news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Waspada “Binge Eating” Selama Masa Pandemi COVID-19

Chintya Ardenia Putri
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
24 Desember 2020 14:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chintya Ardenia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Passion for savings
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Passion for savings
Kondisi pandemi virus COVID-19 yang belum menemukan ‘titik terang’ hingga saat ini menyebabkan pemerintah semakin gencar mengingatkan dan mengeluarkan kebijakan terkait aturan PSBB (Peraturan Sosial Berskala Besar) kepada masyarakat. Kebijakan ini bertujuan untuk menekan angka penyebaran virus COVID-19 tersebut.
ADVERTISEMENT
Dampak nyata dari adanya kebijakan PSBB di masyarakat adalah dampak psikologis. Dampak psikologis akibat adanya pandemi ini dapat berupa stress, cemas berlebihan, mudah marah dan kelelahan secara psikis (Brooks, et al., 2020). Perubahan emosional ini dapat memicu perubahan gaya hidup (life style), terutama kebiasaan makan pada masyarakat.
Tanpa disadari bisa saja pola makan kita berubah ketika masa pandemi saat ini. Awalnya ingin makan sedikit atau hanya sekedar ngemil saja tetapi kok tidak berhenti-henti dan berlanjut terus? Bahkan dilanjutkan dengan memakan makanan berkabohidrat seolah tidak kenal kenyang. Kebiasaan makan yang berlebihan selama rentang waktu yang terbatas dan melebihi batas normal disebut juga binge eating. Dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5, 2014) binge eating termasuk ke dalam jenis gangguan makan. Binge eating disorder merupakan salah satu jenis gangguan makan dimana seseorang memiliki keinginan makan yang berlebih dalam waktu terbatas dibanding orang pada umumnya. Rentang waktu binge eating biasanya 1-2 jam (Audreylia, 2015).
ADVERTISEMENT
Bagaimana karakteristik dan ciri seseorang memiliki binge eating?
Penelitian oleh Audreylia pada tahun 2015 menyebutkan karakteristik dan ciri-cirinya seseorang memiliki binge eating, yaitu:
Sementara ciri-cirinya, yaitu:
Ketika kondisi pandemi saat ini tingkat stress seseorang cenderung meningkat karena adanya perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dari biasanya, seperti kebijakan untuk tetap di rumah saja dan WFH (Work From Home). Kita dituntut untuk kerja, belajar, kuliah, ibadah dan melakukan aktivitas apapun di rumah saja. Hal tersebut bertentangan dengan budaya masyarakat kita yang cenderung suka bersosialisasi dan bergaul, tetapi dengan terpaksa kebiasaan tersebut harus berubah sehingga memicu tingkat stress yang berlebih. Kondisi stress seseorang tersebut yang mampu memicu terjadinya binge eating. Penelitian yang dilakukan oleh Klatzkin, R. R., et al., pada tahun 2018 mengatakan bahwa ketika seseorang makan dalam kondisi stress terutama fokus pada makanan berkarbohidrat tinggi mampu menyebabkan binge eating atau gangguan makan lainnya.
ADVERTISEMENT
Wanita dikatakan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena binge eating daripada laki-laki. Kenapa? Penelitian yang dilakukan oleh (Skuee & Kirby, 1955 dalam Audreylia, 2015) ditemukan bahwa wanita ketika sedang stress cenderung menggunakan emotional focused coping. Hal tersebut berarti wanita lebih menggunakan perasaan ketika stress. Sehingga lebih banyak menjadikan makan sebagai bentuk pelampiasan rasa stressnya (McComb, 2001 dalam Hapsari, 2009). Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian (Bennett, et al., 2013) bahwa wanita lebih cenderung makan lebih banyak dalam situasi stress jika dibandingkan dengan pria.
Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Rodgers R. F. et al., pada tahun 2020 mengenai dampak pandemi COVID-19 pada risiko dan gejala gangguan makan, ditemukan bahwa perubahan dan pembatasan aktivitas akibat pandemi saat ini dapat memicu meningkatnya resiko seseorang terkena gangguan makan. Pembatasan ini memiliki dampak terhadap pola makan, aktivitas fisik, dan pola tidur yang masing-masing dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan. Kebijakan untuk membatasi aktivitas seperti berbelanja bahan makanan, ditambah dengan persepsi masyarakat terkait kelangkaan produk makanan dapat meningkatkan fokus masyarakat terhadap makanan dan mendorong masyarakat untuk mempunyai stok makanan yang tidak seperti biasanya termasuk makanan ringan, yang keduanya dapat meningkatkan kemungkinan terjadi binge eating (Waters, A., et al., 2001).
ADVERTISEMENT
Binge eating disorder dapat menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami obesitas atau kenaikan berat badan yang berlebih. Hal itu dapat terjadi karena pola makan yang tidak dalam kadar normal atau berlebihan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Zachary, Z., et al., 2020) tentang “Self-quarantine and weight gain related risk factors during the COVID-19 pandemic” ditemukan bahwa sekitar 22% orang dewasa mengalami kenaikan berat badan selama pandemi COVID-19. Peningkatan berat badan tersebut terjadi karena perubahan pola makan mereka selama masa pandemi. Sebanyak 73% responden dalam penelitian tersebut mengakui bahwa selama masa self quarantine keinginan makan mereka meningkat karena mendambakan makanan tertentu dan merasa bosan di rumah. Sementara sisanya mengatakan bahwa keinginan makan mereka meningkat akibat melihat makanan serta hanya sekedar ngemil setelah makan malam.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana penanganan bagi seseorang yang sedang mengalami binge eating disorder?
Karena binge eating ini berhubungan dengan perilaku makan yang menyimpang dan mampu menyebabkan obesitas, maka terdapat 2 penanganan yang penting berdasar American Psychological Association yaitu pertama, melakukan terapi perilaku kognitif untuk membantu mengurangi stress, depresi atau masalah psikologis lain yang memicu perilaku binge eating tersebut dan membantu supaya mereka mampu merasa lebih baik dengan diri mereka sendiri. Kedua, melakukan terapi perilaku manajemen penurunan berat badan untuk mengatasi masalah obesitas.
Jadi, walaupun sedang dalam kondisi pandemi seperti ini tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan aktivitas apapun alias hanya rebahan saja di rumah. Aturlah pola makan dengan baik dan lakukanlah aktivitas sekecil apapun supaya ‘keseimbangan’ tubuh kita tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
American Psychological Association. Treatment for Binge Eating
Audreylia, V., (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kecenderungan Binge Eating Disorder Pada Wanita Penderita Obesitas.
Brooks, S. K., et al., (2020). The psychological impact of quarantine and how to reduce it: rapid review of the evidence.
Bennett, J., et al., (2013). Perceptions of emotional eating behavior. A qualitative study of college students. Appetite, 60, 187-192.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5. (2014). Diagnostic Criteria for Eating Disorder. Diakses melalui https://insideoutinstitute.org.au/ pada tanggal 7 Desember 2020.
Hapsari, I., (2009). Hubungan Faktor Personal dan Faktor Lingkungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Kalangan Model di OQ Modelling School Jakarta Selatan. Skripsi Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Klatzkin, R. R., et al., (2018). Stress‐induced eating in women with binge‐eating disorder and obesity. Biological Psychology, 131, 96–106.
Rodgers R. F., et al., (2020). The impact of the COVID-19 pandemic on eating disorder risk and symptoms. International Journal of Eating Disorders. DOI: 10.1002/eat.23318
Waters, A., et al., (2001). Internal and external antecedents of binge eating episodes in a group of women with bulimia nervosa. International Journal of Eating Disorders. https://doi.org/10.1002/1098-108X(200101)29:1
Zachary, Z., et al., (2020). Self-quarantine and Weight Gain Related Risk Factors During.