Lada, Sang Raja Rempah Primadona Dunia

Ardelia Raras Nisreyasa
Mahasiswa jurusan Statistika di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta
Konten dari Pengguna
28 September 2020 21:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardelia Raras Nisreyasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/lada-merica-lada-putih-bumbu-bumbu-525696/, congerdesign
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/lada-merica-lada-putih-bumbu-bumbu-525696/, congerdesign
ADVERTISEMENT
Indonesia terkenal akan rempah-rempah-nya. Salah satunya adalah lada. Rempah yang dijuluki king of spices ini memiliki ciri khas rasa tersendiri. Tanaman bernama latin piper ningrum tersebut juga memiliki banyak manfaat yang luar biasa salah satunya yaitu mencegah kanker.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu produsen utama komoditas lada di dunia. Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO), negara produsen lada sekaligus pengekspor lada terbesar di dunia adalah Vietnam, kemudian Indonesia menempati peringkat kedua, diikuti oleh Brazil, India, Malaysia, Srilanka, dan China. Dalam unggahan akun instagram resmi Kementerian Pertanian RI Jumat (12/6), lada merupakan rempah rempah andalan ekspor Indonesia.
Berdasarkan pernyataan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djihan dalam webinar internasional bertema “International Marketing Strategy of Muntok White Pepper Through Commodity Physical Market” Selasa (28/7), Indonesia khususnya Bangka Belitung sejak 2014 merupakan penghasil lada putih terbesar di dunia.
Produksi lada di Indonesia
Dalam Laporan Akhir Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan Tanaman Semusim dan Rempah 2017 dari Direktorat Jenderal Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian, tiga produksi rempah dominan di Indonesia yaitu lada, pala, dan cengkeh. Dari ketiga tanaman rempah tersebut, lada menduduki peringkat pertama sebagai komoditas eskpor Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dihimpun dari Direktorat Jenderal Perkebunan yang bersumber dari BPS, produksi lada terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada periode 2016-2019, produksi lada Indonesia menunjuk-kan tren yang positif. Pada tahun 2016, produksi lada mencapai 86.334 ton. Besarnya produksi ini naik 5,93% dari produksi pada tahun 2015 yang hanya mencapai 81.501 ton.
Gambar: Produksi Lada di Indonesia 2016-2020, Direktoral Jenderal Perkebunan, 2020 (diolah)
Pada tahun 2017, tetap mengalami kenaikan namun kenaikannya tidak sebesar tahun sebelumnya, hanya naik 1,92% yakni 87.991 ton dari tahun 2016. Kenaikan yang tidak begitu besar pun terjadi pada tahun 2018. Produksi lada mencapai angka 88.715 ton, naik 0,82% dari 2017. Produksi lada pada tahun 2019 meningkat menjadi 88.949 ton dari produksi tahun 2018. Sementara produksi lada pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat juga sebesar 953 ton dari tahun 2018. Meskipun kenaikannya tidak begitu besar, tetapi produksi lada di Indonesia berada di posisi penghasil kedua lada terbanyak di dunia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Direktoral Jenderal Perkebunan, Provinsi dengan produksi lada terbesar yaitu Kepulauan Bangka Belitung dengan jumlah produksi pada tahun 2019 sebesar 33.322 ton atau sebanyak 37% dari total produksi Lada di Indonesia tahun 2019.
Gambar: Produksi Lada di Indonesia 2019, Direktoral Jenderal Perkebunan, 2020 (diolah)
Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan hasil produksi lada putih nya. Lada putih muntok khas Bangka Belitung telah bersertifikasi IG (Indikasi Geografis). Keunikan lada putih muntok yaitu memiliki cita rasa rempah dengan tingkat kepedasan yang tinggi (5–7 persen). Berdasarkam pernyataan Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djihan, dari tahun 2014 Kepulauan Bangka Belitung telah menjadi wilayah penghasil lada putih terbesar di dunia serta mengontrol 37-40 persen pasar lada global.
Kemudian produsen utama lada terbesar kedua di Indonesia adalah Provinsi Lampung. Dengan lada hitamnya, “Lampung Black Pepper” mampu menjadikan lampung sebagai penghasil lada hitam terbaik. Berdasarkan data Produksi Lada per Provinsi di Indonesia dari Direktorat Jenderal Perkebunan, yang bersumber dari BPS, data produksi lada Provinsi Lampung berfluktuatif. Pada tahun 2015, produksinya sebesar 14.860 ton, kemudian meningkat menjadi 15.128 ton di tahun 2016 lalu mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2017 menjadi 13.771 ton. Pada tahun 2018 kembali meningkat menjadi 14.450 ton lalu tahan 2019 mengalami sedikit penurunan sebanyak 14 ton.
ADVERTISEMENT
Kapasitas ekspor
Salah satu subsektor penambahan devisa Negara yang cukup besar yaitu melalui ekspor perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mencatat, secara volume, ekspor produk perkebunan sepanjang Januari-Mei 2019 meningkat. Periode Januari sampai Mei 2019, volume ekspor produk perkebunan meningkat 5,03% dari tahun 2018 dengan volume 15,5 juta ton yaitu mencapai 16,37 juta ton, Namun, dilihat dari segi nilai ekspor, terjadi penurunan 15,27% dari US$11,53 miliar untuk Januari sampai Mei 2018 menjadi US$9,77 miliar pada Januari sampai Mei 2019.
