Konten dari Pengguna

21 Mei: Tamatnya Kekuasaan Soeharto

Ardha Franstiya
Tukang ketik
21 Mei 2017 7:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardha Franstiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
21 Mei: Tamatnya Kekuasaan Soeharto
zoom-in-whitePerbesar
Reformasi 1998 merupakan gerakan masa lalu, bagian dari ekspedisi bangsa Indonesia dalam wujudkan cita-cita proklamasi 1945.
ADVERTISEMENT
Struktur perekonomian yang rapuh dan tidak mencerminkan demokratis, seperti bahan-bahan pokok melonjak, perusahaan-perusahaan ditutup, dan pengangguran meningkat, sebagai alasan terjadinya kerusuhan massa.
Segala tuntutan reformasi politik dalam kerusuhan dan amuk massa menjadi pintu berikutnya untuk memaksa Soeharto mundur dari jabatannya.
Sebelumnya Soeharto sudah mewanti bahwa tahun 1997 selanjutnya adalah sebagai tahun politik, keberlangsungan, dan stabilitas penyelenggaraan pemerintah akan mendapatkan tekanan-tekanan yang berat.
Soeharto menanggapi tuntutan reformasi itu dengan mengatakan bahwa reformasi bukan sesuatu yang baru. Dalam perkataannya tersebut, rakyat menilai Soeharto tidak mengimpikan reformasi sampai tahun 2003.
Kemudian polemik kerusuhan pada Mei 1998 terjadi di berbagai kota Indonesia, seperti Medan, Tebing Tinggi, Siantar, Padang, Jakarta (termasuk insiden trisakti) dan Solo.
ADVERTISEMENT
Melihat situasi ini, Soeharto mempersingkat kunjungan kenegaraannya ke Mesir dalam rangka pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G-15.
Kembalinya ke Jakarta, Soeharto dituntut untuk mengadakan Sidang Istimewa MPR dan disambut soal pernyataannya di Kairo, bahwa dirinya siap mengundurkan diri.
Dalam merespon tuntutan reformasi, Soeharto merencanakan melakukan perombakan Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Dalam rancangannya, ada 13 menteri yang menyatakan ketersediannya tergabung dalam Kabinet Reformasi. Namun ada juga 14 menteri yang menolak tergabung dalam Kabinet Reformasi.
Keinginan Soeharto untuk menyalakan reformasi secara tertib, damai dan konstitusional, tidak terealisasi. Karena tidak adanya tanggapan dari sebagian menteri, tugas pemerintah negara dan pembangunan menjadi sulit untuk dijalankan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dengan menyatakan, "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacakan pernyataan hari ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998."
Tumbangnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998 merupakan bagian reformasi yang didasari krisis ekonomi, lalu berkembang menjadi krisis multidimensi. Setelah berjalan 19 tahun bermacam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme masih melekat dalam politik modern kini.