dan materi visual lainnya yang menggunakan bahasa lokal. Materi semacam ini dapat membantu menyampaikan pesan dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami, serta memastikan bahwa konten tersebut benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lapangan.
3. Pemutakhiran Konten Berkala: Agar website tetap relevan dan berguna, penting untuk menjadwalkan pembaruan konten secara rutin. Pembaruan ini tidak hanya mencakup materi informasi, tetapi juga harus mencakup diskusi interaktif yang memungkinkan pengguna untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka. Pembaruan berkala ini harus menjadi bagian dari agenda kerja rutin untuk memastikan bahwa website selalu memperbarui informasi yang penting bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
4. Pelatihan Literasi Digital: Salah satu tantangan utama dalam adopsi teknologi digital adalah rendahnya literasi digital, terutama di kalangan petani dan penyuluh. Oleh karena itu, pelatihan yang terfokus pada pengembangan keterampilan digital sangat penting. Pelatihan ini harus menyasar penyuluh dan operator di tingkat desa, agar mereka tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga mampu memanfaatkan website secara aktif dan maksimal dalam kegiatan penyuluhan.
5. Monitoring dan Feedback: Evaluasi terhadap kinerja website perlu dilakukan secara menyeluruh, baik dari segi kuantitatif (seperti trafik pengunjung dan tingkat interaksi) maupun kualitatif (misalnya, kepuasan pengguna dan dampak sosial yang tercipta). Sistem feedback yang efektif akan membantu memastikan bahwa website terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat dan tetap relevan seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Saatnya Berpikir Out of the Box
Website dalam konteks komunikasi pembangunan seharusnya lebih dari sekadar etalase atau alat administratif formal untuk memenuhi persyaratan proyek. Website dapat menjadi ruang pembelajaran bersama, sebuah laboratorium ide yang melibatkan berbagai pihak dalam penciptaan pengetahuan, serta menjadi platform advokasi digital yang memperjuangkan isu-isu penting di tingkat lokal. Dengan pendekatan yang lebih kreatif dan kolaboratif, website bisa menjadi alat yang dinamis dan berdampak nyata dalam mendukung proses penyuluhan yang berkelanjutan. Keberhasilan website dalam konteks ini tidak hanya terukur dari seberapa banyak informasi yang disampaikan, tetapi juga dari bagaimana ia dapat membangun interaksi dan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara lebih aktif.
Daftar Pustaka
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Desa Tertinggal dan Akses Teknologi Informasi di Indonesia.
FAO. (2014). Extension and Advisory Services: At the Frontline of the Response to COVID-19 to Ensure Food Security. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rao, N., & Sridharan, S. (2019). Leveraging ICTs for agricultural extension: Potential and constraints. Indian Journal of Agricultural Economics, 74(3), 329–340.
Servaes, J. (2008). Communication for Development and Social Change. SAGE Publications.
Siregar, M. S., & Hasibuan, Z. (2022). Digital Divide and Its Implications for Rural Agricultural Development in Indonesia. Journal of Rural Development, 41(2), 115–130.