Besarnya volume ekspor produk perkebunan dari beberapa komoditi yang diekspor tersebut, salah satunya berasal dari komoditas lada yang menjadi ekspor andalan rempah rempah dari Indonesia. Volume ekspor dari komoditas lada cukup banyak jika dibandingkan dengan komoditas lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan yang bersumber Badan Pusat Statistik (BPS) yang diihimpun dari publikasi Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Lada 2018-2020, sepanjang tahun 2015-2017 grafik volume ekspor dan nilai ekspor lada menunjukkan tren yang negatif. Volume ekspor lada mencapai 58,075 ton pada tahun 2015 hingga merosot menjadi 42,691 ton pada tahun 2017. Surplus tertinggi terjadi pada Tahun 2015 dengan neraca perdagangan sebesar US$535 juta
Meskipun di tahun 2018 volume ekspor kembali meningkat, yakni mencapai angka 47,62 ton naik 4,93 ton dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi total nilai ekspor lada atau devisa yang diperoleh hanya sekitar US$152,470 juta. Angka tersebut turun sebesar 36% dari capaian ekspor tahun 2017 dengan nilai US$235,962 juta. Sepanjang periode Januari sampai Juli 2019, volume ekspor lada Indonesia mencapai 27,16 ton dengan nilai US$75,54 juta. Nilai tersebut juga turun dari capaian pada periode yang sama tahun 2018 sebanyak 22,85 ton dengan nilai US$79,89 juta menurut data Kementerian Perdagangan.
ADVERTISEMENT
Walaupun dari data yang tersedia terlihat produksi lada di Indonesia besar, tapi ternyata nilai ekspor Vietnam dua kali lebih besar dibandingkan Indonesia.
Pertumbuhan ekspor lada pada kuartal I tahun 2020 menurun sebesar 0,36%. Periode tahun 2019, tercatat lima negara eksportir lada terbesar di dunia secara berurut yaitu Vietnam sebesar US$ 502,66 juta, Brazil US$ 178,62 juta, Indonesia US$ 116,08 juta, India US$ 79,89 juta, serta Jerman US$ 65,68 juta.
Berdasarkan data ekspor lada menurut tujuan utama 2012-2019 yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), lima negara tujuan ekspor lada Indonesia tahun 2019 yaitu Vietnam sebesar US$ 46,57 juta, Tiongkok US$ 21,06 juta, India US$ 18,76 juta, Amerika Serikat US$ 16,45 juta, serta Jerman US$ 8,66 juta.
ADVERTISEMENT
Serta daerah pengekspor lada terbesar di Indonesia, yaitu Lampung US$ 43,33 juta, Bangka Belitung US$ 36,52 juta, Jawa Timur US$ 18,12 juta, Sulawesi Selatan US$ 16,68 juta, DKI Jakarta US$ 16,58 juta, serta Kalimantan Barat US$ 6,29 juta.
Upaya mengembalikan pasar lada
Nilai ekspor yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pengolahan produksi dan kinerja ekspor komoditas lada di Indonesia belum maksimal. Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam bentuk penyuluhan proses pertanian yang baik kepada para petani lada karena selama ini masih banyak petani yang mengandalkan metode tradisional sehingga hasil produksinya kurang maksimal. Kemudian Pemerintah dapat pula membantu dalam pemberian bibit lada yang unggul.
Dilansir dari berbagai sumber, selain penyebab tersebut, penyebab lain yaitu kurangnya penghiliran komoditas lada. Untuk itu Pemerintah dapat mengupayakan pendampingan para petani untuk melakukan inovasi produk berbasis lada serta meningkatkan kualitas produk lada. Diperlukan juga koordinasi yang baik dengan perusahaan perindustrian dalam pengolahan butiran lada menjadi serbuk lada yang lebih halus. Hal ini diperlukan dalam rangka memberikan nilai tambah yang tinggi pada produk lada. Dalam pengendalian harga, upaya yang bisa dilakukan yaitu mendorong semua produk lada langsung sampai ke negara tujuan ekspor atau tidak lagi transit di negara lain.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perdagangan RI melalui unggahan akun instagramnya pada Rabu (1/7) menyatakan saat ini Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) bersama Pemprov Kepulauan Bangka Belitung sedang berupaya meningkatkan ekspor lada putih muntok di pasar domestik dan internasional. Lebih lanjut dijelaskan oleh Kasan Muhri, Direktur Jenderal PEN dalam webinar bertema “Strategi Diversifikasi dan Adaptasi Lada Bangka Belitung di Pasar Global” pada Rabu (24/6). Berdasarkan paparannya, sejumlah strategi tersebut diwujudkan dengan melakukan disversifikasi produk dan mengembangkan pasar ekspor. Diversifikasi produk bertujuan agar dapat mengekspor lada olahan bernilai tambah, bukan hanya dalam bentuk mentah. Dengan demikian, nilai tambah hasil pengolahan lada akan dinikmati Indonesia, bukan negara lain Upaya lainnya yaitu Kementerian Perdagangan RI akan meningkatkan harga lada di tingkat petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya, dengan memanfaatkan sistem resi gudang (SRG). Perlu dilakukan pengoptimalan penggunaan SRG guna menjaga kualitas dan kuantitas produk yang disimpan. Produk yang kualitas dan kuantitasnya terjamin dengan baik akan membuat harga jual tetap optimal.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya upaya untuk mempro- duksi dengan kualitas dan produktivitas tinggi, melakukan peng- hiliran untuk menambah nilai lada, meningkatkan harga lada di tingkat petani, serta memperluas ekspor langsung ke negara tujuan, diharapkan mampu mengembalikan kejayaan lada sang raja rempah primadona dunia. Serta menjadikan Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir utama lada di dunia.