Konten dari Pengguna

Bahaya FOMO pada Gen Z

Ardanti Restinanda Primaningtyas
Mahasiswa Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
13 Desember 2022 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardanti Restinanda Primaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Apakah kebiasaan selalu mengecek gawai dan tidak mau tertinggal tentang gosip terbaru dapat dianggap dan dikatakan FOMO?
ADVERTISEMENT
Siapa di sini yang ketika bangun tidur langsung membuka akun media sosial? Kebiasaan inilah yang sering dilakukan oleh Gen Z. Sayangnya, mereka bukan hanya membuka media sosial untuk mencari informasi atau sekadar cek status orang lain saja, tetapi ada dorongan untuk selalu ingin tahu dan mengikuti aktivitas teman-teman kita di media sosial. Kita jadi takut akan tertinggal sebuah tren yang sedang hangat atau ramai dibicarakan. Jangan-jangan kita sudah terkena FOMO.
Mengenal FOMO lebih jauh
Fear Of Missing Out atau yang biasa disebut dengan FOMO adalah kondisi ketika seseorang takut akan tertinggal atau kehilangan suatu momen. Biasanya seseorang FOMO karena takut dianggap kurang gaul, mereka akan cemas dan takut apabila ketinggalan informasi sedikit saja tentang apa yang sedang viral di Media Sosial. Kata FOMO pastinya sudah tidak asing lagi didengar terutama pada kalangan Generasi Z. Media sosial merupakan alasan utama mengapa mayoritas Generasi Z mengalami FOMO, karena media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Laporan dari data statistik pada tahun 2020, menyatakan bahwa pengguna media sosial di kalangan remaja dengan usia 18-24 tahun menduduki peringkat kedua di Indonesia, dengan persentase laki-laki sejumlah 16,1% dan perempuan 14,2%. Oleh karena itu, Generasi Z rentan mengalami FOMO.
ADVERTISEMENT
Mungkin secara tidak sadar bahwa kita ternyata mengalami FOMO. Contohnya seperti ketika diajak nongkrong oleh teman, maka kita langsung setuju dengan ajakan tersebut. Karena kalau tidak ikut, maka kita takut ketinggalan momen seru pada saat nongkrong. Contoh lainnya seperti kita ikut membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan, namun kita tetap membelinya karena hal tersebut sedang viral di media sosial, agar tidak ketinggalan tren yang sedang hangat. Korban FOMO akan merasa takut, cemas, khawatir akan tertinggal informasi atau tren terkini. Bahkan bisa juga menimbulkan rasa iri hingga berdampak mengalami stres karena terlalu membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain.
Jika kalian mengalami hal tersebut, itu sih sudah menjadi korban FOMO. Beberapa penelitian mengungkap bahwa banyak dampak negatif yang disebabkan oleh FOMO, salah satunya berdampak pada kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Ketahui bahaya dari FOMO
Pertama, Munculnya gangguan psikologi. Maraknya penggunaan media sosial, menjadikan Gen Z tidak bisa terlepas dari gawainya. Pastinya semua orang ingin terlihat baik di media sosial, maka dari itu mereka mempertahankan image atau harga diri mereka di media sosial atau istilahnya “jaga image”. Tetapi penggunaan media sosial dengan tidak bijak dan berlebihan pun membuat seseorang menjadi mudah terobsesi dan stres. Peneliti membuktikan kalau remaja yang mengalami FOMO akan cenderung lebih mudah terkena gangguan mental seperti kecemasan dan depresi hingga gangguan mental yang lainnya.
Kedua, rasa Insecure. Banyak sekali postingan foto atau video yang diunggah ke media sosial. Hal ini menyebabkan seseorang akan membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan mengakibatkan rasa tidak percaya diri. Karena menganggap bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna daripada kehidupan yang dia miliki. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, tidak menutup kemungkinan seseorang akan mengalami stres hingga depresi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, menurunnya potensi diri. Gawai sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan produktivitas seseorang menurun. Mereka akan sulit berkonsentrasi pada saat sedang bekerja atau belajar, karena mereka terlalu fokus dan asyik pada gawai serta kegiatannya di dunia maya agar selalu up to date dan tidak ketinggalan zaman. Dalam penelitian Universitas Würzburg and Nottingham Trent, menyebutkan bahwa gawai atau smartphone justru membuat sang pengguna menjadi rendah dan menurun tingkat produktivitasnya, entah itu dalam bekerja, belajar atau aktivitas yang lain.
Jadi terlihat betapa bahayanya jika kita terkena FOMO. Korban FOMO akan mengalami tingkat kepercayaan diri yang rendah, penurunan produktivitas, cemas, depresi, hingga gangguan mental yang lainnya. Oleh karena itu, jadi lah diri kita sendiri. Mengikuti tren yang ada itu boleh, tetapi secukupnya saja jangan berlebihan. Jika berlebihan, maka tidak menutup kemungkinan seseorang mengalami dampak negatif yang dijelaskan di atas. Jadikanlah FOMO sebagai hal untuk memotivasi diri kita, bukan untuk sekadar ingin ikut-ikutan tren yang dapat membahayakan diri sendiri. Nah, apakah kalian termasuk orang yang FOMO?
ADVERTISEMENT