Konten dari Pengguna

Bahasa Viral vs Bahasa Indonesia di Kalangan Siswa/Siswi SMP Negeri 4 Samarinda

Ardi Bagus Prasetyo
Bekerja sebagai Guru di SMP Negeri 4 Samarinda, aktif Penulis, praktisi pendidikan, guru muda, ASN. Hobi membaca, bermain video game, olahraga, editor naskah, desain grafis, dan memancing
17 April 2022 11:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardi Bagus Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 (Dokumen Pribadi, Ardi Bagus Prasetyo/SMP Negeri 4 Samarinda)
zoom-in-whitePerbesar
(Dokumen Pribadi, Ardi Bagus Prasetyo/SMP Negeri 4 Samarinda)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdasarkan perkembangannya, bahasa telah mengalami perubahan yang dinamis. Jika mengacu pada pendapat beberapa ahli terkait konsep dari pengertian bahasa, Menurut Sudaryono, bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman. Saussure menyatakan bahwa, bahasa adalah objek dari simiologi. Maksud dari semiologi adalah berkaitan tentang semiotika yakni tentang simbol-simbol atau penyimbolan, bahasa yang disampaikan adalah wujud atau penyimbolan dari pemikiran seseorang yang disampaikan sebagai dari upaya penyampaian pesan kepada orang lain yang menjadi mitra tutur. Wibowo (2001), bahasa adalah sistem bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika bahasa merupakan suatu wujud dari upaya untuk menyimbolkan sebuah pemikiran, gagasan, dan perasaan dalam suatu alat komunikasi yakni bahasa. Dengan tersampaikannya sebuah pesan melalui peran bahasa, maka akan memudahkan seseorang dalam menjaga hubungan sosial di lingkungannya dan meminimalisasi sikap apatis terhadap masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Bahasa Indonesia merupakan suatu sistem komunikasi utama yang digunakan oleh hampir 270 juta jiwa masyarakat di Indonesia. Jika mengacu pada konteks dan konten dari bahasa yang digunakan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni bahasa yang digunakan dalam ranah resmi maupun bahasa yang digunakan dalam sehari-hari. Bahasa dalam ranah resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan di lingkungan pekerjaan, sekolah, maupun instansi tertentu. Sementara bahasa sehari-hari cenderung digunakan dalam ragam santai atau akrab sehingga dapat diselingi dengan aksen atau bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu.
ADVERTISEMENT
Di lingkungan SMP Negeri 4 Samarinda misalnya, penggunaan bahasa Indonesia cenderung beragam, latar belakang suku yang berbeda, pengaruh bahasa di lingkungan tempat tinggalnya, hingga pengaruh teknologi serta sosial media justru menjadi pemicu beragamnya bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Beragam latar belakang aksen suku yang terdiri dari Jawa, Banjar, Kutai, Bugis, Dayak, dan lain sebagainya menjadi sebuah pembeda dari bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Selain itu, perkembangan teknologi informasi, dan komunikasi juga sangat berpengaruh. Bahasa-bahasa viral yang dikonsumsi melalui sajian-sajian di media sosial seperti facebook, instagram, youtube, twitter, tiktok dan lain-lain bebas didapatkan. Hal ini menjadi penyebab tercampurnya bahasa Indonesia yang digunakan dengan beberapa kata viral yang diucapkan. Kata viral atau dalam linguistik masuk ke dalam ragam bahasa slang, merupakan bahas ayang digunakan oleh suatu kelompok, perkumpulan, atau komunitas tertentu agar menjadi sebuah bahasa khusus yang mampu meningkatkan ragam akrab di suatu lingkungan tertentu. Bahasa slang itu antara lain PHP (Pemberi Harapan Palsu), sabi (bisa), anjay (konotasi negatif dari kata anjing), baper (terbawa perasaan), selow (santai), ya gaes yak, sotoy (paling tahu), dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Contoh dari penggunaan bahasa slang tersebut justru menjadi sesuatu hal yang tak wajar saat sebagian dari siswa dan siswi di sekolah mencampurkannya dengan bahasa Indonesia ketika berada di lingkungan sekolah. Misalnya pada suatu waktu ada seorang siswa yang sering mengatakan kata anjay ketika mata pelajaran berlangsung, kemudian kata-kata seperti sabi ya gaes yak, gitu aja baper, menjadi suatu sajian yang cukup sering terdengar di kelas. Lalu apa dampak negatif dari bahasa tersebut bagi kalangan siswa dan siswi di usia sekolah dan di situasi sedang bersekolah?
1. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar
Dengan seringnya seseorang menggunakan bahasa slang dalam setiap ujaran, akan secara perlahan menggeser fungsi utama bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Lebih dari itu, generasi muda akan semakin malas untuk mempelajari tentang esensi dari bahasa Indonesia itu sendiri serta bagaimana melestarikannya.
ADVERTISEMENT
2. Berkurangnya tutur kata yang baik dan sopan kepada orang yang lebih tua
Pola konsumerisasi terhadap media sosial sangat berpengaruh besar terhadap segala faktor yang menyebabkan bergesernya aspek-aspek kesopanan peserta didik dalam berbahasa. Anak-anak lebih sering berkomunikasi dengan bahasa yang kurang sopan dan pantas kepada orang yang lebih tua.
3. Kurang terasahnya kemampuan public speaking
Dengan kurangnya peserta didik di usia para remaja hingga remaja untuk menghargai dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik akan berakibat pada tidak siapnya ia menghadapi usia dewasa agar mampu berbicara di depan publik (public speaking)
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari maraknya penggunaan bahasa gaul di usia remaja termasuk meminimalisasi pengaruh media sosial dalam kehidupan sehar-hari khususnya berbahasa antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri kalangan remaja untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia
Dikarenakan bahas Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dapat mempererat kesatuan dan persatuan. Dengan lebih baik menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa gaul. Dengan cara membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seperti di ruang kelas (formal) atau di media sosial.
2. Menanamkan kesadaran untuk lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional daripada bahasa gaul
Penyadaran ini dapat dilakukan dan diupayakan dengan bantuan orang tua di rumah agar senantiasa memberikan pengawasan kepada anak-anaknya terutama memperhatikan si anak ketika membaca atau menyaksikan suatu informasi di media sosial.
3. Butuh terdapatnya aksi nyata terhadap eksistensi bahasa Indonesia
ADVERTISEMENT
Peran para orang tua, guru, dan pemerintah sangat diharapkan untuk menanamkan dan menumbuh kembangkan pemahaman dan kecintaan kalangan remaja terhadap bahasa Indonesia. Sehingga, penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini maupun masa depan dapat meningkat.
Menurut saya, pengawasan dan edukasi secara menyeluruh terkait pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat perlu dilakukan secara masif, bukan hanya itu, sebagai orang tua, guru, praktisi pendidikan, ahli bahasa, hingga pemerintah memiliki tujuan utama yang sama yakni terus menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa identitas bangsa Indonesia yang utama yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di SMP Negeri 4 Samarinda. Mari senantiasa kita terus bersama-sama melaksanakan semboyan bahasa yakni ”Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing”
ADVERTISEMENT
#SalamLiterasi