Konten dari Pengguna

Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Nyantai?

ardian nanda
Mahasiswa Universitas Airlangga
19 Januari 2025 12:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ardian nanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Januari merupakan bulan sibuk bagi beberapa mahasiswa. Hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia akan mengirim mahasiswa semester akhir untuk menyelesaikan kewajiban mereka yaitu mengabdi kepada masyarakat melalui program kuliah kerja nyata. Dimasa inilah mental, fisik, dan ide seorang mahasiswa akan diuji. Terbagi menjadi beberapa kelompok, mahasiswa akan dilepas oleh masing-masing perguruan tinggi ke tempat yang mungkin asing bagi mereka. Terkadang tempat tersebut menjadi menakutkan bagi mereka karena mendengar rumor negatif dari orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Namun, perlahan semua rumor itu akan sirna dengan adanya perkembangan zaman. Coba kita bandingkan kuliah kerja nyata sebelum adanya perkembangan teknologi. Bayangkan saja, mahasiswa di era tahun 1990-an hingga awal 2000-an yang tidak memiliki alat komunikasi modern seperti sekarang. Bagaimana mereka dapat berkomunikasi secara jarak jauh? Hal itulah yang membuat kuliah kerja nyata di era tahun 1990-2000-an terlihat sulit dan menjadi menakutkan bagi generasi saat ini. Banyak yang menyebut kuliah kerja nyata saat itu benar-benar membantu masyarakat desa yang tertinggal.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan kuliah kerja nyata era saat ini. Bahkan dapat dikatakan jika kuliah kerja nyata saat ini dapat diganti nama menjadi kuliah kerja nyantai karena mereka akan merasa seperti liburan selama sebulan untuk mahasiswa semester akhir sebelum menghadapi tugas akhir atau skripsi. Saat ini, banyak desa di Indonesia tidak lagi memerlukan adanya mahasiswa kuliah kerja nyata. Desa mereka telah banyak maju dan tidak terdapat celah untuk mahasiswa kuliah kerja nyata dalam membuat program kerja yang relevan.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan KKN saat ini bukan mahasiswa yang bekerja, namun warga desa yang bekerja dan mahasiswa hanya belajar kepada warga desa. Hal tersebut juga baik dan tidak salah, namun bila hal ini terus terjadi, dapat dibilang pelaksanaan kuliah kerja nyata hanya membuang anggaran perguruan tinggi. Di tambah lagi pandangan negatif dari masyarakat desa terhadap mahasiswa kuliah kerja nyata sejak adanya Film “KKN di Desa Penari”.
Bayangkan saja, setiap musim kuliah kerja nyata tiba, ada saja hal viral yang terjadi di media sosial. Seperti kasus perzinahan, ketidaksopanan mahasiswa, hingga perilaku mahasiswa yang mabuk-mabukan di posko masing-masing. Selain itu terkadang mahasiswa kuliah kerja nyata mendapatkan tekanan dari desa untuk membuat program kerja diluar kemampuan mahasiswa. Ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa kuliah kerja nyata terbilang tidak sesuai dengan realita para mahasiswa. Hal ini membuat banyak dari kelompok kuliah kerja nyata hanya membuat program kerja yang fokus pada pendidikan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah program kuliah kerja nyata harus ditinjau ulang oleh pemerintah? Jawabannya adalah benar. Pemerintah harus membuat regulasi ulang mengenai program kuliah kerja nyata setiap perguruan tinggi. Ketepatan alokasi mahasiswa, pemilihan desa, dan koordinasi pemerintah, pihak desa, dan mahasiswa harus dibuat secara jelas agar seluruh pihak tidak merasa dirugikan oleh satu sama lain. Hal ini akan mengubah citra perguruan tinggi, program kuliah kerja nyata, dan desa kembali positif.
Beberapa siswa SD menggunakan almamater mahasiswa kuliah kerja nyata (Sumber: Tim KKN)